Semua Bab Menantu sang Jendral Besar S2 : Bab 91 - Bab 100

194 Bab

Bab 91. TIM PENYELAMAT

Bab 91. TIM PENYELAMAT Loreng tampak ragu untuk mengatakan seberbahaya apa tempat dimana batu Roh berada. Melihat keragu-raguan di wajah Loreng, Darko hanya menatapnya dengan tatapan dingin yang membuat Loreng menjadi tidak berdaya. Akhirnya setelah menghela nafas beberapa kali, Loreng segera berkata dan menceritakan bahaya yang akan dihadapi jika mereka memasuki tempat dimana batu Roh ini berada. “Tuan, perlu tuan Darko tahu. Kalau di tempat batu Roh ini berada di jaga sekumpulan makhluk spiritual yang sangat kuat, bahkan kita juga mengorbankan beberapa prajurit kita saat mengambil batu Roh ini.” “Makhluk spiritual? Makhluk spiritual seperti apa? Bukankah kalian bangsa Jin juga termasuk makhluk spiritual yang kuat?” “Bangsa kami memang bangsa Jin yang kuat, akan tetapi makhluk yang menjaga batu Roh ini lebih kuat daripada kita. Batu Roh yang terkumpul di tempat ini juga merupakan warisan dari Raja kami terdahulu.” Begitu mendengar perkataan Loreng, bu
Baca selengkapnya

Bab 92. KOMPENSASI

Bab 92. KOMPENSASI Dengan suka cita dan rasa syukur, semua orang di angkut helikopter tim penyelamat demikian juga dengan Pilot dan pramugari yang menaiki pesawat yang jatuh ini. Yang tersisa di pulau kosong ini hanya Tim KNKT yang bertugas untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat dengan penumpang dua ratus lima puluh orang ini. Tim KNKT tampak keheranan melihat kondisi pesawat yang hanya mengalami sedikit kerusakan, padahal pesawat ini jatuh dari ketinggian sepuluh ribu feet. “Aneh, kenapa pesawat ini hanya mengalami kerusakan ringan?” “Betul sekali, lihat, kaca kokpit juga masih utuh. Hanya sayapnya saja yang retak setelah menghantam pepohonan di pulau ini.” “Benar-benar ajaib, siapa pilot yang memimpin penerbangan ini?”Semua orang sangat mengagumi keahlian pilot yang bisa mendaratkan pesawat terbang ini dengan seluruh penumpang dalam keadaan selamat. Tentu saja mereka sama sekali tidak tahu, kalau pendaratan darurat dari pesawat ini adalah campu
Baca selengkapnya

Bab 93. MENGUNJUNGI IBU KANDUNGNYA

Bab 93. MENGUNJUNGI IBU KANDUNGNYA Darko hanya tinggal satu malam di hotel yang disediakan maskapai Garuda Airways, keesokan paginya Darko pergi ke kota Parigi dengan menaiki kereta cepat. Saat di kereta cepat secara kebetulan Darko duduk bersebelahan dengan seorang wanita cantik dengan rambut pirang yang mengenakan kacamata, membuat kecantikan wanita berambut pirang ini menjadi semakin menarik. Awalnya Darko hanya berdiam diri saja setelah duduk di kursinya, bagaimanapun juga dia memang bukan pria mata keranjang yang suka menggoda wanita cantik setiap kali bertemu. Perjalanan kereta cepat dari pusat kota Wanadadi menuju kota Parigi yang jaraknya empat ratus kilometer bisa ditempuh dalam waktu dua jam. Akan tetapi tanpa di duga wanita cantik yang duduk di sampingnya tiba-tiba menyapanya dengan ramah. “Hallo, sepertinya anda bukan warga negara Samanta? Apakah anda datang ke negara ini untuk wisata?” Wanita cantik berambut pirang ini memecahkan kebisuan
Baca selengkapnya

Bab 94. SIKAP SANTUN SEORANG ANAK

Bab 94. SIKAP SANTUN SEORANG ANAK “Iya bu, tolong katakan pada satpam yang berjaga di pintu gerbang untuk membuka pintunya.” “Eh, kamu ada di pintu gerbang mana?” “Di pintu gerbang rumah ibu.” “Di rumah ibu? Baik, sebentar. Ibu akan menyuruh satpam untuk membuka pintu gerbang.”Setelah menyanggupi untuk menyuruh satpam membuka pintu gerbang, Siti langsung mematikan panggilan telepon dan segera menelpon kapten satpam yang berjaga di pintu gerbang. “Boss…”Kapten satpam yang menerima panggilan telepon dari Siti Hardiyanti Rukmana langsung menekan tombol jawab dan menyapa. “Kapten Rudy, cepat buka pintu gerbangnya! Apa kamu tidak menghormati tuan mudamu?” “Tuan muda?”Kapten Rudy mengulangi perkataan Siti Hardiyanti Rukmana dengan suara penuh dengan kebingungan. Sepengetahuan kapten Rudy, Boss mereka tidak mempunyai suami apalagi mempunyai anak, jadi sekarang dia tampak bingung mendengar pengakuannya. “Iya cepat buka pintu gerbangnya! Pemuda yang ad
Baca selengkapnya

Bab 95. RASA HARU

Bab 95. RASA HARU Setelah masuk kedalam Villa, Siti Hardiyanti Rukmana membawa Darko ke ruang keluarga dan duduk di sofa berwarna hitam yang terbuat dari bahan kulit sapi kualitas premium. “Duduklah di dekat ibu, coba kamu ceritakan kabar keluarga di Nusantara.”Dengan antusias Siti Hardiyanti Rukmana langsung menanyakan keadaan keluarga Darko di Nusantara. Darko tidak langsung menceritakan keadaan keluarganya di negara Nusantara, dia malahan menatap wajah ibu kandungnya dengan tatapan aneh. Kedatangannya ke negara Samanta ini tujuannya adalah untuk mengetahui apa yang terjadi pada ibunya bukannya untuk menceritakan kabar dirinya. Akan tetapi setelah melihat keingintahuan ibunya tentang kabar dirinya, maka dia untuk sementara melupakan keinginan untuk menanyakan keadaan perusahaan Purnama Diamond yang mengalami kemunduran dalam beberapa tahun kebelakang. Setelah menghela nafas sebentar, Darko segera mulai menceritakan keadaan dirinya. “Ibu, seperti
Baca selengkapnya

Bab 96. PENYUKA BRONDONG

Bab 96. PENYUKA BRONDONG “Anakku….”Tanpa bisa menahan rasa haru dan kebahagiaan merasakan kasih sayang anaknya, Siti Hardiyanti Rukmana langsung memeluk tubuh Darko sambil menangis di bahunya. Darko yang menghadapi tangisan ibu kandungnya hanya bisa diam, dia membiarkan ibunya mencurahkan semua kesedihan dan kesepian yang selama ini dirasakan. Memang tidak bisa disalahkan sikap Siti Hardiyanti Rukmana yang tidak bisa mengontrol emosinya. Hidupnya sudah tersiksa sejak muda, percintaannya dengan ayah Darko tidak disetujui keluarganya yang membuatnya harus berpisah dengan suami dan anaknya. Semua ini karena latar belakang ayah kandung Darko yang miskin, sehingga orang tua ibu kandungnya tidak merestui hubungan mereka. Setelah berpisah dengan anak dan suaminya, Siti dibawa pulang ke kota Parigi yang ada di negara Samanta dari kota Mandiraja. Bertahun lamanya Siti bersedih mengenang percintaannya yang kandas dan kehilangan buah hati satu-satunya.
Baca selengkapnya

Bab 97. PRESDIR SITI TERPUKUL

Bab 97. PRESDIR SITI TERPUKUL Siti sangat terkejut begitu mendengar perkataan Darko, dia langsung menatap Dena dan yang lainnya dengan mata berapi-api. Ekspresi yang sebelumnya penuh dengan kebahagiaan karena bisa pergi ke perusahaan bersama anak kandungnya, seketika langsung menghilang setelah mengetahui apa yang sedang dibicarakan karyawannya. “Dena, apa betul yang dikatakannya?”Mata Presdir Siti seakan mau keluar saat menatap kearah Dana, dari bola matanya seperti ada api yang siap membakar tubuh Dena hingga hangus. Dena yang dimarahi Presdir Siti langsung terdiam dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Sebagai seorang karyawan tentu saja Dena sangat takut saat dimarahi atasannya, apalagi yang memarahi adalah Presdirnya. “Presdir… presdir…”Dena tergagap begitu di tanya oleh Presdir Siti, kepalanya hanya bisa menunduk tanpa berani menatap langsung wajah Presdir Siti. “Cepat jawab!”Suara Presdir Siti menggelegar di dalam lobi, membuat semua kar
Baca selengkapnya

Bab 98. KABAR MEMBAHAGIAKAN

Bab 98. KABAR MEMBAHAGIAKAN “Duduklah, ini tempat kerja ibu. Mulai sekarang perusahaan ini juga menjadi milikmu.”Siti Hardiyanti Rukmana berkata sambil mengatakan keinginan yang selama ini di pendamnya. Siti merasa sudah tua dan ingin beristirahat, akan tetapi selama ini dia tidak mempunyai orang atau keluarga yang bisa dipercaya untuk mengurus perusahaannya hingga sekarang perusahaannya di serang oleh perusahaan besar yang tidak diketahui siapa orang yang menyerangnya. Kali ini dia bertemu dengan Darko yang ternyata anak kandungnya yang selama ini menghilang, seketika harapannya kembali tumbuh. Darko segera duduk di sofa dan memandang sekeliling kantor ibunya dengan senyum menghiasi sudut bibirnya. Dalam hati tentu saja Darko tidak terlalu mengharapkan perusahaan ibunya ini, karena kekayaannya berkali-kali lipat lebih banyak daripada kekayaan ibu kandungnya ini. Akan tetapi tentu saja Darko tidak mengatakannya, dia tidak ingin membuat hati ibunya sedi
Baca selengkapnya

Bab 99. RAPAT MENDADAK

Bab 99. RAPAT MENDADAK Melihat ketidak sabaran dari ekspresi wajah ibunya, Darko tampak ingin menggoda ibunya lebih lama lagi. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Siti, Darko malah berkata, “Menurut ibu siapa namanya?” “Mana ibu tahu, cepat katakan siapa namanya? Ayo kita pergi ke kota Mandiraja, ibu ingin bertemu dengan cucuku.” Presdir Siti tak henti-hentinya memandangi foto Faizi yang ada di ponsel Darko dan seakan ponsel itu menempel di tangannya seperti terkena lem. Setelah lama terdiam dan sengaja tidak menjawab pertanyaan ibunya, akhirnya Darko tersenyum cerah dan menyebutkan nama anaknya. “Namanya Faizi Mangkusadewo.” “Faizi Mangkusadewo? Faizi… Faizi cucuku… Faizi cucuku….”Suasana hati Presdir Siti seketika menjadi baik, seakan semua kesusahan dan kesedihan yang selama ini menghantuinya lenyap begitu saja setelah mengetahui kalau dia mempunyai seorang cucu. “Darko, ayo kita kembali ke kota Mandiraja. Ibu sudah tidak sabar untu
Baca selengkapnya

Bab 100. BERITA MENGEJUTKAN

Bab 100. BERITA MENGEJUTKAN “Anak Presdir Siti? Mana mungkin, setahu kita Presdir belum pernah menikah.” “Betul sekali, bukankah Presdir belum pernah menikah?” Setelah memberi jeda kepada peserta rapat untuk menanggapi pengumuman darinya, Siti kemudian berkata lagi. “Saudara-saudara harap tenang sebentar, saya akan bercerita sedikit tentang masa laluku. Saya sudah menikah saat masih kuliah di kota Mandiraja dengan teman kuliah, kemudian kami mempunyai anak lelaki seperti yang kalian lihat sekarang.” “Maaf Presdir, jika Presdir sudah menikah kenapa selama ini tidak pernah pergi ke kota Mandiraja setelah puluhan tahun tinggal di kota Parigi?”Seorang Direksi menyela cerita Presdir Siti, orang yang menyela perkataan Siti masih kerabat jauh darinya, sehingga dia berani memotong perkataannya. Presdir Siti menatap kearah direksi yang menyela perkataannya sambil tersenyum. “Paman Bagyo, Sebelumnya saya memang sudah menikah akan tetapi ayah dan kakek tidak men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status