Share

Bab 101

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-26 07:00:51

Bibir lembab Bintara menjalar ke leher jenjang Aruna. Sementara Aruna telah pasrah merasakan sensasi menyengat dari bibir Bintara juga hembusan nafasnya yang membuat bulu kuduk Astoria meremang.

“Sshh Bi-Bin ahh …,” rintih Aruna ketika ia rasakan kedua tangan Bintara mulai meraba naik ke dadanya di balik daster, sementara bibir Bintara masih belum absen memberikan tanda kemerahan di leher Aruna.

Kecupan Bintara naik ke telinga Aruna, “Aruna …, aku mencurahkan perasaanku di setiap sentuhan ini …,” ucapnya sambil melepas tali bra istrinya itu dari balik dasternya.

Aruna melingkarkan lengannya di leher Bintara, wajahnya memerah panas ketika mendengar kata-kata Bintara. Bintara juga juga mengecup pipi Aruna dengan begitu lembut, mengecup kening, trun ke hidung, lalu menatap Aruna sendu.

“Jangan bandingkan perlakuanku pada Serena …, aku bahkan melakukannya dengan kasar … dan masih membayangkanmu saat hasratku keluar,” lanjut Bintara, semakin mendekatka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 102

    Keesokan harinya, Bintara, Aruna, dan Rohana bersiap-siap untuk mengunjungi rumah orang tua Aruna. Perjalanan menuju rumah tersebut terasa seperti perjalanan penting yang penuh dengan harapan dan penantian. Sesampainya di rumah orang tua Aruna, mereka disambut dengan senyuman dan pelukan hangat. Pak Brahma, dengan wajah yang selalu tegas, namun kali ini tampak lebih lembut, menyambut Bintara dengan jabatan tangan yang kuat. "Senang melihatmu lagi, Bintara," katanya, suaranya penuh makna. Bintara mengangguk dengan hormat. "Senang bertemu kembali, Ayah. Saya datang untuk membuktikan bahwa saya serius dengan janji saya." Mereka semua duduk di ruang tamu yang hangat, dengan aroma kopi yang baru diseduh menyelimuti udara. Ibu Lasmi menggendong Rohana dengan senyuman hangat, sementara Bintara memulai pembicaraan dengan hati-hati. Ia menjelaskan bagaimana semua masalah telah diselesaikan, bagaimana Serena telah dipenjara, dan menceraikannya ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 103

    "Ibu baik-baik aja, tapi dia gak mau di bawa ke Jakarta, padahal aku khawatir kalau dia tinggal di Bandung sendirian," jawab Bintara akhirnya. "Gak apa-apa, kita bisa bujuk Ibu pelan-pelan." Aruna menatap hangat pada Bintaran sambil menepuk bahu Bintara pelan.Bintara terdiam sejenak, merenungi kata-kata Aruna. Tatapan matanya penuh kekhawatiran yang mendalam. “Aku tahu, Aruna,” ujarnya pelan, “Tapi Ibu sangat keras kepala. Dia selalu bilang nggak mau merepotkan kita. Aku hanya nggak mau dia merasa kesepian atau sakit sendiri di sana.”Aruna tersenyum lembut, menepuk bahu Bintara lagi, kali ini dengan penuh kasih sayang. “Kita nggak akan biarkan ibu merasa sendiri. Kita bisa sering berkunjung ke Bandung, atau bahkan kita bisa pindah sementara ke sana. Lagi pula, bisnis sayuran di Bandung bisa jadi peluang yang bagus buat kita. Aku juga ingin Rohana tumbuh dekat dengan neneknya.”Bintara memandang Aruna dengan penuh rasa syukur. “Kamu benar,” kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 104

    Bu Najiah terduduk, tubuhnya gemetar hebat. Suara Adi Jaya di telepon terdengar begitu jauh, namun menghantam jantungnya dengan keras. Pertanyaan sederhana itu, "Apa kabarmu?", seperti duri yang menancap dalam di hatinya.Kenapa sekarang? Kenapa setelah sekian tahun berlalu, setelah semua luka dan kehancuran yang ia alami, Adi Jaya tiba-tiba muncul kembali, menanyakan sesuatu yang tak lagi berhak ia ketahui? Air mata mengalir di wajah Bu Najiah. Ia menahan isak, tak ingin menunjukkan kelemahannya di depan Bintara dan Aruna, apalagi di hadapan suara dari masa lalu yang membawanya ke jurang kehancuran. Adi Jaya, suami yang dulu begitu ia percayai dan cintai, yang dengan begitu mudahnya mengkhianati dan meninggalkannya dalam keadaan paling terpuruk. Dialah yang membuat Bu Najiah mendekam di penjara, dipersalahkan atas kejahatan yang tak pernah ia lakukan, kejahatan yang sepenuhnya merupakan hasil perbuatan Adi Jaya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 105

    Subuh di rumah Bu Najiah terasa tenang, dengan suara kesibukan di dapur yang menggema lembut. Bu Najiah sudah bangun lebih awal, menyiapkan dagangannya. Dia dengan cekatan menggoreng telur dadar, menyiapkan topping untuk nasi kuning yang akan dijual pagi itu. Aroma harum masakan memenuhi udara, memberikan nuansa hangat dan nyaman di rumah itu. Mendengar kesibukan dari dapur, Aruna terbangun. Dengan perlahan, dia berjalan ke dapur dan melihat ibu mertuanya tengah sibuk mengurus dagangan. "Ibu udah sibuk aja, kenapa gak istirahat dulu? Sini, biar Aruna bantu," ujarnya dengan penuh perhatian. Bu Najiah tersenyum, melambai pelan dengan tangan yang masih memegang spatula. "Ibu harus tetap berdagang, nanti pelanggannya kecewa kalau gak jualan. Lagi pula, kondisi ibu baik-baik saja," jawabnya dengan nada yang lembut namun tegas, menunjukkan tekadnya untuk tetap aktif. Aruna mengangguk dan segera bergabung membantu. Dia membersihka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 106

    Setelah survei rumah dan mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Bintara memutuskan untuk membeli dua rumah. Satu rumah akan dijadikan tempat tinggal mereka, sementara yang lain berupa ruko untuk usaha sayur mayur Aruna. Setelah menyelesaikan transaksi, ponsel Bintara berdering. Telepon dari Dr. Hasan, dokter yang merawat ibunya, mengingatkan bahwa hari ini adalah jadwal kontrol Bu Najiah ke rumah sakit. "Ku tunggu sampai sore pukul lima, ya," ujar Dr. Hasan. Bintara mengangguk, merasa sedikit khawatir tapi juga bersyukur ada yang memperhatikan kesehatan ibunya. Dia pun mengajak Aruna pulang ke rumah ibunya dan membantu menutup warung nasi kuning. Setelah sampai di rumah sakit, Aruna dan Bintara segera menuju ke ruang tunggu. Di sana, Aruna bertemu dengan Dr. Hasan. Ketika mata mereka bertemu, Aruna terkejut dan tersenyum lebar. "Hasan! Ternyata kamu dokter yang dimaksud!" serunya, senang sekaligus terkejut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 107

    Bintara kembali ke Jakarta, tenggelam dalam kesibukan mempersiapkan pembukaan cabang hotel baru di Bandung. Sementara itu, Aruna tinggal di Bandung bersama Bu Najiah, membantu dan merawat ibu mertuanya dengan penuh perhatian. Mereka menjaga komunikasi erat, meski terpisah oleh jarak.Di Jakarta, Bintara menghadiri rapat penting dengan ayahnya, Adi Jaya, untuk membahas detail perencanaan hotel baru. Jinu, yang sebelumnya keluar dari perusahaan, akan direkrut kembali dan diangkat sebagai General Manager di Hotel King Jakarta, milik Adi Jaya dan Bintara. Sebastian juga akan berperan besar dalam proyek baru ini, mengikuti Bintara ke Bandung untuk membangun hotel baru.Setelah rapat berakhir, Adi Jaya meminta Bintara untuk tetap di ruangan. Suasana berubah menjadi lebih serius ketika mereka duduk berdua. Adi Jaya memandang putranya dengan tatapan penuh pertimbangan. "Bintara, aku ingin berbicara secara pribadi denganmu tentang sesuatu yang sudah lama aku pendam," kata A

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 108

    Di dalam mobil, Bintara dan Sebastian melaju menuju Bandung. Bintara merasa lega mendengar penjelasan Sebastian tentang warung sayur Aruna. Mereka berbicara dengan suasana santai namun penuh makna, sambil menatap jalan raya yang membentang di depan."Terimakasih sudah mengurus warung sayur Aruna di rumah kontrakan itu," ucap Bintara sambil tersenyum tipis, merasa berterima kasih atas perhatian Sebastian.Sebastian membalas dengan anggukan kecil, "Iya, tenang aja. Semua udah beres. Rumah itu udah kita beli, jadi bisa tenang soal tempat usaha warung sayur itu. Hari ini pegawai baru juga udah mulai kerja. Aku rekrut tiga orang, satu untuk kasir, satu lagi untuk melayani pembeli, dan satu lagi akan libur secara bergilir biar bisa gantian jaga warung. Jadi, warung bisa tetap buka setiap hari."Bintara mengangguk, merasa tenang dengan pengaturan itu. "Bagus, jadi Aruna nggak perlu khawatir lagi. Aku ingin dia fokus pada usahanya di Bandung nanti." Seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 109

    Di rumah Bu Najiah, suasana sore yang tenang menyelimuti. Bintara dengan penuh kasih sayang membantu Rohana yang baru belajar berjalan, membimbing langkah-langkah kecilnya dengan hati-hati. Di samping mereka, Aruna berdiri mendampingi, senyum manis menghiasi wajahnya melihat momen kebahagiaan kecil ini.Sambil terus menjaga agar Rohana tidak terjatuh, Bintara mendekatkan diri pada Aruna. Dengan nada hampir berbisik, ia berbicara, "Sayang, ayahku ingin menemuimu untuk minta maaf." Kata-katanya lembut, penuh dengan harapan dan kehati-hatian, agar ibunya yang sedang berada di dapur tidak mendengar.Aruna tertegun sejenak, pandangannya tertuju pada Rohana, tapi pikirannya melayang pada kata-kata Bintara. Perasaannya campur aduk, antara gugup dan tidak siap menghadapi pertemuan tersebut.Ia tahu bahwa ayah Bintara, Adi Jaya, pernah merendahkannya dan bahkan menentang pernikahan mereka. Mendengar permintaan maaf itu, ia merasa seperti membuka kembali luka lama y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 121

    Di bawah langit petang yang mulai bersemburat jingga, Aruna, Bintara, dan Rohana berdiri di gazebo restoran hotel, memandang hamparan lapangan golf yang terbentang luas. Angin sore berhembus lembut, membawa keharuman bunga-bunga yang mekar di sekitar mereka.Bintara melingkarkan lengannya di pinggang Aruna, menariknya lebih dekat sebelum mengecup kening istrinya dengan penuh cinta."Aku sangat mencintaimu," bisik Bintara, suaranya penuh dengan kehangatan dan ketulusan.Aruna tersenyum, namun senyumnya tiba-tiba memudar, wajahnya berubah pucat. Dia menutupi mulutnya dengan tangan, mencoba menahan mual yang tiba-tiba menyerangnya. Bintara segera terlihat khawatir, alisnya berkerut dalam kecemasan. "Aruna, kamu baik-baik saja?"Aruna hanya mengangguk pelan, lalu melepaskan Rohana ke pelukan babysitter yang berdiri tak jauh dari mereka. Setelah memastikan Rohana aman, Aruna kembali menatap Bintara dengan senyuman yang lembut. Tanpa berkata apa-apa, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 120

    Di tengah suasana meriah di Grand Opening Hotel, Bu Najiah juga turut hadir. ia tampak menikmati sore di suatu gazebo di taman belakang restoran hotel, ditemani riak air kolam yang memantulkan sinar matahari senja. Ikan-ikan berenang tenang, seolah menambah kedamaian di sekitarnya. Namun, jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang belum terobati. Suara langkah kaki mendekat dari arah belakangnya. Ia tahu siapa itu sebelum sosoknya muncul di samping. "Lama tidak bertemu," sapa Adi Jaya, suaranya lembut namun ada nada canggung di dalamnya. Bu Najiah menoleh, melihat Adi Jaya yang berdiri dengan sikap yang penuh kehati-hatian. Matanya menatap tajam, namun ada kebingungan yang mengintip di balik ketegasan itu. "Ya, sudah cukup lama," jawab Bu Najiah pelan, sedikit mengeraskan hatinya untuk tidak terbawa perasaan. Pandangannya kembali ke kolam, menyembunyikan kegelisahan yang menghantui dirinya. Adi Jaya me

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 119

    Sementara Dong Min mulai menemukan harapan baru dalam hidupnya, jauh di tempat lain, hati Sebastian perlahan-lahan tersentuh oleh pesona seorang wanita yang kini telah menjadi pusat perhatiannya.Grand opening hotel yang berlangsung meriah menjadi saksi dari perasaan yang tak terduga ini. Acara penuh kemegahan itu menampilkan segala kemewahan yang telah disiapkan dengan teliti oleh Bintara dan timnya.Setiap sudut ruangan dipenuhi sorak-sorai dan senyuman para karyawan yang resmi direkrut. Ini adalah momen puncak dari segala kerja keras dan usaha yang telah dilakukan selama berbulan-bulan.Ketika pita merah yang melambangkan pembukaan resmi hotel itu akhirnya dipotong oleh Bintara yang berdiri gagah di samping Aruna, gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.Semua orang tampak tenggelam dalam kegembiraan dan kebanggaan. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu orang yang seolah berada dalam dunianya sendiri.Sebastian, yang biasan

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 118

    Di klinik lapas, suasana terasa sunyi dan muram. Dong Min masih terbaring lemah di ranjang, tubuhnya yang kurus tampak rapuh, hampir seperti bayangan dari dirinya yang dulu. Tatapannya kosong, sering kali melamun, seakan terjebak dalam pikirannya sendiri yang kelam. Luka di pergelangan tangannya sudah mulai sembuh, namun luka di hatinya masih terasa perih, membekas dalam setiap helaan napasnya.Suster yang merawatnya selalu datang, membawa kehangatan yang berusaha meruntuhkan tembok dingin yang dibangun Dong Min di sekelilingnya.Seperti saat ini, ia datang dengan semangkuk bubur hangat, berharap bisa membuat Dong Min mau makan sedikit, agar kekuatannya kembali. Namun, setiap kali ia mendekat, Dong Min selalu berpaling, menolak kehadirannya dengan sikap acuh yang menyakitkan."Tuan Dong Min, kamu harus makan agar cepat pulih..." ujar suster itu dengan suara lembut, meski ada kelelahan dalam nadanya. Ia meletakkan mangkuk bubur di meja samping tem

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 117

    Serena mengangguk, memikirkan penjelasan Nina. "Mmm, kalau begitu aku tahu cara agar dia bisa berhenti menggangguku..." ujarnya dengan senyum kecil yang penuh arti. Nina menatapnya penasaran. "Apa rencanamu, Serena?" Serena menjelaskan dengan semangat baru, "Aku harus mengajak Mira kerjasama nanti. Aku ingin membantunya menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya. Setelah keluar dari sini, aku berencana membuka usaha kecil-kecilan. Mungkin dia bisa bergabung denganku."Nina mendengar dengan penuh perhatian, tetapi keraguan tetap ada di wajahnya. "Itu ide yang bagus, Serena, tapi pasti akan sulit membujuknya. Mira punya banyak luka dan kepercayaan yang hilang. Dia mungkin tidak akan mudah menerima tawaranmu."Serena tersenyum tipis, matanya memancarkan tekad yang kuat. "Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku percaya setiap orang punya sisi baik. Mungkin ini adalah cara untuk membantu dia melihat bahwa ada harapan dan kesempatan kedua, sama seperti y

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 116

    "Serena...," panggil Nina kemudian."Ya?" Serena menatap Nina sendu."Aku punya satu permintaan, maukah kau melakukannya untukku?" Tatap Nina dengan nanar."Apa itu?" tanya Serena.Nina menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Jika nanti kau keluar dari penjara, bisakah kau datang pada anakku dan mengasuhnya?"Serena terkejut, menatap Nina dengan heran. "Kenapa kau berkata begitu? Bukankah kau juga akan keluar dari penjara?"Nina tersenyum getir, air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak tahu apakah aku akan hidup sampai hari itu tiba," bisiknya sambil menyerahkan selembar kertas pada Serena.Serena meraih kertas itu dengan tangan gemetar. Saat ia membaca hasil tes rumah sakit yang diberikan Nina, matanya terbelalak. "Leukimia...," gumamnya tak percaya.Nina mengangguk, air mata tak tertahankan lagi. "Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi kondisiku semakin memburuk. Aku tidak ingin anakku hidup tanpa cint

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 115

    Keesokan harinya, mereka pun beranjak untuk merencanakan kunjungan ke penjara tempat Serena ditahan. Bintara merasa sedikit gelisah, tapi ia tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk menutup lembaran masa lalu dan melangkah ke depan dengan hati yang lebih tenang. Di mobil, dalam perjalanan ke penjara, suasana hening sesekali diwarnai dengan percakapan ringan. Namun, masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aruna merenung, memikirkan pertemuannya dengan Serena yang akan datang. Ia ingin melihat langsung bagaimana keadaan Serena, apakah mantan istri Bintara itu sudah berubah atau masih sama seperti dulu. Sesampainya di penjara, mereka melangkah masuk dengan langkah mantap. Petugas penjara mengarahkan mereka ke ruang kunjungan. Suasana di penjara terasa berat dan penuh dengan ketegangan yang tersimpan di dinding-dinding dingin bangunan itu. Serena duduk di sana, menatap ke luar jendela kecil yang ada di ruang kunjungan. Ketika pin

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 114

    Pagi itu di rumah baru Aruna dan Bintara di Bandung, udara terasa sejuk dengan sinar matahari yang hangat menyelinap melalui jendela. Burung-burung berkicau ceria di luar, seolah-olah ikut merayakan hari baru. Di dalam rumah, aroma harum kopi dan roti panggang memenuhi udara.Aruna dengan cekatan menghidangkan sarapan di meja makan. Senyum manisnya terpancar saat melihat Bintara yang duduk menunggu dengan penuh kasih. "Bagaimana kemajuan hotelmu, Sayang?" tanya Aruna sambil menyusun piring-piring dan makanan di atas meja."Semua lancar," jawab Bintara, matanya bersinar penuh kebanggaan. "Ada Sebastian yang urus, aku tinggal nerima laporan aja. Sekarang lagi rekrut pegawai juga. Sebentar lagi grand opening hotel."Aruna tersenyum mendengar kabar baik itu. "Aku juga udah daftar kuliah online," tambahnya dengan nada riang.Bintara mengangkat alisnya, terkesan dengan semangat istrinya. "Benarkah? Hebat! Kamu memang selalu punya semangat untu

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 113

    Di dunia ini, kita hidup berdampingan dengan berbagai kisah dan perjalanan hidup. Setiap individu memiliki jalan yang berbeda, namun semua saling berkaitan dalam jalinan takdir yang tak terduga.Seperti Serena, yang kini mulai menyadari kesalahannya dan bertekad untuk memulai semuanya dari awal. Penjara yang awalnya dirasa sebagai akhir, justru menjadi tempat refleksi dan pembelajaran.Dia berusaha bangkit, belajar dari masa lalu yang kelam, dan berharap dapat menebus kesalahannya dengan tindakan yang lebih baik di masa depan.Di sisi lain, ada Dong Min yang tenggelam dalam keputusasaan. Kehidupan yang dulu gemilang kini hancur berantakan. Namun, di balik setiap kegelapan, selalu ada cahaya yang menyinari. Tanpa disadarinya, ada orang-orang seperti suster Jaine yang peduli dan berusaha keras untuk menyelamatkannya, memberikan harapan dan kesempatan kedua yang tak ternilai.Kemudian, ada kisah Aruna dan Bintara, pasangan yang menghadapi setiap rint

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status