Semua Bab Teman tapi Menikah: Bab 71 - Bab 80

95 Bab

71. Bujukan Kinnas

“Ta, aku sayang sama kamu. Jangan pergi, ya.”Cintara tercenung di depan ambang pintu saat mendengar suara gumaman Dante. Pria itu sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidur dengan matanya yang memejam.Kondisi Dante memang sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya terlihat pucat dan sesekali tubuhnya akan menggigil. Membuat Cintara mulai mengkhawatirkannya.Cintara menghela napas pendek. Rasa kesalnya pada Kinara menguap begitu saja. Perempuan itu lantas mengayunkan langkahnya mendekat lalu duduk di tepi ranjang dengan tatapannya yang lurus ke arah pria itu.Lalu, “Te…” Tangan perempuan itu terulur ke depan, mengusap wajah suaminya dengan lembut. “Dingin, Ta. Dingin…” Alih-alih membangunkannya, Cintara bangkit lalu menarik selimut untuk Dante. Ia meraih remote AC yang ada di atas nakas lalu menaikkan suhunya agar Dante tidak kedinginan.Saat Cintara hendak pergi mengambil air untuk mengompres, tangannya sudah lebih dulu ditahan Dante. Perempuan itu menoleh dengan keningnya yang men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

72. Pukulan Telak Kinara

“Jadi benar Mas Dante akhirnya memutasiku ke kantor cabang?”Suara Kinara yang tiba-tiba menerobos masuk ke ruangan Dante, membuat Dante dan Clara yang tengah berdiskusi lantas menoleh ke arah pintu.Dante menghela napas pendek. “Ra, diskusinya kita lanjutin nanti, ya? Ada yang pengen saya bicarakan dengan Kinara dulu.”“Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu.”Sepeninggal Clara dari ruangan itu, Kinara mengayunkan langkahnya mendekat. “Jawab, Mas. Mas Dante beneran mau mutasi aku ke kantor cabang? Tante Kinnas yang minta aku bekerja di sini. Jadi—”“Di sini aku bosnya, Kinara," tegas Dante dengan lugas. “Jadi aku lah yang paling berhak memutuskan siapa yang boleh dan tidak boleh bekerja di sini.”“Tapi, Mas. Aku—” Masih tak terima dengan keputusan yang baru saja diberikannya, Kinara mencoba memutar kepalanya untuk menyanggah Dante. “Mas nggak tahu ya, kalau tempo hari Cintara nampar aku?”Dante mengernyit. “Dia pasti punya alasan kenapa dia nampar kamu.”“Aku nggak ngapa-ngapain,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

73. Habis Ini Kita Bikin, Ya?

“Jadi, beneran udah akur banget, nih?” cibir Kanaya.“Apaan sih, Nay?” Cintara mendecak pelan. “Tapi salah nggak sih, kalau gue nampar Kinara kemarin itu? Asli banget itu cewek nggak ada rasa bersalahnya tahu, nggak!”“Ya nggak salah lah! Dia aja yang kurang ajar banget sama lo. Udah jelas Dante laki lo, main nyosor aja kayak bemo! Orang sinting emang!”“Mana Mama Kinnas sampai tahu pula masalah gue. Sumpah, gue malu banget, Nay.”“Ya nggak apa-apa dong, Ta. Lagian mertua lo pasti khawatir juga, dong. Pas Dante sakit kan lo nggak ada di apartemennya. Pasti timbul pertanyaan juga kenapa sampai-sampai lo nggak ada di sana. Mana Dante kan ‘anak mami’ banget, Ta. Udah ketebak kalau mertua lo bakalan tahu.”Cintara mengerucutkan bibirnya sembari menyandarkan kepalanya ke punggung sofa. “Ya gitu, deh.”“Terus si Ulet Bulu itu masih di kantornya Dante?”“Kata Dante sih dia bakalan dimutasi ke kantor cabang. Gue juga nggak nanya lagi. Males banget ya, kan ngebahas dia.”“Iya, sih. Tapi kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

74. New Hair

“Aku mau ke salon sama Kanaya hari ini, Te.” Cintara melongokkan jam yang melingkar di tangannya. “Katanya sih Kanaya udah di jalan. Tapi sampai sekarang dia belum nongol juga.”“Jangan capek-capek lho, ya. Besok kan kamu udah mulai nugas, Ta.”Tidak terasa libur selama empat minggu, dan Cintara akan kembali bekerja besok pagi. “Iya, iya. Palingan nggak sampai sore, kok.” Cintara bisa melihat mobil Kanaya memasuki pelataran lobi. “Kalau misal aku potong rambut boleh, nggak?” tanya Cintara.“Boleh, dong. Do whatever you want, Sayang. Kalau kamu happy, aku juga happy.”“Dih! Nggak usah dimanis-manisin gitu bisa nggak, sih?” Cintara tertawa. “Ya udah kalau gitu. Kanaya udah datang, nih. Aku jalan dulu ya, Te.”Cintara mengayunkan langkahnya mendekati pintu penumpang lalu masuk ke mobil. “Ciumnya mana?” tanya Dante di seberang sana.“Ck! Malu ah, Te. Ada Kanaya, nih. Bisa-bisa dirujak habis-habisan sama dia!”Dante terkekeh. “Ya udah, hati-hati ya, Sayang. I love you.”“Dijawab I love y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

75. It Was Amazing (21+)

“Akh, Te…”Di bawah guyuran air pancuran yang terasa hangat, Dante menghimpit tubuh Cintara merapat ke dinding yang dingin. Perempuan itu melenguh pelan seiring dengan Dante yang mendesakkan jemarinya semakin dalam.“You’re wet, Ta,” bisik Dante sembari menggigit telinga Cintara.Cintara sempat menahan napasnya selama beberapa saat. Ia menggigit bibirnya bagian dalam. Merasakan sekujur tubuhnya menggelinjang hebat, terlebih saat Dante mulai memasukkan satu jarinya lagi di bawah sana.Dante menunduk. Mempertemukan bibirnya dengan bibir Cintara sembari memagutnya dengan penuh kelembutan. Tidak lama karena bibir Dante kemudian bergerak turun dan tenggelam di puncak dadanya.Ada hangat, lembab, dan basah saat jemari Dante bergerak keluar masuk di bawah sana. Pun begitu dengan Cintara yang nyaris kehilangan kendalinya sekaligus tersiksa setiap kali Dante menyentuhnya. Ini bukan kali pertamanya namun Cintara nyaris tenggelam dalam kenikmatan yang nyaris membuatnya menggila.“Te, aku—” Bersa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

76. Kabar Bahagia

CINTARA menggeliat di atas tempat tidur. Matanya mengerjap pelan seiring dengan kepalanya yang terasa pening. Pandangannya lantas mengedar ke sekitar. Terakhir kalinya Cintara masih sadarkan diri, ia sedang berada di rumah sakit.Lalu, “Dante?” Cintara cepat-cepat mengubah posisinya menjadi duduk, terlihat begitu panik.“Ta? Kamu sudah bangun?” Mama Elisa lantas bangkit dari duduknya.“Ma, Dante di mana? Gimana keadaan Dante, Ma?” tanya Cintara panik.“Hei, Ta. Kamu yang tenang, ya?” Mama Elisa mengusap lengan Cintara, berusaha untuk menenangkannya. “Dante baik-baik saja, kok. Jadi kamu nggak usah khawatir, ya?”“Terus ini kenapa aku di sini, Ma? Aku—”Suara seseorang yang tengah membuka pintu sejenak mengalihkan perhatian keduanya. Mama Kinnas melangkah masuk ke dalam sembari mendorong Dante yang tengah duduk di atas kursi roda.“Te, kamu—” Cintara terisak. Tatapnya terpaku pada kondisi Dante yang terlihat mengkhawatirkan. “Kamu nggak apa-apa?” Pandangan Cintara lantas turun ke bagia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

77. Ngidam

Hoek!“Te? Kamu kenapa?” Mendengar suara Dante dari kamar mandi, Cintara langsung bangkit duduk dengan cepat lalu melangkah menuju ke kamar mandi. “Te, are you okay?” tanya Cintara sembari mengetuk pintu.Pintu kamar mandi lantas terbuka. “Hei, aku bangunin kamu, ya?” Dante menggandeng tangan Cintara lalu mengajaknya duduk di tepi ranjang.“Kamu kenapa? Kamu sakit, ya?”“Nggak kok, Ta. Aku cuma ngerasa mual aja tadi.”“Jangan-jangan masuk angin.” Cintara menyentuh kening Dante. “Kamu yakin mau berangkat ke kantor sekarang?” tanya Cintara.Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian penusukan waktu itu dan Dante sudah diperbolehkan untuk pulang.Pria itu menerbitkan senyuman tipis lalu mengangguk. “Nggak sih, Ta. Tadi habis muntah, tapi sekarang udah enakan, kok.” “Kamu yakin?” Dante hanya mengangguk. “Kenapa nggak bangunin aku, sih? Aku jadi nggak sempat nyiapin apa-apa buat kamu, kan?” gerutu Cintara. “Seriusan deh, Te, kenapa aku jadi mageran gini, ya?”“Nggak apa-apa, Ta. Lagian kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

78. Ke Dokter Kandungan

“Kata Kevin kalian habis dari Bogor tadi siang. Katanya kamu lagi ngidam asinan Bogor. Beneran?”Cintara mengerutkan keningnya sembari menoleh ke arah Dante yang sejak tadi fokus mengemudi lalu Dante terkekeh. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Leanders Hospitals sore itu. “Kevin bilang sama kamu, ya?” Dante mendecak. “Padahal aku udah minta ke dia buat nggak ember.”“Iya. Dia bilang katanya diganggu sama kamu. Jadi beneran kamu lagi ngidam, ya?”“Ya gitu, Ta. Tadi aku emang dari Bogor sama Kevin. Entah kenapa pas sampai kantor aku pengen banget makan asinan Bogor. Dan karena Kevin juga ada janji klien ke sana, makanya sekalian deh, aku barengan sama Kevin.”“Astaga, Te. Kok bisa, sih? Apa ini ada hubungannya sama kamu yang muntah-muntah tadi pagi?”Dante mengedikkan bahu. “Mungkin. Kata Clara emang ada kejadian yang aku alami sekarang ini, Ta.” Dante meraih tangan Cintara ke dalam genggamannya. “Namanya kehamilan simpatik. Tadinya aku nggak percaya, terus akhirnya aku cari di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

79. Ngidam Lagi?

Dante dan Cintara tiba di rumah Kinnas saat waktu sudah menunjuk angka enam petang. Mereka disambut dengan senyum hangat dari Kinnas yang tampak penasaran dengan keadaan Cintara setelah pulang dari rumah sakit.“Ta? Mas?” Kinnas mengayunkan langkahnya menghampiri mereka lalu berhambur memeluk keduanya secara bergantian. “Mama minta maaf ya, Mas, Ta, maaf karena udah minta kalian buat datang. Tadi gimana kata Dokter Inggit?”“Nggak apa-apa, Ma.” Cintara menarik diri. “Kata dokter janinnya berkembang dengan baik.”Kinnas tampak berbinar senang. Pun begitu dengan Cintara yang tersenyum bahagia karenanya.Kinnas menggamit lengan Cintara lalu ketiganya melangkah melewati pintu. “Kamu nggak ngerasa mual atau gimana, Ta?”“Nggak, Ma. Entah harus bersyukur atau sebaliknya.” Cintara tersenyum. “Yang ngerasa mual malah Dante.”“Oh ya…? Kalian duduk dulu, ya? Biar Mama buatin teh kalian dulu.”Keduanya berjalan melewati pintu depan lalu melangkah menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Tante Sheila
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

80. Cintara Cemburu

Dante dan Cintara melangkah keluar dari pesawat, merasa lega karena mereka telah mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Benar saja, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke Bali dalam rangka menuruti keinginan Dante yang terdengar impulsif. “Ini beneran kalian mau terbang ke Bali mendadak gini?” tanya Mama Kinnas saat sebelum mereka berangkat ke bandara siang tadi. “Cintara lagi hamil lho, Mas!” katanya. “Jangan capek-capek selama di sana ya, Ta. Mas Dante juga jangan sampai ngebiarin Cintara kecapekan. Iya, tahu Mas Dante yang ngerasa mual dan muntah, tapi kan anaknya di dalam perut Cintara. Jadi Cintara yang seharusnya nggak boleh capek-capek!” omel Mama Kinnas lagi. Setelah mengambil kopernya, keduanya melangkah melewati pintu kedatangan. Hal pertama yang mereka rasakan adalah hembusan angin tropis dengan langit cerah yang menghiasi. “Ini beneran kamu udah sewa mobil?” tanya Cintara saat keduanya melangkah meninggalkan pintu kedatangan. “Iya, Ta.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status