Semua Bab SUAMI AROGAN KENA BATUNYA: Bab 11 - Bab 20

24 Bab

Memeluk Lelaki Lain

11Merah padam wajah Mahendra menerima segala perlakuan tiba-tiba dari Ruhan, bukannya malu dengan para pengunjung lain yang tentu otomatis telah menjadikannya sebagai tontonan tapi karena kenyataan yang tidak bisa diterima oleh nalarnya.Bagaimana mungkin? Ruhan Pratama menyukai gadis sesederhana Larasati? Bagaimana awalnya itu terjadi dan entah di mana mereka bertemu? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam diri Mehendra sehingga ia lupa untuk menepis cengkraman Ruhan yang masih terpaut di leher bajunya."Jaga kelakuan anda Pak Ruhan, di sini bukan hanya kita, jangan sampai nanti ada berita yang tersebar kalau seorang Ruhan berbuat kasar pada seorang suami karena menginginkan istrinya," ujarnya setelah beberapa saat.Ruhan segera melepaskan cengkramannya, kemudian ia mengusap wajahnya berikut menyugar rambut bolak-balik, sangat jelas Mahendra menangkap ada begitu besar kekecewaan pada Ruhan."Berhenti memikirkan istriku, Pak Ruhan. Anda berhak mendapatkan yang lebih baik dari dia .
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Mabuk Darat

12"Hentikan kekasaranmu ini Mahendra. Kau tidak malu?" bisik Larasati berusaha menyadarkan Mahendra dari kemarahannya.Sementara penata rias yang tadi mendampingi Larasati hanya berusaha pura-pura tidak peduli dengan membereskan alat-alat kecantikan yang berserakan di meja rias."Malu? Kau bicara malu denganku? Bagaimana denganmu, lalu apa kau tidak malu memeluk laki-laki lain di depan semua orang?" Mahendra semakin naik pitam, walau nada suaranya tidak terdengar sekeras tadi, tapi gelap kemerahan di matanya adalah perwakilan dari emosinya yang memuncak.Larasati berusaha tidak terpengaruh dengan kebenaran yang dikatakan Mahendra, dalam hati kecil ia sungguh memaki perbuatan spontan memalukan barusan yang di luar kesadaran telah memeluk seseorang yang terlarang untuk disentuhnya."Sudahlah Mahendra, kau terlalu melebih-lebihkan, hal yang kulakukan tadi bersama Mas Ruhan adalah sesuatu yang tidak disengaja, aku hanya terbawa perasaan." Larasati menekan rasa malu dalam dada, bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Pertemuan Dengan Zara

13"Ruhanmu? Kau benar-benar tidak tahu malu, bagaimana kau mengklaim pria lain sebagai milikmu, padahal kau adalah wanita yang sudah menikah?" Mahendra mengunci Larasati dengan manik mata yang memancarkan sorot tiada percaya.Mahendra benar-benar tidak mengerti lagi, wanita ini benar-benar sudah keterlaluan menurut-nya. Lagi-lagi ia terdengar sengaja mengancam, mamajukan kesepakatan menjadi satu bulan? Larasati benar-benar mengunci pergerakan Mahendra, tapi pria itu memutuskan seolah-olah ia tidak mendengarnya."Kenapa? Ayolah jangan pasang tampang menyedihkanmu itu padaku, jangan sampai aku berpikir kalau kau tengah cemburu, Mahendra." Larasati meninggikan dagu, membuat jarak mereka kian menipis."Cemburu? Aku cemburu? Padamu? Jangan bermimpi terlalu tinggi ...""Lalu apa kalau bukan? Emosimu langsung meledak saat aku becira tentang Mas Ruhanku, begitupun tadi, kau tiada malu memarahiku di depan orang banyak hanya karena aku berpelukan dengan pria baik itu. Seharusnya kau sepertiku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-27
Baca selengkapnya

Mahendra dan Zara

14"Kau berasal dari keluarga mana?" Tanpa basa-basi Zara langsung melontarkan pertanyaan pada Larasati, ia terlihat begitu menganggap remeh istri kekasihnya itu.Larasati tidak terkejut, ia sudah menyiapkan diri, karena ia sudah bisa membaca kalau orang seperti Zara tidak akan bisa menghargai siapapun yang terlihat kurang darinya."Apa profesimu, ah seharusnya aku tidak bertanya itu, sudah jelas terlihat dari penampilanmu. Ngomong-ngomong gaun itu sangat tidak cocok untukmu, maksudku tubuhmu itu tidak layak memakainya." Zara kembali menuturkan kalimat pedas, tapi Larasati tidak mau terpancing."Ehm ... sebaiknya kita pesan makan dulu." Mahendra merasa suasana akan segera memanas, dan ia mencoba untuk menyegarkannya."Tidak perlu. Aku tidak akan berselera jika se meja dengan dia." ujar Zara culas, jemarinya yang lentik dengan cat kuku merah menyala memijat-mijat keningnya. Sudut matanya melirik jengah pada Larasati.Larasati diam, sebenarnya bukan karena ia tidak bisa membalas kata-k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-28
Baca selengkapnya

Termakan Omongan Sendiri

15"Kau senang?"Larasati sedari tadi larut dalam kesejukan angin yang berhembus dari kaca mobil yang terbuka_ ya, dari pada gadis itu kembali muntah-muntah Mahendra harus terpaksa membuka kaca_ sedikit terganggu oleh pertanyaan Mahendra.Larasati menoleh, menemukan raut yang tidak bisa dipungkiri memang sangat tampan terlepas dari semua sifat tidak terpujinya. Tetapi, Larasati tidak lagi merasa tertarik seperti kemarin saat pertama ia bertemu pria ini.Hanya saja Larasati sedikit tersentuh dengan apa yang dilakukan Mahendra tadi, setidaknya pria ini telah menyelamatkan harga dirinya di depan wanita lain, walau kemudian Larasati menyadari Mahendra melakukan itu karena tekanan darinya.Namun setidaknya pria egois ini memiliki rasa bakti yang luar biasa pada Papanya, dan itu sedikit membuat Mahendra memiliki nilai positif di mata Larasati."Kau puaskan?" Lagi, pertanyaan dengan makna yang sama meningkahi musik jazz yang mengalun lembut."Ya." "Lalu kenapa wajahmu seperti itu?""Meman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-28
Baca selengkapnya

Jaga Jarak

16"Astaga, Mahendra! Apa-apaan?" Larasati histeris tengannya spontan mendorong bahu Mahendra.Gadis itu cepat memperbaiki posisi duduknya, mendekap silang bahunya dengan kedua tangannya.Mahendra segera tersadar dari tindakannya yang hampir saja ...Sedikit lagi, kira-kira tidak sampai satu senti ia akan mencecap bibir ranum itu."Kau sudah kehilangan akal ya?" Larasati masih panik, tidak mengerti dengan apa yang akan diperbuat oleh Mahendra, tapi nalurinya sebagai wanita telah dengan fasih mengartikan tindakan pria itu.Ih, menakutkan serta menjijikkan, teriak batin Larasati.Sementara Mahendra cengengesan, menyumpahi kebodohannya dalam hati habis-habisan, tapi tentu ia punya cara untuk berkelit dari tatapan penuh tanya Larasati."Ada lalat tadi di sekitar wajahmu, aku hanya ingin membantu mengusirnya." ujarnya cuek, sembari memperbaiki posisinya dari bersimpuh menjadi duduk bersila."Kau aneh sekali, Mahendra. Sekaligus menakutkan. Aku bahkan merinding." Larasati masih memeluk tub
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-12
Baca selengkapnya

Kebersamaan Ruhan dan Larasati

17"Kamu nggak sekalian jemput istrimu, Ndra?"Mahendra mengkerut ketika Mamanya menyongsong kedatangannya ke lantai pintu utama."Memangnya dia kemana Ma?" Mahendra bertanya pelan, demi melihat Papanya yang tengah duduk bersantai di ruang tamu."Lho?" Sekarang gantian sang Mama yang mengkerut.Mahendra terdiam, tatapan heran Mamanya seakan menggulitinya, ia menghela napas berat. Lalu ia merogoh saku blazernya dan mengeluarkan ponsel dari sana."Oh astaga ... banyak sekali panggilan tak terjawab dari Laras, ini karena aku lupa mengaktifkan kembali nada panggil setelah disilent saat meeting tadi."Mahendra menampakkan raut penyesalan yang begitu kentara, sehingga Mamanya cuma bisa geleng-geleng kepala."Nak, kamu itu bukan seorang bujangan lagi, ada seseorang yang harus membutuhkan perhatian khusus darimu. Jangan terlalu gila kerja sehingga melupakan istrimu. Sana jemput Laras." Rieta tersenyum penuh perhatian, mengusap bahu lebar anaknya lembut."Baik Ma." Mahendra manut, sementara su
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-12
Baca selengkapnya

Duel Sengit

18Mahendra dengan segala emosi yang memuncak terus mencari Ruhan dan Larasati hingga ber jam-jam.Ia menggerebek semua tempat seperti orang gila, menerka-nerka sendiri ke mana Ruhan membawa istrinya.Hingga dalam kekalutan gulungan emosi ia teringat sebuah tempat yang sering didengar adalah tempat favorit Ruhan.Menurut desas-desus yang seringkali terdengar dari mulut ke mulut kolega bisnisnya, Ruhan selalu mengunjungi tempat tersebut di saat-saat waktu senggangnya, sebuah cafe di atas puncak.Mahendra segera memacu kendaraannya menuju tempat tersebut, ia langsung menerobos masuk bangunan minimalis bertingkat dua itu, tidak peduli tatapan heran berpasang mata penuh selidik melihat penampilannya yang kacau.Ia mengitari meja-meja dan mempelototi semua orang yang duduk di sana, sempat Mehendra menggeram putus asa dan ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi kemudian sudut mata tajam menangkap sesuatu di balkon cafe ketika ia mendongakkan kepala.Mahendra menghempas nafas lega, namp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Gila

19"Suatu saat nanti, tanpa aku paksa atau ancam pun, akan ada saatnya kau akan bersimpuh di kakiku dengan segala kesungguhan hatimu."Agaknya kalimat yang pernah dilontarkan Larasati tersebut, telah berlaku dengan sangat cepat.Mahendra tanpa ada pilihan, antara menghawatirkan Papanya juga karena dorongan batin yang tidak bisa dikuasainya. Saat ini, Mahendra terlihat begitu menyedihkan dengan harapan yang setinggi langit, bersimpuh di kaki Larasati yang bersiap akan pergi dengan orang yang menghargai lagi mencintainya."Kau sadar apa yang kau lakukan, Mahendra? Kau tengah bersimpuh pada seseorang yang hanyalah debu, samlaht dan kotoran." Larasati mendesis getir. Ia pun tidak menyangka Mahendra akan melakukan itu. Orang yang selalu dibalur kesombongan dan keangkuhan, apakah mungkin akan melakukan hal seperti ini? Dada Larasati bergemuruh, mengeratkan tautan jemarinya pada Ruhan."Mari kita pulang Larasati." Mahendra sadar dengan apa yang ia lakukan, ia telah memperlihatkan keredaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Kepemilikan Mahendra

20"Mahendra ..."Mahendra tidak jua memperlihatkan tanda-tanda ia akan mengubah posisi mereka, hingga seperempat jam telah berlalu.Larasati tidak tahu lagi akan berbuat apa, meronta pun percuma, karena sedikit saja ia bergerak, maka dekapan Mahendra akan terasa semakin mengerat.Dan akhirnya, Larasati hanya bisa terisak, entah karena apa, ia pun tak mengerti.Karena kesal dan marah atau karena sesuatu yang seakan meledak-ledak dalam dadanya."Mahendra, Papa sudah menunggu kita. Ayolah ..."Larasati berusaha lagi membujuk pria yang menurutnya telah berubah menjadi sangat aneh itu, isakan Mahendra memang tidak terdengar lagi, juga tetesan-tetesan hangat pun sudah tiada terasa. Namun jantung Larasati seakan berhenti bekerja ketika ia merasakan sesuatu yang begitu lain di sekitar lehernya.Larasati gelisah dan cemas. Tetapi ia hanya bisa menahan napas saat semua itu terjadi. "Mahendra, apa yang kau lakukan. Sadarlah, aku bukan kekasihmu!" Larasati tidak tahan lagi, ia berteriak hister
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status