Beranda / Pernikahan / Teman tapi Menikah / 73. Habis Ini Kita Bikin, Ya?

Share

73. Habis Ini Kita Bikin, Ya?

Penulis: IKYURA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-19 12:32:01

“Jadi, beneran udah akur banget, nih?” cibir Kanaya.

“Apaan sih, Nay?” Cintara mendecak pelan. “Tapi salah nggak sih, kalau gue nampar Kinara kemarin itu? Asli banget itu cewek nggak ada rasa bersalahnya tahu, nggak!”

“Ya nggak salah lah! Dia aja yang kurang ajar banget sama lo. Udah jelas Dante laki lo, main nyosor aja kayak bemo! Orang sinting emang!”

“Mana Mama Kinnas sampai tahu pula masalah gue. Sumpah, gue malu banget, Nay.”

“Ya nggak apa-apa dong, Ta. Lagian mertua lo pasti khawatir juga, dong. Pas Dante sakit kan lo nggak ada di apartemennya. Pasti timbul pertanyaan juga kenapa sampai-sampai lo nggak ada di sana. Mana Dante kan ‘anak mami’ banget, Ta. Udah ketebak kalau mertua lo bakalan tahu.”

Cintara mengerucutkan bibirnya sembari menyandarkan kepalanya ke punggung sofa. “Ya gitu, deh.”

“Terus si Ulet Bulu itu masih di kantornya Dante?”

“Kata Dante sih dia bakalan dimutasi ke kantor cabang. Gue juga nggak nanya lagi. Males banget ya, kan ngebahas dia.”

“Iya, sih. Tapi kalau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Teman tapi Menikah   74. New Hair

    “Aku mau ke salon sama Kanaya hari ini, Te.” Cintara melongokkan jam yang melingkar di tangannya. “Katanya sih Kanaya udah di jalan. Tapi sampai sekarang dia belum nongol juga.”“Jangan capek-capek lho, ya. Besok kan kamu udah mulai nugas, Ta.”Tidak terasa libur selama empat minggu, dan Cintara akan kembali bekerja besok pagi. “Iya, iya. Palingan nggak sampai sore, kok.” Cintara bisa melihat mobil Kanaya memasuki pelataran lobi. “Kalau misal aku potong rambut boleh, nggak?” tanya Cintara.“Boleh, dong. Do whatever you want, Sayang. Kalau kamu happy, aku juga happy.”“Dih! Nggak usah dimanis-manisin gitu bisa nggak, sih?” Cintara tertawa. “Ya udah kalau gitu. Kanaya udah datang, nih. Aku jalan dulu ya, Te.”Cintara mengayunkan langkahnya mendekati pintu penumpang lalu masuk ke mobil. “Ciumnya mana?” tanya Dante di seberang sana.“Ck! Malu ah, Te. Ada Kanaya, nih. Bisa-bisa dirujak habis-habisan sama dia!”Dante terkekeh. “Ya udah, hati-hati ya, Sayang. I love you.”“Dijawab I love y

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   75. It Was Amazing (21+)

    “Akh, Te…”Di bawah guyuran air pancuran yang terasa hangat, Dante menghimpit tubuh Cintara merapat ke dinding yang dingin. Perempuan itu melenguh pelan seiring dengan Dante yang mendesakkan jemarinya semakin dalam.“You’re wet, Ta,” bisik Dante sembari menggigit telinga Cintara.Cintara sempat menahan napasnya selama beberapa saat. Ia menggigit bibirnya bagian dalam. Merasakan sekujur tubuhnya menggelinjang hebat, terlebih saat Dante mulai memasukkan satu jarinya lagi di bawah sana.Dante menunduk. Mempertemukan bibirnya dengan bibir Cintara sembari memagutnya dengan penuh kelembutan. Tidak lama karena bibir Dante kemudian bergerak turun dan tenggelam di puncak dadanya.Ada hangat, lembab, dan basah saat jemari Dante bergerak keluar masuk di bawah sana. Pun begitu dengan Cintara yang nyaris kehilangan kendalinya sekaligus tersiksa setiap kali Dante menyentuhnya. Ini bukan kali pertamanya namun Cintara nyaris tenggelam dalam kenikmatan yang nyaris membuatnya menggila.“Te, aku—” Bersa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   76. Kabar Bahagia

    CINTARA menggeliat di atas tempat tidur. Matanya mengerjap pelan seiring dengan kepalanya yang terasa pening. Pandangannya lantas mengedar ke sekitar. Terakhir kalinya Cintara masih sadarkan diri, ia sedang berada di rumah sakit.Lalu, “Dante?” Cintara cepat-cepat mengubah posisinya menjadi duduk, terlihat begitu panik.“Ta? Kamu sudah bangun?” Mama Elisa lantas bangkit dari duduknya.“Ma, Dante di mana? Gimana keadaan Dante, Ma?” tanya Cintara panik.“Hei, Ta. Kamu yang tenang, ya?” Mama Elisa mengusap lengan Cintara, berusaha untuk menenangkannya. “Dante baik-baik saja, kok. Jadi kamu nggak usah khawatir, ya?”“Terus ini kenapa aku di sini, Ma? Aku—”Suara seseorang yang tengah membuka pintu sejenak mengalihkan perhatian keduanya. Mama Kinnas melangkah masuk ke dalam sembari mendorong Dante yang tengah duduk di atas kursi roda.“Te, kamu—” Cintara terisak. Tatapnya terpaku pada kondisi Dante yang terlihat mengkhawatirkan. “Kamu nggak apa-apa?” Pandangan Cintara lantas turun ke bagia

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   77. Ngidam

    Hoek!“Te? Kamu kenapa?” Mendengar suara Dante dari kamar mandi, Cintara langsung bangkit duduk dengan cepat lalu melangkah menuju ke kamar mandi. “Te, are you okay?” tanya Cintara sembari mengetuk pintu.Pintu kamar mandi lantas terbuka. “Hei, aku bangunin kamu, ya?” Dante menggandeng tangan Cintara lalu mengajaknya duduk di tepi ranjang.“Kamu kenapa? Kamu sakit, ya?”“Nggak kok, Ta. Aku cuma ngerasa mual aja tadi.”“Jangan-jangan masuk angin.” Cintara menyentuh kening Dante. “Kamu yakin mau berangkat ke kantor sekarang?” tanya Cintara.Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian penusukan waktu itu dan Dante sudah diperbolehkan untuk pulang.Pria itu menerbitkan senyuman tipis lalu mengangguk. “Nggak sih, Ta. Tadi habis muntah, tapi sekarang udah enakan, kok.” “Kamu yakin?” Dante hanya mengangguk. “Kenapa nggak bangunin aku, sih? Aku jadi nggak sempat nyiapin apa-apa buat kamu, kan?” gerutu Cintara. “Seriusan deh, Te, kenapa aku jadi mageran gini, ya?”“Nggak apa-apa, Ta. Lagian kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   78. Ke Dokter Kandungan

    “Kata Kevin kalian habis dari Bogor tadi siang. Katanya kamu lagi ngidam asinan Bogor. Beneran?”Cintara mengerutkan keningnya sembari menoleh ke arah Dante yang sejak tadi fokus mengemudi lalu Dante terkekeh. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Leanders Hospitals sore itu. “Kevin bilang sama kamu, ya?” Dante mendecak. “Padahal aku udah minta ke dia buat nggak ember.”“Iya. Dia bilang katanya diganggu sama kamu. Jadi beneran kamu lagi ngidam, ya?”“Ya gitu, Ta. Tadi aku emang dari Bogor sama Kevin. Entah kenapa pas sampai kantor aku pengen banget makan asinan Bogor. Dan karena Kevin juga ada janji klien ke sana, makanya sekalian deh, aku barengan sama Kevin.”“Astaga, Te. Kok bisa, sih? Apa ini ada hubungannya sama kamu yang muntah-muntah tadi pagi?”Dante mengedikkan bahu. “Mungkin. Kata Clara emang ada kejadian yang aku alami sekarang ini, Ta.” Dante meraih tangan Cintara ke dalam genggamannya. “Namanya kehamilan simpatik. Tadinya aku nggak percaya, terus akhirnya aku cari di

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   79. Ngidam Lagi?

    Dante dan Cintara tiba di rumah Kinnas saat waktu sudah menunjuk angka enam petang. Mereka disambut dengan senyum hangat dari Kinnas yang tampak penasaran dengan keadaan Cintara setelah pulang dari rumah sakit.“Ta? Mas?” Kinnas mengayunkan langkahnya menghampiri mereka lalu berhambur memeluk keduanya secara bergantian. “Mama minta maaf ya, Mas, Ta, maaf karena udah minta kalian buat datang. Tadi gimana kata Dokter Inggit?”“Nggak apa-apa, Ma.” Cintara menarik diri. “Kata dokter janinnya berkembang dengan baik.”Kinnas tampak berbinar senang. Pun begitu dengan Cintara yang tersenyum bahagia karenanya.Kinnas menggamit lengan Cintara lalu ketiganya melangkah melewati pintu. “Kamu nggak ngerasa mual atau gimana, Ta?”“Nggak, Ma. Entah harus bersyukur atau sebaliknya.” Cintara tersenyum. “Yang ngerasa mual malah Dante.”“Oh ya…? Kalian duduk dulu, ya? Biar Mama buatin teh kalian dulu.”Keduanya berjalan melewati pintu depan lalu melangkah menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Tante Sheila

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   80. Cintara Cemburu

    Dante dan Cintara melangkah keluar dari pesawat, merasa lega karena mereka telah mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Benar saja, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke Bali dalam rangka menuruti keinginan Dante yang terdengar impulsif. “Ini beneran kalian mau terbang ke Bali mendadak gini?” tanya Mama Kinnas saat sebelum mereka berangkat ke bandara siang tadi. “Cintara lagi hamil lho, Mas!” katanya. “Jangan capek-capek selama di sana ya, Ta. Mas Dante juga jangan sampai ngebiarin Cintara kecapekan. Iya, tahu Mas Dante yang ngerasa mual dan muntah, tapi kan anaknya di dalam perut Cintara. Jadi Cintara yang seharusnya nggak boleh capek-capek!” omel Mama Kinnas lagi. Setelah mengambil kopernya, keduanya melangkah melewati pintu kedatangan. Hal pertama yang mereka rasakan adalah hembusan angin tropis dengan langit cerah yang menghiasi. “Ini beneran kamu udah sewa mobil?” tanya Cintara saat keduanya melangkah meninggalkan pintu kedatangan. “Iya, Ta.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Teman tapi Menikah   81. Villa di Ubud

    Setelah berkendara selama satu jam lamanya, akhirnya mereka tiba di kawasan Ubud. Langit sudah terlihat menggelap bersamaan dengan kabut yang mulai turun saat mereka tiba di villa.Setelah melakukan check in, Dante dan Cintara mengayunkan langkahnya menuju ke kamar. Cintara berjalan di depan dengan wajahnya yang antusias, sementara Dante menarik koper di belakangnya.Mereka akan menginap di Ubud selama dua hari, dan dua hari berikutnya mereka akan menginap di kawasan Seminyak.“Wah…” Cintara mengayunkan langkahnya masuk ke dalam villa, tatapannya memendar ke sekitar lalu melangkah mendekati balkon. Begitu pintu dibuka pemandangan pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi menjadi pemandangan yang pertama kali dilihat Cintara. “Ini kamu nemu di mana, sih? Kok bisa kepikiran buat staycation di villa begini.”“Suka, nggak?” Dante melangkah menghampiri Cintara setelah menaruh koper. Tangannya lantas terulur, melingkar di pinggang istrinya dan mendekapnya dari belakang.“Nyaman dan tenang ban

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20

Bab terbaru

  • Teman tapi Menikah   95. Happily Ever After

    Suara ketukan dari luar sejenak mengalihkan perhatian Dante yang sejak tadi sibuk menatap layar monitornya. Pria itu menghela napas pendek lalu menoleh ke arah pintu. Seorang perempuan melangkah menghampirinya.“Clara?”Perempuan itu mengulas senyum tipis. “Pak Dante ada waktu sebentar?” tanya Clara saat itu.Pria itu mengangguk. “Ada apa?”Perempuan itu melangkah mendekat lalu mengangsurkan sebuah amplop putih ke arah Dante. Pria itu mengernyit, bertanya-tanya.“Apa ini?” tanya Dante lagi.“Setelah saya pikirkan matang-matang, saya memutuskan untuk resign, Pak.”“Kamu yakin?” tanya Dante lagi. “Kamu baik-baik saja?”Clara tak langsung menjawab. Ia menggigit bibirnya bagian dalam, memberanikan diri untuk menatap wajah Dante yang kini menatapnya dengan lekat.“Saya ingin menemani ibu saya di Jogja, Pak. Sekaligus… saya ingin menenangkan diri dulu. Kejadian beberapa bulan yang lalu cukup membekas di hati saya.”“Kamu tahu kan, kalau saya dan Cintara sudah melupakannya? Kamu sudah bertah

  • Teman tapi Menikah   94. Kado Untuk Cintara

    “Happy birthday, Dia Cintara Naladhipa,”Cintara terdiam selama beberapa saat lalu seketika membelalak lebar. “Hah? Emang aku ulang tahun hari ini?” Cintara menundukkan wajah, melihat kalender pada ponselnya. “Ya ampun, Te…”Mata Cintara seketika berbinar-binar. Menatap buket bunga yang masih ada di tangan Dante. Rupanya pria itu sengaja membeli bunga itu untuk Cintara.“Kamu nggak mau ambil bunganya?” tanya Dante membuyarkan keterdiaman Cintara. “Tangan aku pegal lho, Ta.”Air mata Cintara tiba-tiba jatuh membasahi wajah cantiknya. Ia meraih buket bunga warna kuning, “aku lupa…”“It’s your birthday, Ta. Kenapa nangis, sih?”Perempuan itu mengerjap bersamaan dengan air matanya yang jatuh membasahi wajah cantiknya. “Aku lupa, tapi kamu malah inget sama ulang tahunku.”“Kunci rumah kamu taruh di meja aja, satu jam setelahnya kamu lupa, Ta.” Tangan Dante terulur ke depan, mengusap pipi Cintara yang lembut. “Semoga panjang umur …” Tangis Cintara semakin menggugu. “Terima kasih karena kamu

  • Teman tapi Menikah   93. Happy Birthday

    “Udah beneran nggak apa-apa, kan?” tanya Dante.Pria itu baru saja kembali dari mengurus segala urusan administrasi Cintara selama istrinya dirawat di rumah sakit.“Emang kalau nggak beneran kenapa?”Dante mengulas senyum tipis. Ia duduk di tepi ranjang tidur. Tangannya terulur ke depan, menyelipkan anak rambut Cintara ke belakang telinga. “Kalau belum benar-benar sembuh, nggak masalah kalau aku mesti ambil cuti lagi buat jagain kamu di sini.”Cintara mendecak dengan matanya yang melotot. “Nggak usah aneh-aneh deh, Te. Aku udah baik-baik saja sekarang. Dua hari makan makanan rumah sakit tuh nggak enak. Aku pengen makan soto, aku pengen makan sate, terus aku pengen makan bebek goreng habis ini!”“Emang perutnya muat?” tanya Dante dengan lembut.“Ya kan nanti ada kamu yang bakalan bantu ngabisin.” Cintara tertawa. “Ya kan, De?” ujarnya sembari mengusap perutnya yang sedikit membola.“Sebelum pulang, kita mampir ke ruang rawatnya Clara dulu ya, Ta? Bu Yenny tadi sempat telepon, dan penge

  • Teman tapi Menikah   92. Akhir Segalanya

    “Mas? Gimana keadaan Cintara sekarang?”Dante yang sejak tadi duduk di bangku yang ada di koridor itu lantas menoleh. Ia bangkit dari duduknya lalu melangkah menghampiri Arjuna.“Cintara lagi diperiksa sama Inggit, Pa. Aku minta Inggit buat memastikan keadaannya dulu. Kejadian hari ini pasti bikin terguncang.”Arjuna menghela napas pendek. “Semua udah selesai, Mas. Kamu nggak perlu mikirin lagi.”“Gimana keadaan Niko, Pa?”“Dia dirawat di sini. Ada polisi yang akan mengawasi dia selama 24 jam. Tembakan Papa cuma mengenai pundaknya dan dia akan baik-baik saja sampai dijatuhi hukuman.”“Dia harus membayar mahal atas perbuatannya, Pa.”Arjuna mengangguk, membenarkan ucapan Dante. “Papa akan pastikan itu. Jangan dipikirin ya, Mas. Cintara masih butuh kamu untuk tetap di sampingnya. Dia pasti terguncang banget sekarang.”“Makasih, Pa. Kalau nggak ada Papa, aku nggak tahu gimana jadinya kalau sampai Cintara kenapa-napa.”Arjuna menepuk bahu Dante dengan lembut. “Sekarang kamu temenin Cintar

  • Teman tapi Menikah   91. Menyelamatkan Cintara

    “Saya sekarang ada di rumah sakit, Bu. Clara sempat mengeluh sakit dan makanya saya langsung bawa dia ke rumah sakit.”Setelah memberikan kabar kepada Yenny, Dante melangkah menghampiri Clara yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang IGD.Wajahnya terlihat pucat dan hal itu mengingatkan Dante pada keadaan Cintara saat itu. “Pak, maaf…”“Kita bisa bicara nanti, Ra. Yang terpenting sekarang adalah kamu harus diperiksa dulu.”Masih dengan terisak, Clara menggeleng cepat. Entah ia tengah menyesal karena sudah membuat Dante terlibat dengan masalahnya atau karena ia tidak mampu menahan rasa sakit.“Niko, Pak. Saya diancam sama Niko.”Seketika Dante terdiam. Ada banyak pertanyaan yang kini berjejalan di kepalanya. Namun saat Inggit sudah menghampirinya, Dante langsung mengurungkan niatnya untuk sekadar bertanya.“Dia sekretaris gue, Nggit. Tolong dia.” Inggit mengangguk. “Lo yang tenang, Te. Gue bakalan berusaha semaksimal mungkin. Tapi, Te… melihat kondisinya saat ini, gue akan berusa

  • Teman tapi Menikah   90. Penculikan

    Cintara sedang duduk di ruang tamu rumahnya dengan perasaan gelisah lantaran Dante sama sekali tidak memberikan kabar apapun.Perempuan itu akhirnya menyerah. Ia meraih ponsel yang ada di atas meja saat bersamaan dengan ponselnya berdering. Cintara bangkit dan melihat nama Dante muncul di layar. Cepat-cepat perempuan itu mengangkat panggilan itu.“Halo, Te? Gimana hasilnya? Kamu berhasil membujuk Clara?” tanya Cintara dengan tak sabaran.“Aku lagi di rumah sakit, Ta. Maaf ya kalau aku belum sempat ngabarin kamu. Kondisi Clara memburuk, Ta.”“Memburuk? Maksud kamu apa? Clara sakit?”“Kondisi kandungannya melemah. Sekarang dia lagi ditangani sama dokter.” Cintara bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang. Ia sudah kehilangan kata-kata. “Tapi kamu nggak usah khawatir, ya? Aku lagi nunggu Ibunya Clara datang dan—”“Aku ke sana sekarang juga, Te.”“Tapi, Ta. Kamu—”“Kamu pernah bilang kan kalau kita akan melaluinya sama-sama? Aku yakin kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini sege

  • Teman tapi Menikah   89. Rencana Dante

    “Aku benar-benar nggak nyangka kalau Clara bakalan sejahat itu sama kamu, Te.” Cintara menarik napas pendek. “Kamu yakin bisa mengatasinya? Udah seminggu ini Clara menolak ajakanku untuk ketemu.”“Hei…” Dante menarik Cintara ke dalam pelukannya. Meskipun kepalanya terasa nyeri luar biasa, namun ia tidak ingin menunjukkannya di depan Cintara. “Aku pasti akan menemukan jalan keluar, Ta. Ini cuma perkara waktu aja.”“Terus rencana kamu apa sekarang?” tanya Cintara penasaran.“Aku mau ke rumahnya Clara, Ta. Aku nggak mau terlalu lama menunda-nunda masalah ini.”“Mau ditemenin?”Dante menggeleng. “Aku pergi sendiri aja, ya?” ujarnya. “Aku nggak mau Clara merasa terintimidasi, Ta. Aku yakin banget kalau sekarang dia lagi kebingungan.”Cintara menarik napas pendek. “Menurut kamu siapa yang berani melakukannya dengan Clara? Maksudnya… gila aja gitu. Clara pacaran sama cowok yang abusive sampai dia hamil. Dan sekarang dia justru menuduh kamu yang memperkosa dia.” Ia semakin mempererat dekapann

  • Teman tapi Menikah   88. Saya Dilecehkan, Pak

    Suara deringan ponsel Dante sejenak mengalihkan perhatian mereka. Dante menundukkan wajah dan mendapati nama Cintara muncul di layar.“Saya mau angkat panggilan dari istri saya dulu, Pak, Bu.” Dante bangkit dari duduknya lalu melekatkan benda pipih itu ke telinga. “Halo, Ta?”“Te… gimana Clara? Kamu udah ketemu sama dia?”“Ta… aku lagi ada masalah di sini. Kayaknya aku nggak bisa langsung pulang, deh.”“Masalah apa?”Dante menghela napas pendek, tatapannya tertuju pada ruang tamu Clara yang dikerumuni orang-orang. “Clara menuduh aku memperkosa dia, dan sekarang aku lagi disidang sama warga sekitar sini.”“Memperkosa?” ujar Cintara dengan suara meninggi. “Siapa yang menuduh kamu begitu, Te? Siapa?”“Kamu percaya kan kalau aku nggak melakukan semua itu?”“Mana mungkin aku percaya, Te. Aku yakin 100% kamu nggak akan melakukan hal sekotor itu tahu, nggak! Sekarang kirimkan alamatnya Clara, aku mau nyusul kamu ke sana, Te.”“Kamu udah janji nggak akan ke mana-mana, Ta. Jadi kamu—”“Dan ng

  • Teman tapi Menikah   87. Yang Terjadi dengan Clara

    “Lagi mikirin apa?” Suara vokal Cintara sejenak mengalihkan perhatian Dante yang sejak tadi melamun di balkon. Pria itu sudah terlihat rapi dan hendak berangkat ke kantor pagi itu. Cintara mengayunkan langkahnya mendekat lalu merapikan dasi Dante yang terlihat miring. “Kamu masih kepikiran soal Niko, ya?”“Untuk sementara waktu jangan ke mana-mana dulu, ya?” ujar Dante sembari menyelipkan anak rambut Cintara ke belakang telinga. “Kita nggak tahu apakah Niko benar-benar kabur atau dia punya niat buat balas dendam sama kita, Ta. Aku nggak mau kamu kenapa-napa.”“Iya, Te. Tapi kamu juga hati-hati, ya. Aku nggak akan ke mana-mana, kok.” Cintara menghela napas pendek. “Tapi yang jadi masalah, kalau Mama tanya soal ini, aku mesti jawab apa?”“Jawab apa adanya aja, Ta. Setidaknya Mama juga bisa bantu aku buat jagain kamu nanti.”“Tapi kamu yakin kalau yang nabrak aku waktu itu emang disengaja?” tanya Cintara.Dante mengangguk. “Kalau nggak disengaja, orang yang menabrak kamu pasti nggak akan

DMCA.com Protection Status