"Natasha. Kau mendengarku, kan?" tanya Rio cemas, dengan telinga yang ia tempelkan pada daun pintu. Hatinya berdegup kencang, menciptakan irama yang semakin tak beraturan seiring dengan kekhawatirannya. Saat tak ada suara apa pun yang terdengar dari dalam sana, Rio segera meraih gagang pintu, namun, saat ia hendak membukanya, Rio mengurungkannya kembali.Ia bergegas turun ke lantai satu, langkahnya cepat dan penuh kegelisahan. Tujuannya adalah dapur, di mana ia berharap bisa menemukan salah satu asisten rumah tangga Abraham untuk membantunya. Dini, yang memperhatikan Rio sejak tadi, menatapnya dengan pandangan tidak suka. Rasa tidak senang itu terpancar jelas di wajahnya. Sebagai ibu, Dini merasa sakit hati karena Rio, putra semata wayangnya, tidak pernah memperlakukannya dengan perhatian yang sama seperti yang ia tunjukkan kepada Natasha. Rasa cemburu dan marah berkecamuk di dalam hatinya, namun ia memilih diam dan hanya mengamati dari kejauhan."Bi, kemarilah," ajak Rio tergesa-ges
Read more