Share

Bab 96

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-18 07:00:56

Lampu-lampu di ruang kerja Sietta masih menyala terang, sementara di luar sudah malam. Sietta duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh sketsa-sketsa dan kain-kain contoh. Ia berkonsentrasi penuh, mencoret-coret di atas kertas dengan pensilnya, mencoba menyempurnakan desain terakhir untuk peluncuran karya barunya. Matanya lelah, tapi semangatnya tetap membara.

Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka perlahan. Dong Min masuk dengan hati-hati, membawa secangkir teh hangat di tangannya. "Aku bawakan minuman hangat untukmu, Sayang," katanya dengan suara lembut, seolah-olah ia adalah suami yang sempurna, penuh perhatian.

Sietta tidak menoleh. Ia tetap fokus pada pekerjaannya, seolah tidak mendengar apa yang dikatakan Dong Min. "Letakkan saja di meja," katanya dingin, tanpa sedikit pun menatap suaminya. Dong Min terlihat sedikit kecewa, tapi ia tetap menuruti permintaan istrinya. Ia meletakkan cangkir teh di sudut meja kerja Sietta, kemudian berdiri di sana, berharap mend
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 97

    Setelah sesi tanya jawab dengan wartawan, Sietta mengangkat tangannya, meminta perhatian dari semua yang hadir. "Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa. Sekarang, mari kita saksikan koleksi terbaru kami. Nikmati pertunjukannya, dan pastikan tetap di sini hingga akhir acara. Ada kejutan yang telah kami siapkan."Kerumunan mulai bergerak menuju area peragaan busana, suasana dipenuhi dengan antisipasi dan kegembiraan. Lampu-lampu menyorot runway yang dihiasi dengan dekorasi elegan, menciptakan atmosfer mewah dan memukau. Musik mulai mengalun, mengiringi langkah-langkah para model yang berlenggak-lenggok memperlihatkan karya-karya Sietta.Rancangan busana Sietta segera mencuri perhatian hadirin. Setiap desain tampak memancarkan kekuatan dan keanggunan yang menjadi tema malam itu. Bahan-bahan berkualitas tinggi, potongan-potongan yang presisi, dan detail-detail yang rumit membuat setiap pakaian menjadi karya seni tersendiri. Para hadirin bertepuk tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 98

    Malam itu, Aruna masih terjaga di ruang tamu, bermain bersama Rohana yang mulai aktif merangkak di sekitar ruang. Televisi di sudut ruangan menayangkan berita siaran langsung fashion show Sietta yang mendadak menjadi berita utama. Aruna menghentikan gerakannya sejenak, pandangannya tertuju pada layar yang menunjukkan penangkapan Serena.Tangan Aruna bergetar saat ia meraih remote untuk menaikkan volume. Wajah Serena yang terkejut dan marah, disertai Dong Min yang tampak tak percaya, terlihat jelas di layar. Kamera mengikuti setiap langkah polisi yang mengawal mereka keluar dari ballroom, suara reporter menggema dengan berita penangkapan ini."Setelah sekian lama, akhirnya kejahatan Serena terungkap di hadapan publik. Penangkapan ini dilakukan dengan kerjasama antara pihak berwenang dan pihak Sietta. Kami juga melihat keterlibatan langsung dari Bintara, suami dari Serena sendiri yang turut hadir di acara tersebut," ucap reporter dengan nada serius.Air mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 99

    Akhirnya setelah sekian lama, Bintara pulang menemui Aruna. Perjalanan di mobil terasa seperti perjalanan menuju kebebasan, dengan langit cerah siang hari dan sinar matahari yang hangat menerangi jalanan.Perasaan lega dan antusias bercampur menjadi satu dalam hati Bintara. Ia melihat pemandangan yang melintas di jendela mobil, seakan setiap pepohonan dan rumah yang dilewatinya berbisik, "Selamat datang kembali."Bintara menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, mengingat perjalanan panjang yang telah dilaluinya. Udara segar dan semilir angin yang masuk melalui celah jendela mobil memberinya ketenangan. "Aku akan segera sampai," batinnya, sambil tersenyum tipis, membayangkan pertemuan yang telah lama dinantikannya.Setelah beberapa saat, mobil berhenti di depan rumah kontrakan Aruna. Bintara turun, melangkah dengan tegas namun lembut. Di halaman rumah, Aruna sedang melayani pembeli sayur, wajahnya penuh konsentrasi dan kesabaran, menunjukkan profesionalism

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 100

    Sinar matahari pagi mulai menembus jendela kamar mereka. Aruna bangun lebih dulu karena Rohana merengek minta ASI. Dengan gerakan lembut dan penuh kasih sayang, Aruna mengambil Rohana dari ranjang bayi dan mulai menyusui.Bintara terbangun dari tidurnya, matanya mengamati Aruna yang sedang menenangkan Rohana. Dia melihat betapa lembut dan penuh perhatian Aruna terhadap putri mereka, tetapi dia juga malah salah fokus memandang bukit kembar Aruna yang terlihat lebih indah.Bintara hanya bisa menelan ludah karena saat ini ia merasakan jarak yang masih ada di antara mereka. Aruna masih bersikap dingin, tanpa menoleh atau mengucapkan selamat pagi.Bintara bergeser mendekati Aruna yang tengah menyusui Rohana di sampingnya. "Pagi Sayang," ucapnya dengan suara pelan, berharap bisa mencairkan suasana.Aruna hanya mengangguk singkat tanpa mengucapkan sepatah kata pun, fokus pada Rohana yang sedang menyusu. Bintara merasa sedikit kecewa, tapi dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 101

    Bibir lembab Bintara menjalar ke leher jenjang Aruna. Sementara Aruna telah pasrah merasakan sensasi menyengat dari bibir Bintara juga hembusan nafasnya yang membuat bulu kuduk Astoria meremang.“Sshh Bi-Bin ahh …,” rintih Aruna ketika ia rasakan kedua tangan Bintara mulai meraba naik ke dadanya di balik daster, sementara bibir Bintara masih belum absen memberikan tanda kemerahan di leher Aruna.Kecupan Bintara naik ke telinga Aruna, “Aruna …, aku mencurahkan perasaanku di setiap sentuhan ini …,” ucapnya sambil melepas tali bra istrinya itu dari balik dasternya.Aruna melingkarkan lengannya di leher Bintara, wajahnya memerah panas ketika mendengar kata-kata Bintara. Bintara juga juga mengecup pipi Aruna dengan begitu lembut, mengecup kening, trun ke hidung, lalu menatap Aruna sendu.“Jangan bandingkan perlakuanku pada Serena …, aku bahkan melakukannya dengan kasar … dan masih membayangkanmu saat hasratku keluar,” lanjut Bintara, semakin mendekatka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 102

    Keesokan harinya, Bintara, Aruna, dan Rohana bersiap-siap untuk mengunjungi rumah orang tua Aruna. Perjalanan menuju rumah tersebut terasa seperti perjalanan penting yang penuh dengan harapan dan penantian. Sesampainya di rumah orang tua Aruna, mereka disambut dengan senyuman dan pelukan hangat. Pak Brahma, dengan wajah yang selalu tegas, namun kali ini tampak lebih lembut, menyambut Bintara dengan jabatan tangan yang kuat. "Senang melihatmu lagi, Bintara," katanya, suaranya penuh makna. Bintara mengangguk dengan hormat. "Senang bertemu kembali, Ayah. Saya datang untuk membuktikan bahwa saya serius dengan janji saya." Mereka semua duduk di ruang tamu yang hangat, dengan aroma kopi yang baru diseduh menyelimuti udara. Ibu Lasmi menggendong Rohana dengan senyuman hangat, sementara Bintara memulai pembicaraan dengan hati-hati. Ia menjelaskan bagaimana semua masalah telah diselesaikan, bagaimana Serena telah dipenjara, dan menceraikannya ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 103

    "Ibu baik-baik aja, tapi dia gak mau di bawa ke Jakarta, padahal aku khawatir kalau dia tinggal di Bandung sendirian," jawab Bintara akhirnya. "Gak apa-apa, kita bisa bujuk Ibu pelan-pelan." Aruna menatap hangat pada Bintaran sambil menepuk bahu Bintara pelan.Bintara terdiam sejenak, merenungi kata-kata Aruna. Tatapan matanya penuh kekhawatiran yang mendalam. “Aku tahu, Aruna,” ujarnya pelan, “Tapi Ibu sangat keras kepala. Dia selalu bilang nggak mau merepotkan kita. Aku hanya nggak mau dia merasa kesepian atau sakit sendiri di sana.”Aruna tersenyum lembut, menepuk bahu Bintara lagi, kali ini dengan penuh kasih sayang. “Kita nggak akan biarkan ibu merasa sendiri. Kita bisa sering berkunjung ke Bandung, atau bahkan kita bisa pindah sementara ke sana. Lagi pula, bisnis sayuran di Bandung bisa jadi peluang yang bagus buat kita. Aku juga ingin Rohana tumbuh dekat dengan neneknya.”Bintara memandang Aruna dengan penuh rasa syukur. “Kamu benar,” kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 104

    Bu Najiah terduduk, tubuhnya gemetar hebat. Suara Adi Jaya di telepon terdengar begitu jauh, namun menghantam jantungnya dengan keras. Pertanyaan sederhana itu, "Apa kabarmu?", seperti duri yang menancap dalam di hatinya.Kenapa sekarang? Kenapa setelah sekian tahun berlalu, setelah semua luka dan kehancuran yang ia alami, Adi Jaya tiba-tiba muncul kembali, menanyakan sesuatu yang tak lagi berhak ia ketahui? Air mata mengalir di wajah Bu Najiah. Ia menahan isak, tak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Bintara dan Aruna, apalagi di hadapan suara dari masa lalu yang membawanya ke jurang kehancuran. Adi Jaya, suami yang dulu begitu ia percayai dan cintai, yang dengan begitu mudahnya mengkhianati dan meninggalkannya dalam keadaan paling terpuruk. Dialah yang membuat Bu Najiah mendekam di penjara, dipersalahkan atas kejahatan yang tak pernah ia lakukan, kejahatan yang sepenuhnya merupakan hasil perbuatan Adi Jaya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 121

    Di bawah langit petang yang mulai bersemburat jingga, Aruna, Bintara, dan Rohana berdiri di gazebo restoran hotel, memandang hamparan lapangan golf yang terbentang luas. Angin sore berhembus lembut, membawa keharuman bunga-bunga yang mekar di sekitar mereka.Bintara melingkarkan lengannya di pinggang Aruna, menariknya lebih dekat sebelum mengecup kening istrinya dengan penuh cinta."Aku sangat mencintaimu," bisik Bintara, suaranya penuh dengan kehangatan dan ketulusan.Aruna tersenyum, namun senyumnya tiba-tiba memudar, wajahnya berubah pucat. Dia menutupi mulutnya dengan tangan, mencoba menahan mual yang tiba-tiba menyerangnya. Bintara segera terlihat khawatir, alisnya berkerut dalam kecemasan. "Aruna, kamu baik-baik saja?"Aruna hanya mengangguk pelan, lalu melepaskan Rohana ke pelukan babysitter yang berdiri tak jauh dari mereka. Setelah memastikan Rohana aman, Aruna kembali menatap Bintara dengan senyuman yang lembut. Tanpa berkata apa-apa, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 120

    Di tengah suasana meriah di Grand Opening Hotel, Bu Najiah juga turut hadir. ia tampak menikmati sore di suatu gazebo di taman belakang restoran hotel, ditemani riak air kolam yang memantulkan sinar matahari senja. Ikan-ikan berenang tenang, seolah menambah kedamaian di sekitarnya. Namun, jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang belum terobati. Suara langkah kaki mendekat dari arah belakangnya. Ia tahu siapa itu sebelum sosoknya muncul di samping. "Lama tidak bertemu," sapa Adi Jaya, suaranya lembut namun ada nada canggung di dalamnya. Bu Najiah menoleh, melihat Adi Jaya yang berdiri dengan sikap yang penuh kehati-hatian. Matanya menatap tajam, namun ada kebingungan yang mengintip di balik ketegasan itu. "Ya, sudah cukup lama," jawab Bu Najiah pelan, sedikit mengeraskan hatinya untuk tidak terbawa perasaan. Pandangannya kembali ke kolam, menyembunyikan kegelisahan yang menghantui dirinya. Adi Jaya me

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 119

    Sementara Dong Min mulai menemukan harapan baru dalam hidupnya, jauh di tempat lain, hati Sebastian perlahan-lahan tersentuh oleh pesona seorang wanita yang kini telah menjadi pusat perhatiannya.Grand opening hotel yang berlangsung meriah menjadi saksi dari perasaan yang tak terduga ini. Acara penuh kemegahan itu menampilkan segala kemewahan yang telah disiapkan dengan teliti oleh Bintara dan timnya.Setiap sudut ruangan dipenuhi sorak-sorai dan senyuman para karyawan yang resmi direkrut. Ini adalah momen puncak dari segala kerja keras dan usaha yang telah dilakukan selama berbulan-bulan.Ketika pita merah yang melambangkan pembukaan resmi hotel itu akhirnya dipotong oleh Bintara yang berdiri gagah di samping Aruna, gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.Semua orang tampak tenggelam dalam kegembiraan dan kebanggaan. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu orang yang seolah berada dalam dunianya sendiri.Sebastian, yang biasan

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 118

    Di klinik lapas, suasana terasa sunyi dan muram. Dong Min masih terbaring lemah di ranjang, tubuhnya yang kurus tampak rapuh, hampir seperti bayangan dari dirinya yang dulu. Tatapannya kosong, sering kali melamun, seakan terjebak dalam pikirannya sendiri yang kelam. Luka di pergelangan tangannya sudah mulai sembuh, namun luka di hatinya masih terasa perih, membekas dalam setiap helaan napasnya.Suster yang merawatnya selalu datang, membawa kehangatan yang berusaha meruntuhkan tembok dingin yang dibangun Dong Min di sekelilingnya.Seperti saat ini, ia datang dengan semangkuk bubur hangat, berharap bisa membuat Dong Min mau makan sedikit, agar kekuatannya kembali. Namun, setiap kali ia mendekat, Dong Min selalu berpaling, menolak kehadirannya dengan sikap acuh yang menyakitkan."Tuan Dong Min, kamu harus makan agar cepat pulih..." ujar suster itu dengan suara lembut, meski ada kelelahan dalam nadanya. Ia meletakkan mangkuk bubur di meja samping tem

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 117

    Serena mengangguk, memikirkan penjelasan Nina. "Mmm, kalau begitu aku tahu cara agar dia bisa berhenti menggangguku..." ujarnya dengan senyum kecil yang penuh arti. Nina menatapnya penasaran. "Apa rencanamu, Serena?" Serena menjelaskan dengan semangat baru, "Aku harus mengajak Mira kerjasama nanti. Aku ingin membantunya menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya. Setelah keluar dari sini, aku berencana membuka usaha kecil-kecilan. Mungkin dia bisa bergabung denganku."Nina mendengar dengan penuh perhatian, tetapi keraguan tetap ada di wajahnya. "Itu ide yang bagus, Serena, tapi pasti akan sulit membujuknya. Mira punya banyak luka dan kepercayaan yang hilang. Dia mungkin tidak akan mudah menerima tawaranmu."Serena tersenyum tipis, matanya memancarkan tekad yang kuat. "Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku percaya setiap orang punya sisi baik. Mungkin ini adalah cara untuk membantu dia melihat bahwa ada harapan dan kesempatan kedua, sama seperti y

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 116

    "Serena...," panggil Nina kemudian."Ya?" Serena menatap Nina sendu."Aku punya satu permintaan, maukah kau melakukannya untukku?" Tatap Nina dengan nanar."Apa itu?" tanya Serena.Nina menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Jika nanti kau keluar dari penjara, bisakah kau datang pada anakku dan mengasuhnya?"Serena terkejut, menatap Nina dengan heran. "Kenapa kau berkata begitu? Bukankah kau juga akan keluar dari penjara?"Nina tersenyum getir, air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak tahu apakah aku akan hidup sampai hari itu tiba," bisiknya sambil menyerahkan selembar kertas pada Serena.Serena meraih kertas itu dengan tangan gemetar. Saat ia membaca hasil tes rumah sakit yang diberikan Nina, matanya terbelalak. "Leukimia...," gumamnya tak percaya.Nina mengangguk, air mata tak tertahankan lagi. "Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi kondisiku semakin memburuk. Aku tidak ingin anakku hidup tanpa cint

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 115

    Keesokan harinya, mereka pun beranjak untuk merencanakan kunjungan ke penjara tempat Serena ditahan. Bintara merasa sedikit gelisah, tapi ia tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk menutup lembaran masa lalu dan melangkah ke depan dengan hati yang lebih tenang. Di mobil, dalam perjalanan ke penjara, suasana hening sesekali diwarnai dengan percakapan ringan. Namun, masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aruna merenung, memikirkan pertemuannya dengan Serena yang akan datang. Ia ingin melihat langsung bagaimana keadaan Serena, apakah mantan istri Bintara itu sudah berubah atau masih sama seperti dulu. Sesampainya di penjara, mereka melangkah masuk dengan langkah mantap. Petugas penjara mengarahkan mereka ke ruang kunjungan. Suasana di penjara terasa berat dan penuh dengan ketegangan yang tersimpan di dinding-dinding dingin bangunan itu. Serena duduk di sana, menatap ke luar jendela kecil yang ada di ruang kunjungan. Ketika pin

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 114

    Pagi itu di rumah baru Aruna dan Bintara di Bandung, udara terasa sejuk dengan sinar matahari yang hangat menyelinap melalui jendela. Burung-burung berkicau ceria di luar, seolah-olah ikut merayakan hari baru. Di dalam rumah, aroma harum kopi dan roti panggang memenuhi udara.Aruna dengan cekatan menghidangkan sarapan di meja makan. Senyum manisnya terpancar saat melihat Bintara yang duduk menunggu dengan penuh kasih. "Bagaimana kemajuan hotelmu, Sayang?" tanya Aruna sambil menyusun piring-piring dan makanan di atas meja."Semua lancar," jawab Bintara, matanya bersinar penuh kebanggaan. "Ada Sebastian yang urus, aku tinggal nerima laporan aja. Sekarang lagi rekrut pegawai juga. Sebentar lagi grand opening hotel."Aruna tersenyum mendengar kabar baik itu. "Aku juga udah daftar kuliah online," tambahnya dengan nada riang.Bintara mengangkat alisnya, terkesan dengan semangat istrinya. "Benarkah? Hebat! Kamu memang selalu punya semangat untu

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 113

    Di dunia ini, kita hidup berdampingan dengan berbagai kisah dan perjalanan hidup. Setiap individu memiliki jalan yang berbeda, namun semua saling berkaitan dalam jalinan takdir yang tak terduga.Seperti Serena, yang kini mulai menyadari kesalahannya dan bertekad untuk memulai semuanya dari awal. Penjara yang awalnya dirasa sebagai akhir, justru menjadi tempat refleksi dan pembelajaran.Dia berusaha bangkit, belajar dari masa lalu yang kelam, dan berharap dapat menebus kesalahannya dengan tindakan yang lebih baik di masa depan.Di sisi lain, ada Dong Min yang tenggelam dalam keputusasaan. Kehidupan yang dulu gemilang kini hancur berantakan. Namun, di balik setiap kegelapan, selalu ada cahaya yang menyinari. Tanpa disadarinya, ada orang-orang seperti suster Jaine yang peduli dan berusaha keras untuk menyelamatkannya, memberikan harapan dan kesempatan kedua yang tak ternilai.Kemudian, ada kisah Aruna dan Bintara, pasangan yang menghadapi setiap rint

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status