Semua Bab Dihamili Calon Tunangan, Dinikahi Pewaris Tunggal: Bab 201 - Bab 210

230 Bab

Mohon Kerjasamanya

Nizar menelan salivanya dengan pelan. Ia terdiam.“Tidak usah takut. Saya sedang mensortir orang-orang yang tidak baik yang ada di dalam gedung kantor itu. Menggantinya dengan yang lebih baik dari mereka,” ucapnya meyakinkan pria berusia empat puluh tahun itu.Nizar menghela napasnya dengan panjang. Kemudian menganggukkan kepalanya sembari menatap Sagara penuh kemelasan.“Gaji kami sering kena potongan oleh mereka, Pak.”Sagara tercengang. Pun dengan Yuda dan juga Andra.“Gilak! Berapa persen, Pak?” tanya Andra kemudian.Nizar menolehkan kepalanya. “Hampir dua puluh persen, Pak. Bahkan, gaji overtime kami sering dibuat alasan dipotong untuk amal. Padahal, bukti pemberian kalau uang itu beneran diamalkan, tidak ada. Ada yang pernah complain waktu itu, kepala produksi juga. Dia malah dipecat.“Sebenarnya kami sudah lelah, Pak. Hanya saja, mencari pekerjaan lain di luar sana sangatlah sulit
Baca selengkapnya

Bunuh Diri

Riuh tepuk tangan tanda mereka sangat bahagia karena hak mereka akan kembali kepada semua yang sudah dirugikan.“Terima kasih, Pak Sagara. Terima kasih.” Nizar memeluk Sagara sembari menangis haru. Bahagia karena keadilan akhirnya sampai kepada mereka.Sagara menepuk-nepuk punggung pria itu sembari mengulas senyumnya. “Saya hanya meminta kepada seluruh karyawan di sini. Bekerjalah karena kalian senang menjalaninya. Rezeki akan datang pada kalian yang ikhlas menjalaninya.”Semua orang mengangguk dengan semangat. Banyak yang saling berpelukan karena akhirnya mereka tidak perlu mengeluh lagi soal pendapatan yang mereka dapatkan.Setelahnya, Sagara dan juga Andra pulang ke rumah mereka. Sementara Yuda sudah dijemput oleh anaknya.Pria itu menghela napas panjang. “Minta tolong agar Pak David menyelesaikan pembayaran gaji mereka yang sudah terpotong. Uang sebanyak itu, sangat berharga bagi mereka. “Andra mengan
Baca selengkapnya

Are You Happy

Suara Krisna.Pria itu menghela napasnya dengan pelan. “Sagara. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah menghina kamu dan juga mencaci maki kamu saat kamu masih berada di bawah. Saya bahkan tidak percaya kalau kamu anaknya Satya karena Damar mengumumkan kalau kamu sudah meninggal dunia.“Saya sangat menyesal, Sagara. Tapi, penyesalan itu tidak akan membuat kamu luluh. Kamu terlalu sakit karena ucapan pedih yang selalu saya lontarkan pada kamu. Di dalam memori ini, banyak bukti-bukti kalau Hanna hamil oleh pria lain.“Memori ini adalah milik Raffael yang akan diberikan kepada Mikayla, anaknya Pak Ardi yang menginginkan kamu jatuh lagi, Sagara. Sebelum saya mengakhiri hidup saya, saya ingin memberi satu bantuan pada kamu. Bakar memori ini dan juga bukti rekaman serta foto-foto.“Bukti chatingan Hanna kepada Raffael yang meminta tanggung jawab dia. Hapus semuanya. Hilangkan semuanya. Agar rumah tangga kalian tetap aman. Juga, identita
Baca selengkapnya

Sudah Menjadi Milik Hanna

Jelas perempuan itu menganggukan kepalanya sembari mengulas senyumnya. "Of course. Aku sangat bahagia. Kamu selalu bercerita tentang rumah yang sudah kamu beli itu. Dan bikin aku kepikiran, sampai udah nggak sabar pengen lihat rumah itu."Sagara lantas terkekeh dengan pelan. "Aku memang selalu membuat orang tidak bisa tidur. Tapi nggak bisa nyenyak tidur untuk kamu, adalah hal yang tidak akan pernah kamu lupakan seumur hidup kamu. Yaitu kebahagiaan yang akan selalu aku berikan. Semua akan aku berikan apa pun yang kamu inginkan."Bertepatan dengan lampu lalu-lintas berwarna merah. Pria itu menarik wajah Hanna. Menautkan bibirnya dengan bibir manis perempuan itu.Dan Hanna membalas tautan tersebut dengan melingkarkan tangannya di leher jenjang milik suaminya itu.Namun, suara klakson di belakang sana menghentikan semua aktivitas yang sedang mereka lakukan. Sementara Sagara mengatup bibirnya menahan tawa karena harus menghentikan dengan segera akan yang seda
Baca selengkapnya

Hanya Prediksi Dokter saja

Perempuan itu mengambilnya. Kemudian membuka sertipikat tersebut dan memang benar ... nama Hanna-lah yang tercantum di dalam sertipikat rumah tersebut."Sagara!" ucapnya dengan mulut menganga.Sagara menerbitkan senyumnya. "All for you, Hanna. Ingat, semua janji yang pernah aku ucapkan ke kamu. Satu persatu akan aku wujudkan." Sagara mengusap rambut sang istri. "Jangan merasa aneh seperti itu. Kamu sudah tau, siapa aku kini. Bahkan, hampir seluruh Indonesia bahkan Asia dan juga Eropa tau, siapa aku. Lebih tepatnya sih, desain yang aku buat. Aku dikenal banyak orang karena hobiku. Dan itu semua, mengantarkan aku pada kesuksesan yang luar biasa ini. Namun, tidak akan bisa seperti ini jika bukan karena menginginkan kamu agar tetap menjadi istriku."Berjuang, mempertahankan kamu dari papa kamu yang tidak pernah mau memberi restu untukku. Hanya karena aku jatuh, dia melihatku hanya sebelah mata. Cukup sakit, dan membuat aku rasanya ingin membunuhnya dengan tanganku s
Baca selengkapnya

Jangan Banyak Bicara!

Hanna pun beranjak dari duduknya. Diikuti oleh Sagara yang tidak bisa jauh dari istrinya yang katanya sudah ingin melahirkan. Padahal, usia kandungannya baru menginjak usia sembilan bulan.Ia lantas menghubungi Andra untuk memberi tahu jika dirinya tidak bisa hadir di acara wisudanya."Hanna mau lahiran? Ya udah kalau gitu. Gak usah ke sini. Hanna jauh lebih membutuhkan elo. Lagi pula, udah ada Suster Indah juga di sini. Lagi ngobrol sama bokap nyokap. Berasa lagi lamaran beneran, gue.”“Sukses ya, Ndra. Dan selamat, karena udah jadi Magister desain grafis. Tugas elo sekarang fokus di GM. Setelah Hanna melahirkan dan bayinya udah berusia dua mingguan, gue udah mulai fokus ke pendidikan gue. Walau hanya enam bulan. Gue pengen kejar S-2 gue. Salah satu mimpi yang belum gue capai.”“Iya, Sagara. Sukses juga buat elo. Kalau Hanna beneran udah mau lahiran, kasih kabar ke gue. Atau mungkin setelah acara wisuda, gue ke sana.”
Baca selengkapnya

Jangan Sampai Terulang lagi

Tak lama setelahnya, Andra dan juga Suster Indah tiba di rumah sakit. Mereka menghampiri Mayang dan juga Sinta yang sudah berada di ruang bersalin, menggantikan Sagara menemani Hanna yang tengah merasakan nyeri karena kontraksi sang bayi.“Kenapa bisa terjadi, lahir sebelum tanggal yang sudah ditentukan?” tanya Andra yang terheran-heran setelah mendengar kabar jika Hanna akan segera melahirkan.“Itu bisa terjadi kepada siapa saja, Mas. Termasuk Mbak Hanna. Mungkin Mbak kecapekan. Makanya mengalami kontraksi dini. Bahkan menyebabkan pecah ketuban dibarengi dengan pendarahan,” kata Suster Indah menjawab pertanyaan Andra.Kemudian memeriksa sang bayi dengan memasukan jarinya di bawah sana. “Sudah bukaan enam.”Andra menganga. “Kok kamu tau, soal begituan? Bukannya kamu perawat umum?”Suster Indah mengulas senyumnya. “Saya banyak belajar dari kakak saya, Mas Andra.”“Oh! Kenapa kamu memilih bekerja di rumah sakit jiwa?”“Bukan saatnya untuk membahas hal itu, Mas Andra. Kita harus melihat
Baca selengkapnya

Nama untuk Anak Hanna

Sementara Sagara hanya berdiri di samping bangsal Hanna, sembari menatap ketiga orang yang terlihat begitu tegang kala melihat raut wajah Sagara yang begitu datar."Apa yang sudah kalian lakukan kepada Hanna, sampai dia merasa kelelahan? Sampai harus mengalami kontraksi dini bahkan melahirkan di waktu yang cukup jauh dengan prediksi dokter," kata Sagara bertanya kepada ketiga orang tersebut.Semuanya terdiam, pun dengan Suster Indah. Mereka tak tahu harus menjawab apa. Sebab, yang sudah memerintahkan Hanna agar banyak melakukan aktivitas adalah Mayang.Sampai akhirnya perempuan itu memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan anaknya. "Mama yang sudah meminta Hanna untuk melakukan aktivitas. Karena hal itu bisa membuat Hanna dilancarkan proses lahirannya. Maafkan Mama, Sagara. Mama yang sudah meminta Hanna agar melakukan hal-hal yang menurut Mama baik untuk kehamilannya."Sagara menatap Mayang dengan tatapan datar. Entah apa yang harus dia lakukan kepada mamanya itu, sementara Mayang p
Baca selengkapnya

Gue nggak Peduli

Andra manggut-manggut. "Ganteng, Sagara. Kalau nanti gue punya anak cewek, mau gue jodohin sama anak gue. Gilak! Masih bayi udah keliatan good looking-nya."Sagara memutar bola matanya dengan malas. "Produksi juga belum, udah mau main jodohin aja.""Namanya juga berharap semoga segera diberi keturunan, kalau udah menikah nanti."Sagara tersenyum miring. "Doa aja yang banyak."Andra lantas menghela napasnya. Kemudian kembali ke tempat tidur di mana si bayi mungil itu masih terlelap dalam tidurnya. Ia menerbitkan senyumnya, kala menatap bayi berjenis kelamin laki-laki yang begitu tampan."Pasti bakal jadi artis papan atas nih, kalau berkecimpung ke dunia entertainment. Bisaan juga, si Raffael bikin anaknya." Andra terkekeh sendiri atas ucapannya."Anak gue, Andra. Elo gak usah mancing-mancing gue dengan ngomong kayak gitu." Sagara tampak kesal kepada Andra.Pria itu lantas menerbitkan cengiran kepada sahabatnya itu. "Secara biologis, Raffael adalah orang pertama yang tanam benih di dala
Baca selengkapnya

Tidak ada Alasan untuk Menolak

Andra terdiam. Kondisi Sagara sedang tidak baik-baik saja, hanya akan mengakibatkan sebuah masalah yang tidak ada ujungnya.Hanna menganggukkan kepalanya dengan pelan kepada Andra. Agar berhenti membahas yang sedang sensitif untuk dibahas. Andra pun mengendikan bahunya kemudian duduk di atas sofa sembari menatap Sagara yang tengah melahap nasi karena Hanna sudah kekenyangan.“Minum obatnya dulu. Biar ASI-nya lancar dan bisa menyusui si bayi. Karena walaupun aku masih mampu beli susu formula, ASI lebih baik dari apa pun. Setidaknya sampai enam bulan kemudian lanjut setahun. Kalau masih mau kasih, sampai dua tahun.”Hanna menelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan Sagara yang dengan detailnya menjelaskan perihal memberi ASI lebih baik dari susu formula.“Sedetail itu, kamu mengetahui tentang manfaat ASI?” kata Hanna bertanya kepada Sagara.Pria itu menerbitkan senyumnya. “Aku selalu membaca artikel tentang ibu hamil dan juga ibu menyusui. Agar aku paham, kodrat seorang wanita itu ad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status