Lampu-lampu di ruang kerja Sietta masih menyala terang, sementara di luar sudah malam. Sietta duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh sketsa-sketsa dan kain-kain contoh. Ia berkonsentrasi penuh, mencoret-coret di atas kertas dengan pensilnya, mencoba menyempurnakan desain terakhir untuk peluncuran karya barunya. Matanya lelah, tapi semangatnya tetap membara.Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka perlahan. Dong Min masuk dengan hati-hati, membawa secangkir teh hangat di tangannya. "Aku bawakan minuman hangat untukmu, Sayang," katanya dengan suara lembut, seolah-olah ia adalah suami yang sempurna, penuh perhatian.Sietta tidak menoleh. Ia tetap fokus pada pekerjaannya, seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Dong Min. "Letakkan saja di meja," katanya dingin, tanpa sedikit pun menatap suaminya. Dong Min terlihat sedikit kecewa, tapi ia tetap menuruti permintaan istrinya. Ia meletakkan cangkir teh di sudut meja kerja Sietta, kemudian berdiri di sana, berharap mend
Baca selengkapnya