All Chapters of Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa: Chapter 151 - Chapter 160

357 Chapters

BAB 150 : Kesepakatan

‘Ambil ini. Bagaimana pun kau adalah istriku.’Kalimat itu berputar lagi di dalam pikiran Elara, ketika gadis itu menatap kartu hitam di atas meja.Arion telah sejak sejam setengah tadi pergi, karena ada urusan yang harus ia selesaikan.Pembicaraan mereka memang telah usai dan menyepakati sesuatu.“Nona, apakah ini saja barangnya?” Salah satu anak buah Arion yang bertugas mengawal Elara, menegur dengan sangat hati-hati.“Hm.. ya. Barangku tidak banyak,” jawab Elara sambil tersenyum.“Mobil sudah siap di bawah, jika Nona mau berangkat sekarang, kami pun sudah siap.”Elara mengangguk. “Terima kasih.. emm..”“Guez. Nona bisa panggil saya Guez,” jawab orang itu cepat.    “Terima kasih, Guez.”Anak buah Arion yang bernama Guez itu mengangguk hormat lalu keluar dengan membawa tas ransel milik Elara.Ada senyum geli
Read more

BAB 151 : Anak Perempuan Wanita Itu

Baik Dianne maupun lelaki itu terkesiap.Lelaki itu bergeming dan tidak berani memutar tubuh, sementara Dianne yang melihat kesempatan segera mengambilnya.Gadis itu langsung bergerak cepat berlari dengan mengambil celah kosong di sisi lelaki tersebut.“Hey!!” Lelaki itu berteriak dan menggapai bahu Dianne, namun suara teriakan di ujung gang itu kembali terdengar.“Apa yang kau lakukan?! Mobil patroli di sekitar sini, aku akan memanggil polisi jika kau macam-macam!”Lelaki itu terdiam dan melirik tajam Dianne yang langsung mengempas tangan lelaki itu dari bahunya dan segera berlari cepat menjauh. “Tolong aku! Orang itu tadi mau merampok dan melukaiku!” ujar Dianne terengah-engah begitu tiba di dekat orang yang tadi berteriak itu.“Dia kabur!” Orang itu berseru sambil menunjuk.Dianne menoleh dan benar saja, ia mendapati lelaki berambut model buzz cut itu dengan terampil mema
Read more

BAB 152 : Periksalah Kembali

“Bukankah ini terlalu ‘pagi’ untuk datang ke bar?” Zhenzhen mengangkat alis melihat Arion yang telah duduk di stool bar dan memandangi layar ponselnya.Pria itu terlihat lesu --meski masih sangat nampak tampan. Setelan jas formal mahal miliknya membalut tubuh proporsional pria itu, meski kini semua kancing jas nya dalam keadaan terbuka.Ini masih pukul 6 petang, namun pria itu sudah berada di tempat Zhenzhen.“Bagaimana urusan kerjaanmu?” Mendapati Arion yang tidak menjawabnya, Zhenzhen menanyakan hal lain.“Apa artinya jika seorang wanita meminta pisah rumah?” Alih-alih menjawab, Arion mengatakan hal lain.Tangan Zhenzhen yang sedang mengelap beberapa gelas, tetiba terhenti dan menoleh. “Siapa yang minta pisah rumah? Elara?”Alih-alih menjawab, Arion kembali bergumam hal lain. “Kami sudah menikah, Zhen.”“Oh Dear God!” Zhenzhen membelalakkan mata --ta
Read more

BAB 153 : Barang Murahan

[Aku akan berada di luar kota beberapa hari.]Pesan itu dibaca Elara tanpa tampak perubahan ekspresi.“Siapa itu?” Jeanne melongok pada ponsel milik Elara dan kemudian mengembus napas. “Dia mengabarimu.”“Ya.”“Dia pria yang baik,” sambung Jeanne lagi.“Mungkin.”“Dia baik, El!” Jeanne sedikit mengernyit. “Tidak semua suami mengabari istrinya, apalagi ketika sedang dalam masalah. Tapi dia mengabarimu. For God’s sake! Mengabarimu! Dia itu orang penting dengan waktu luang yang amat sempit, tapi masih mengabarimu!”“Ya ya ya. Dia pria yang baik.” Elara malas menanggapi kesewotan Jeanne.Namun dalam hati kecilnya, ia pun setuju pada kalimat Jeanne.Dulu, ibunya kadang bertanya-tanya kemana Tony pergi, karena mantan ayah tirinya tersebut jarang sekali mengabari Annie ketika ke luar kota atau bahkan ketika tidak pulang.Elara mengetahuinya, karena pernah terbangun di suatu malam dan melihat sang ibu yang masih terjaga,
Read more

BAB 154 : Batalkan Acara Itu

Entah ke berapa kali, Arion menatap layar ponsel miliknya.Namun apa yang dinanti, tidak kunjung muncul.Ya, Arion menantikan pesan balasan dari Elara.Itu sudah centang biru, namun rupanya gadis itu tidak berniat untuk sekadar berbasa basi untuk membalas pesan yang ia kirimkan.“Dasar tidak sopan!” gerutu Arion dengan mulut yang hanya membuka sedikit.“Ma-maaf Tuan? Apakah mobilnya berjalan terlalu cepat?” Garvin yang berada di samping supir bertanya dengan sangat hati-hati.“Tidak.” Arion menjawab dingin dan membuang pandangan ke arah jendela.Ia berada di dalam mobil yang membawanya ke Sacramento, untuk memenuhi permintaan Lenora.Garvin ia perintahkan untuk menjemputnya, karena ada beberapa urusan pekerjaan yang ingin ia bahas selama dalam perjalanan.Pria tampan itu memang tidak suka membuang waktu dan memanfaatkan segala waktu yang ada secara efektif dan efisien.Namun bila menyangkut Elara, pria itu seperti mendadak terlupa bagaimana caranya bertindak efisien dan efektif tersebu
Read more

BAB 155 : Benda Itu Milikku

“Apakah… ini milikmu?” Dianne menatap takut-takut pada orang bersetelan mewah yang terkena lemparan kotak olehnya tadi.Kini ia bisa melihat dengan cukup jelas orang tersebut.‘Oh, astaga…’ Dianne menganga.Yang berdiri di depannya adalah seorang pria bertubuh tinggi dan tampan. Wajah persegi yang ia miliki begitu unik namun menampilkan keeleganan yang tidak biasa.Setelan mahalnya melekat begitu pas di tubuhnya yang tegap. Sorot matanya terpancar ramah --hal inilah yang paling utama membuat rasa takut dan cemas Dianne luruh seketika.Pria itu --untuk kesekian kalinya, terlihat mengamati anting yang ia pegang.“I-iya.. maaf. Itu milikku,” Dianne mengulurkan tangan untuk mengambil anting berbentuk titik air tersebut.Namun saat tangan Dianne terulur hendak mengambilnya, pria itu justru mengangkat tangannya lebih tinggi, sehingga usaha Dianne untuk mengambil anting tersebut, menggapai angin.“Ke-kenapa--” Dianne langsung terdiam saat mendapati pria tampan bersetelan mewah itu menatap d
Read more

BAB 156 : Dia Tidak Menginginkannya

“Bagaimana perasaanmu hari ini?” Lucas menggoda Isabelle.Mereka hari ini bertemu di salon perawatan tubuh, karena Lucas bersikeras menggiring Isabelle untuk melakukan perawatan sebelum acara jamuan makan malam esok.“Kau pasti bahagia!” Senyum lebar di wajah Lucas tidak kunjung surut, ia memang sangat senang ketika melihat wajah bersemu Isabelle dan mata perempuan itu yang berbinar.“Aku tidak menyangka… Arion akan benar-benar pulang hari ini ke Grand Haven,” ucap Isabelle pelan.Wajahnya yang bersemu, sedikit menghilangkan kesan pucat perempuan itu.“Ya, aku mendapat kabar tadi pagi dari bibi Lenora bahwa Arion dalam perjalanan pulang,” Lucas mengangkat tangan dan melihat arloji yang melingkari tangan kanannya. “Seharusnya dia sudah tiba di mansion dan sedang bicara dengan bibi Lenora sekarang.”Isabelle diam, namun senyum manis dan juga bahagia terukir di wajahnya.“Sudah ku bilang, Ella,” tukas Lucas lalu tersenyum menggoda pada Isabelle. “Sekalipun dia dekat atau sedang bersama ga
Read more

BAB 157 : Tidak Mau Menunggu

“Apa yang akan kau lakukan sore hari ini? Apakah Dianne telah menghubungimu?” Jeanne bertanya penasaran dan menunggu jawaban Elara yang tengah asyik menonton TV.“Apa kau lapar?” Bukannya menjawab Jeanne, Elara justru melempar pertanyaan lain pada sahabatnya tersebut.“Apa kau akan memasak?”Elara menggeleng. “Kita pesan layanan antar saja.”“Itu bagus.”Kedua gadis itu kemudian memesan makanan melalui aplikasi dan makanan pesanan mereka tiba hampir satu jam kemudian.Jeanne yang membukakan pintu ketika layanan antar itu datang dan melihat anak buah Arion lah yang berdiri di depan pintu.“Oh, kemana pengantar makanan nya?” tanya Jeanne santai --ia sudah mulai familiar dengan keberadaan lelaki bertubuh kekar dan bertampang sangar tersebut.“Sudah saya suruh pulang, Nona,” jawab Guez hormat.Jeanne mengambil makanan tersebut dan hendak menutup pintu. Namun ia terhenti dan berbalik lagi pada Guez. “Mengapa kau tidak ikut makan bersama kami?”Guez buru-buru menggeleng. “Tidak, Nona. Kami t
Read more

BAB 158 : Mencium Ketidakberesan

Klek!Pintu kamar Arion terbuka dan Lucas menerobos masuk.Arion memang tidak menguncinya --bagaimana pun juga, tidak ada satu pun yang ada di dalam Grand Haven ini yang berani masuk ke dalam kamar Arion Ellworth.Tidak ada --kecuali Lucas saat ini.“Tu-tuan Muda, maafkan kami! Tuan Muda Enzo bersikeras menemui Tuan Muda…” Pelayan yang mungkin tadi berusaha menghalangi Lucas untuk masuk dan menerobos ke dalam kamar Arion, meminta maaf dengan gugup.Dua pelayan lainnya di belakang, menundukkan kepala dalam-dalam dengan tubuh gemetar.Mereka sungguh tidak akan sanggup menghadapi kemarahan Arion.“Keluarlah,” Tanpa membuka mata, Arion berkata malas dan mengusir tiga pelayan yang berdiri ketakutan di ambang pintu.Ketiga pelayan tersebut menghela napas lega dan buru-buru membungkuk, sebelum mereka serempak bergegas keluar, meninggalkan Arion dan Lucas yang berdiri dengan tangan mengepal.“Brother,” Lucas menekan suaranya.“Apa maumu?” Masih tanpa membuka kedua mata, Arion menanggapi malas
Read more

BAB 159 : Waspada

“Arrrgghh!!”PRANG!BRUAAKK!!Entah sudah berapa benda atau vas bunga ke berapa yang dihancurkan Isabelle.Beberapa pelayan hanya berdiri ketakutan dan hanya memandang dengan jarak aman di kamar Isabelle.Meskipun itu adalah nona majikan mereka, namun tidak ada satu pun dari mereka yang cukup bodoh untuk mendekat pada Isabelle yang masih saja melemparkan benda-benda yang ada dalam jangkauannya.Isabelle tidak akan segan-segan melempar benda itu ke arah mereka dan bahkan tidak peduli jika membuat kepala seseorang bocor.Keluarga Goldwin hanya perlu memberikan uang kompensasi dan ancaman agar kejadian itu tidak sampai keluar dan terdengar umum.“Ya Tuhan! Ella!” Nyonya Goldwin --ibu Isabelle datang tergopoh-gopoh dan menghampiri putrinya yang telah mengangkat tangan untuk melempar satu hiasan dari keramik.“Hentikan, Ella!” pekik Nyonya Goldwin langsung menarik hiasan itu dari tangan Isabelle. “Jangan bertindak serampangan seperti ini!”“Aku malu Bu!!” jerit Isabelle. “Aku malu!!”Nyonya
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
36
DMCA.com Protection Status