Home / Pernikahan / Teman tapi Menikah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Teman tapi Menikah: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

61. Kembali ke Rutinitas

“Kamu beneran mau langsung ngantor pagi ini?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Cintara saat Dante baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu bangun pagi-pagi sekali padahal baru semalam mereka tiba di Jakarta. Dante mengayunkan langkahnya mendekati Cintara lalu mengecup kening istrinya dengan lembut, “Kenapa emangnya? Kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku, ya?”“Te, aku serius. Kok geli ya bisa mesra-mesraan gini sama kamu?” sungut perempuan itu.“Astaga, Ta.” Dante tertawa. “Kok telat banget sih ngomong begini? Kita lho, udah tidur bareng, bercinta sampai pagi. Aku bahkan sudah hafal letak dan tahu berapa jumlah tahi lalat yang ada di badan kamu.”Cintara sontak membelalak. “Dante! Dasar mesum!”Dante terkekeh lalu mengecup bibir Cintara dengan lembut. “Aku sayang sama kamu.”“Iya, aku tahu.” Bibir Cintara manyun. “Kamu nggak capek apa? Baru semalam lho kita landing. Terus kita—” Perempuan itu menipiskan bibirnya, tidak melanjutkan kalimatnya karena yang terjadi mereka bahkan
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

62. Masa Lalu Dante

Dante baru saja masuk ke ruangannya setelah meeting panjang dengan klien barunya. Bersamaan dengan suara seseorang yang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuk pintu dulu membuat pria itu menoleh cepat.“Sumpah ya, bokap gue ngrepotin banget tahu, nggak!” keluh Kevin.Pria itu mengayunkan langkahnya mendekati sofa lalu melemparkan punggungnya di sana dengan tanpa rasa bersalah.“Gue ngasih pintu di ruangan ini kalau-kalau ada tamu biar mereka bisa ngetik pintu dulu,” sindir Dante.“Sialan! Lagian kan nggak ada siapa-siapa di sini. Emang biasanya gimana?”“Kebiasaan banget, Nyet.” Dante menghela napas pendek lalu melangkah menghampiri Kevin yang sudah duduk di sofa. “Kenapa sih udah ngomel-ngomel?”“Bokap gue nyuruh gue ke sini. Katanya bokap mau renovasi kantornya, dan minta gue bilang sama lo.”Dante menaikkan satu alisnya ke atas. “Kan bisa telepon kalau cuma pengen minta tolong sama gue.”“Bokap gue?” ujar Kevin. “Ya memang! Harusnya bokap gue telepon lo langsung aja. Kenapa mesti
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

63. Bertemu Kinara

“Ta, udah selesai siap-siapnya? Kamu nggak nungguin Dante pulang?”Cintara baru saja keluar dari kamar kamarnya dengan mengenakan pakaian yang rapi. Akhir-akhir ini Cintara sering sekali berpakaian lebih feminin. Kemarin sebelum kembali ke Jakarta mereka sempat membeli oleh-oleh dan salah satunya adalah dress kuning yang dikenakan Cintara sekarang.“Udah, Ma. Dante nyusul belakangan katanya, kerjaan dia masih banyak. Makanya aku mau langsung ke rumah Mama Kinnas sekarang.”“Nanti salam buat keluarganya Dante ya, Ta. Sampaikan ke Mama Kinnas kalau Mama nggak bisa ke sana soalnya ada banyak pesanan.”“Iya, Ma. Lagian cuma makan malam biasa aja, kok. Sekalian mau nganterin oleh-oleh buat Mama Kinnas sama Papa J.”“Ya udah sana buruan berangkat. Nggak enak kalau kamu datang belakangan tapi nggak bantu nyiapin makan malam, Ta.”“Iya, iya, Ma. Ya udah, ya. Aku ke rumah Mama Kinnas dulu.”Setelah berpamitan, Cintara mengayunkan langkahnya meninggalkan kediamannya lalu melangkah menyusuri ja
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

64. Usaha Kinara

“Eh, anak ganteng!” Tante Sheila yang baru saja tiba lantas berhambur memeluk Dante. “Apa kabar kamu, Te?”“Alhamdulillah baik, Tante.” Dante membalas pelukan Sheila. “Tante Sheila apa kabar?”“Baik, dong. Duh, udah lama banget kita nggak ketemu, ya?” Pandangan Sheila lantas tertoleh ke arah Cintara. “Ini menantu kamu, Mbak?”“Iya, Shei.” Kali ini Kinnas yang bersuara. “Ta, kenalin, ini Tante Sheila, Mamanya Kinara. Waktu kalian nikah, Tante Sheila kebetulan nggak bisa datang juga. Jadi, ini pertama kalinya kamu bertemu dengannya.”“Halo, Tante. Saya Cintara.” Cintara menjulurkan tangannya ke arah Sheila.“Sheila. Emang nggak salah ya, Mbak, kamu cari menantu, tuh. Udah cantik, sopan pula.”Kinnas terkekeh. “Udah diincar dari dulu sama Mas Dante, Shei.”“Oh ya…? Saingan sama Kinara, dong? Emang paling bisa anaknya Mbak Kinnas bikin patah hati orang, tuh.”Cintara sempat terdiam selama beberapa saat. Pertanyaan itu sempat membuat Cintara penasaran dengan kelanjutannya. Namun ternyata m
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

65. Yang Sebenarnya Terjadi

“Good morning.” Dante bisa merasakan kecupan singkat menyentuh wajahnya. Pria itu mengerjap lalu menemukan sepasang wajah cantik Cintara. “Good morning. Kok udah bangun, sih?”“Emang mestinya gimana?” tanya Cintara. “Ini udah jam setengah enam, Te. Ayo, bangun! Katanya hari ini kamu bakalan sibuk, kan?”“Lima menit lagi, ya?” Dante meraih tangan Cintara lalu mengecup punggung tangan itu dengan lembut. “Nggak asyik banget mandi duluan padahal kan kita belum jadi nyoba di kamar mandi semalam.”“Dasar suami mesum! Emang yang semalam kurang?” tanya. “Mandi, ya?”Dante menggeleng. “Mandi sama kamu.”“Aku udah mandi, Sayang. Udah ah, nggak usah manja gini. Aku mau turun bantuin Mama nyiapin sarapan tahu, nggak. Baju kerja kamu udah aku siapin di sana. Ayo, bangun…”“Iya, iya, Ta.” Dante menyibak selimutnya lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Dan detik berikutnya pria itu mengecup leher jenjang Cintara dengan lembut. “Ya Allah, wangi banget istriku sepagi ini. Jangan sampai imanku goyah,
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

66. Kegusaran Dante

“Kenapa? Lo kelihatan berantakan banget, Bangsat. Habis berantem sama Cintara apa gimana?”Dante menghela napas pendek. Kedua tangannya terselip di saku celana, memperhatikan bagaimana pekerja lapangan mulai merombak rumah miliknya.“Lo masih ingat sama Kinara, nggak?” tanya Dante tanpa memalingkan wajahnya.“Kinara sepupu lo itu? Bukannya dia di Jerman, ya?”“Udah balik dan sekarang dia kerja di kantor gue.”Kevin mengernyit. “Terus? Apa yang bikin lo gelisah gini? Cintara mergokin lo lagi main sama Kinara?”“Damn you!” maki Dante tak terima. “Gue nggak segila itu, Vin. Tapi sekarang dia datang kembali dan gue justru ngerasa nggak tenang.”“Maksud lo?”Dante mendesah panjang lalu menoleh ke arah Kevin yang tampak menunggu penjelasannya. “Gue sama Kinara dulu pernah dijodohkan sama nyokap, Vin. Cuma ya… nggak terealisasi gara-gara Kinara pindah ke Jerman. Dan, tololnya dulu, gue sama Kinara di masa lalu pernah melakukan kesalahan. Tapi sumpah, Vin.” Dante mengangkat tangannya. “Waktu
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

67. Ayo Bercerai!

Dengan langkah tergesa Cintara meninggalkan lobby Facade Architect. Namun sepertinya Dante masih belum menyerah. Pria itu masih mencoba menghentikan langkahnya hingga keduanya berhenti tepat di depan pintu utama.Cintara hampir menjangkau pintu taksi saat Dante lagi-lagi menahan kepergiannya. Membuat perempuan itu tak urung membuka pintu taksi tersebut. “Please, Ta, dengerin aku. Apa yang kamu lihat tadi tuh nggak kayak yang kamu pikirkan. Please, kasih aku—”Cintara menggeleng cepat disela isakan tangisnya. “Apa yang aku lihat tadi udah cukup menjelaskan jadi simpan saja tenaga kamu! Sekarang bisa lepaskan tanganku?!” Mereka bahkan sudah tidak peduli jika semua orang yang melintas di sana menoleh ke arah mereka.“Apa menurut kamu, aku akan sejahat itu sama kamu, Ta?” Dante terlihat begitu putus asa. “Kinara cuma masa laluku, Ta.” “Apa gara-gara dia dari kemarin sikap kamu gusar gini?” Air mata Cintara semakin mengalir deras di pipinya. “Kamu memang jahat. Dan bodohnya aku baru tahu
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

68. Kacaunya Dante

DANTE mengerjapkan matanya. Matanya menoleh pada jam yang ada di atas nakas lalu ia mengubah posisinya menjadi duduk. Satu tangannya memegang kepalanya yang terasa pening, satu tangan lainnya memegang ponsel yang melekat di telinga.“Lo sakit, Te?” tanya Kanaya di seberang sana.Kanaya memang bukanlah sahabat yang bisa dipercaya. Namun Dante yakin jika perempuan itu berada di pihaknya. Kanaya sempat memberitahu keberadaan Cintara, tahu jika Dante pasti akan khawatir untuk mencari keberadaan istrinya, maka Kanaya menghubunginya beberapa waktu lalu.“Nggak, Nay. Gue nggak apa-apa, kok.” Dante menghela napas pendek. Menekan kuat pelipisnya lantaran sakit yang mendera di kepala. “Dia beneran udah baik-baik saja kan, Nay? Masih nggak mau makan dianya, ya?”Tiga hari telah berlalu semenjak pertengkaran mereka saat itu. Bayang-bayang bagaimana Cintara menangis dan mengajaknya untuk bercerai masih berkelebat di benaknya.“Nggak apa-apa gimana? Suara lo serak gitu tahu, nggak!” sembur Kanaya d
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

69. Bingungnya Cintara

“Lo nggak mungkin terus-terusan menghindari Dante kan, Ta?” ujar Kanaya. “Udah empat hari lo pergi tanpa bilang apa-apa sama dia. Lo nggak kepikiran kalau dia khawatir sama lo?”Ucapan itu sejenak menarik perhatian Cintara yang tengah sibuk di dapur. Perempuan itu sedang membersihkan dapur setelah menikmati makan siang bersama Kanaya.“Lo mau ngusir gue?” tembak Cintara.Sementara Kanaya menatap lekat Cintara sembari menghela napas panjang. “Lo mau tinggal di sini satu minggu, satu bulan, atau satu tahun sekalipun, gue nggak akan ngusir lo dari sini, Ta. Cuma masalahnya, lo mau kayak gini sampai kapan?”“Entahlah.”“Kalau lo pengen cerai, ya udah sana ke pengadilan agama. Ambil formulir, isi formulirnya, daftarkan. Jangan cuma ngurung diri doang di sini!”“Lo nyuruh gue beneran cerai?”Kanaya mendecak tak percaya. “Kan! Lo sendiri bahkan nggak yakin kalau lo bisa cerai sama Dante, Ta.” Perempuan itu menarik tangan Cintara untuk duduk di sofa lalu menghela napas panjang. “Bisa nggak si
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

70. Ancaman Cintara

“Kamu yakin bakalan tetap pergi dengan kondisi kamu yang kayak gini? Muka kamu pucat gitu, Te. Kalau tiba-tiba kamu pingsan gimana?”“Jadi masih khawatir sama suami sendiri, ya?”Cintara mendecak lalu memalingkan ke sembarang arah. Alih-alih menanggapi ucapan Dante, Cintara memutuskan untuk menghilang dari balik pintu kamar mandi untuk segera bersiap-siap.Bagaimana bisa Dante masih membercandainya padahal hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Cintara mendecak, kesal luar biasa. Tepat saat waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, mobil yang dikendarai Dante dan Cintara sudah tiba di kediaman Mama Kinnas. Cintara hampir saja menjangkau pintu untuk keluar saat tangannya sudah lebih dulu ditahan Dante.“Ada apa?” tanya Cintara dengan keningnya yang mengernyit.“Sebelum kita turun, aku cuma pengen ngasih tahu ke kamu kalau di dalam kemungkinan ada Tante Sheila dan Kinara.”“Terus?”“Aku tahu kalau kamu belum mau mendengarkan penjelasan apapun dari aku, Ta. Dan kalau kamu masih teta
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status