Semua Bab Kupinang Sahabatku Menjadi Maduku: Bab 21 - Bab 30

65 Bab

Pura-pura Keramas

21Keesokan paginya, Amira melangkah turun dari lantai dua dengan langkah pelan. Rambutnya basah terurai. Semalam tidak ada satu pun kejadian mengesankan. Malam pertama yang indah bagi sebagian wanita, hanya ada dalam bayangan Amira semata.Amira tidak berharap lebih dalam pernikahan ini, tepatnya takut berharap. Dia hanya akan melewati waktu satu tahun ini dengan mengikuti alurnya seperti air yang mengalir. Amira melihat Aleesha yang berjibaku di dapur. Ia melangkah pelan menghampiri sahabatnya itu. Aleesha menangkap kehadiran Amira dari ekor matanya. Dia pun menyambut kedatangannya dengan godaan khas bagi pengantin baru. Apalagi Aleesha melihat rambut panjang Amira basah pagi ini. Aleesha berpikir jika malam pertama mereka lanjar jaya. "Cieeee ... Yang semalam ehem-ehem!" goda Aleesha pada Amira yang sudah berdiri di sampingnya. "Ih, apaan sih," ujar Amira pura-pura tersipu malu dengan godaan Aleesha. Padahal sebenarnya Amira hanya menuruti perintah Rendra untuk berkeramas pa
Baca selengkapnya

Rumor

22Rendra benar-benar meninggalkan Amira di pinggir jalan sendirian. Ya, begitulah Rendra. Dia tak pernah main-main dengan ucapannya. Jarak ke kantor mereka memang sudah dekat. Akan memakan waktu sepuluh menit jika berjalan kaki.Tanpa membuang waktu, Amira pun mengayunkan langkahnya menuju ke kantor. Dia tidak ingin terlambat di hari pertamanya kembali ngantor setelah cuti selama tiga hari. Dengan langkah sedikit cepat Amira menyusuri jembatan yang biasa dipakai oleh pejalan kaki sepertinya. Sesuai waktu yang diperkirakan, akhirnya Amira sampai di kantor tepat waktu. Sita, rekannya langsung menghambur ke arah Amira. "Ih, kangen deh, Ra. Kamu ke mana aja sih tiga hari ini?" tanya Sita dengan sedikit memprotes. "Hahaha. Biasalah, aku 'kan orang sibuk. Sepi ya nggak ada aku tiga hari ini?" goda Amira."Ya iyalah. Sepi banget. Apalagi manajer kita jadi kelihatan hilang semangat gitu, deh!" sindir Sita saat Davin melintas di hadapan mereka."Pagi, Pak Davin." Amira dan Sita menyapa s
Baca selengkapnya

Bulan Madu

23"Sha, kok kamu ada di luar?" tanya Amira yang baru saja sampai ke rumah dan mendapati Aleesha tengah berdiri di luar gerbang seperti sedang menunggu seseorang."Pak Rendra, belum pulang, ya?" duga Amira yang mengira Aleesha sedang menunggu Rendra."Ra, aku khawatir sama kamu. Mas Rendra udah pulang dari tadi, tapi kamu malah jam segini baru pulang," ujar Aleesha dengan nada khawatir."Oh, ya ampun. Maaf, Sha. Aku nggak ngabarin dulu kalau bakal pulang telat. Kamu tahu 'kan selama cuti kemarin kerjaanku pasti numpuk," jawab Amira merasa tidak enak pada Aleesha."Ponsel kamu juga susah dihubungi," sungut Aleesha kesal.Amira memeriksa ponselnya dan menyadari kalau benda pipih itu sudah kehabisan daya. "Sorry …." Amira meminta maaf dengan tulus. Ia meraih tangan Aleesha. "Aku khawatir terjadi apa-apa sama kamu, Ra. Andai kamu dalam bahaya, gimana coba? Ponsel itu penting, Ra. Kalau kamu dalam bahaya, ponsel sangat kamu butuhkan untuk menghubungi seseorang," ujar Aleesha menyerocos
Baca selengkapnya

Dejavu

24"Loh, Amira mana, Mas? Jangan bilang … Mas pulang duluan lagi?" Aleesha tak henti mencecar suaminya dengan pertanyaan.Rendra baru saja turun dari mobilnya usai pulang dari kantor. Dia juga baru sampai di rumah yang mereka bertiga tempati."Aku lelah, Sayang. Gadis itu kulihat masih sibuk di meja kerjanya, kemungkinan lembur." Rendra menjawab enteng setiap pertanyaan Aleesha. Terkesan acuh terhadap kondisi Amira."Ya, aku tau Amira sudah mengabariku. Dia sibuk karena lembur untuk menyelesaikan berkas-berkas yang harus diperiksanya. Biar nanti kalau kalian pergi ke Hong Kong, kerjaannya nggak menumpuk," tukas Aleesha kesal. Padahal dia sudah sangat sering meminta suaminya untuk mengubah sikapnya terhadap Amira. Namun, tetap saja Rendra enggan berubah. Rendra masih tetap acuh pada Amira dan tidak pernah menganggap Amira ada. "Dan satu lagi, Mas. Gadis itu memiliki nama. Amira Azzahra. Bisa nggak sih Mas panggil namanya!" seru Aleesha terlihat marah.Jika sudah begini, Rendra tak b
Baca selengkapnya

Panggilan Sayang

25 Aleesha masih mondar-mandir di dalam ruang tamunya. Pikirannya gundah. Sudah selarut ini suaminya dan Amira belum juga kembali. Dia khawatir terjadi hal buruk pada mereka. Aleesha meraih ponselnya lagi untuk berusaha menghubungi suaminya. Suara dering tersambung berbunyi, namun Rendra tak kunjung mengangkat teleponnya. "Angkat dong, Mas. Sekali saja," ujar Aleesha hampir berputus asa. Ia kembali membolak-balik langkahnya di depan sofa panjang miliknya. Aleesha menggigit jarinya menandakan ia sangat gelisah saat ini. Tetapi, dia sedikit merasa bahagia mungkin mereka butuh waktu untuk berdua saat ini. Karena Aleesha merasa hubungan Rendra dan Amira masih berjarak. Keduanya selalu terlihat saling menghindari satu sama lain. Padahal bukan itu yang Aleesha inginkan. Justru dirinya ingin Rendra juga mulai belajar untuk mencintai Amira. Sekitar sepuluh menit kemudian, suara deru mobil terdengar dari arah luar. Aleesha yang mendengar itu langsung menghambur keluar untuk memastikan j
Baca selengkapnya

Tatapan Berbeda

26Sebisa mungkin Amira menahan dirinya agar tawanya tidak meledak saat mendengar permintaan Rendra yang aneh malam itu. Tetapi, akhirnya tawanya pecah juga. "Kenapa kamu ketawa? Ada yang aneh dengan ucapanku?" tanya Rendra yang tidak lagi formal dalam berbicara dengan Amira. "Maaf, Pak," sahut Amira menghentikan tawa kecilnya."Sudah kubilang, aku bukan bapakmu!" protes Rendra. "Iya, M–Mas. Maaf.""Bagus. Kalau di kantor boleh bersikap formal," ujar Rendra. "Baiklah.""Sekarang tidurlah, besok aku akan mengabari Davin untuk memberimu izin cuti sampai minggu depan. Besok kamu nggak perlu berangkat ke kantor." Rendra berucap panjang lebar.Posisi mereka kini saling bersandar di kepala ranjang. Debaran di hati Amira muncul lagi. Saat mereka berdua sedekat ini, debaran itu kembali ada. Namun, lagi-lagi Amira membuang jauh-jauh perasaan terlarang itu. Rendra hanya milik Aleesha. Begitupun sebaliknya. Sekali lagi, Amira mengingatkan posisinya di rumah ini, juga di hati Rendra. "M–ma
Baca selengkapnya

Pamit ke Hong Kong

27"Ra, kamu udah nggak apa-apa?" tanya Aleesha setengah berteriak dari arah dapur. Saat Amira menuruni tangga dan hendak menghampirinya."Aku udah baik-baik saja, Sha," sahut Amira lalu dia mengambil posisi duduk di meja makannya."Syukurlah, tapi, kamu kelihatannya rapi banget, mau kemana? Bukannya hari ini kamu lagi libur dulu?" tanya Aleesha menyerocos."Iya, memang nggak mau ke kantor, kok. Oh, ya nanti aku mau main ke rumah ibu, Sha. Aku juga sekalian mau pamitan sama ibu karena lusa 'kan aku mau pergi ke Hong Kong," jawab Amira.Aleesha hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban Amira. "Nah, ayo kita sarapan dulu, Ra," ajak Aleesha setelah ia selesai memasak."Kita nggak nungguin Pak Rendra, Sha?" tanya Amira. Matanya beredar mencari keberadaan suaminya. "Mas Rendra tadi udah pergi pagi-pagi banget, Ra. Ada suatu urusan katanya," ujar Aleesha menjelaskan."Oh, gitu," sahut Amira."Yuk, kita makan saja sekarang.Lalu keduanya pun menikmati menu sarapan yang dimasak Aleesha
Baca selengkapnya

Suplemen dari Aleesha

28#Flashback#Saat itu Amira kecil yang masih berusia enam tahun sangat gembira saat mendengar jika ulang tahunnya yang terjadi sebentar lagi akan dirayakan bersama keluarganya di sebuah taman bermain. Momen yang sangat langka bagi gadis kecil itu karena, ayahnya selalu sibuk dalam bekerja dan bekerja. Bisnis yang sedang digeluti olehnya sedang maju dengan pesat sehingga membuatnya menjadi gila kerja."Yeay … asiiikk… kita mau pergi ke taman bermain," celoteh Amira kecil dengan riang.Tidak ada yang lebih membahagiakan selain menghabiskan waktu bersama sang buah hati. Begitupun dengan kedua orang tua Amira saat itu.Mereka sangat bahagia dalam menjadi mood booster bagi kedua orang tuanya. Hari itu mereka habiskan dengan banyak canda dan tawa.Hingga, sebuah insiden datang saat orang tua Amira lengah. Mereka terlalu acuh untuk keselamatan putri mereka."Anak manis, ikut tante, yuk. Nanti tante kasih permen dan gulali yang banyak," ucap suara seorang wanita dengan dandanan yang terlih
Baca selengkapnya

Welcome to Hongkong

29"Semuanya sudah siap, 'kan? Sudah masuk ke koper semua?" tanya Rendra pada kedua istrinya saat mereka sedang menikmati makan malam. "Sudah, Mas. Tadi aku sama Amira yang bereskan semuanya," sahut Aleesha dengan sumringah. Riak wajahnya terlihat cerah dan ia berharap banyak pada keberhasilan rencana bulan madu mereka. "Baguslah. Amira, besok kita pergi dari rumah jam setengah delapan pagi, setelah kita sarapan lebih dulu," ucap Rendra, kali ini dia menatap Amira untuk mengajaknya bicara."Iya, Pak." Amira menyahut dengan refleks, dan mendapati tatapan Rendra berubah."Ah, maksud saya, Mas Rendra." Amira yang langsung menyadari kesalahannya segera meralat panggilannya."Kamu harus terbiasa memanggilku, Mas. Apa kamu mau kita malah terlihat seperti atasan dan bawahan di kantor?" tanya Rendra menatap Amira."Iya, Mas. Amira akan mulai membiasakan diri," sahut Amira pelan dengan wajah tertunduk.Sementara itu, Aleesha yang merasakan perubahan hubungan di antara keduanya hanya senyum-
Baca selengkapnya

Nafkah Batin?

30Pemandangan menjelang malam di kota Hong Kong sangatlah indah. Selama perjalanan, Amira selalu berdecak kagum dengan keindahan yang disuguhkan lampu-lampu yang mulai berkelipan. "Wah, indah banget, deh. Aku nggak nyesel pernah ke Hong Kong kalau seindah ini," celetuk Amira sambil masih menatap jalanan. Langit senja yang dibalut warna oranye kemerahan semakin menambah kesan estetik setiap jalan yang dilewati. Tuhan, begitu besar ciptaanmu. Engkau sempurna dalam menciptakan dunia dan seisinya. "Kalau kamu mau, kita bisa berkunjung ke Hong Kong lagi, kapan-kapan." Rendra menyahut celetukan yang diucapkan oleh Amira barusan.Sontak, Amira langsung menoleh ke arahnya. Rendra rupanya sedang melakukan hal yang sama dengannya. Matanya lekat menatap setiap inci jalanan yang mereka lewati."Kapan-kapan, ya?" gumam Amira pelan. Entah itu kapan, yang jelas Amira enggan berharap lebih karena dirinya takut menyakiti hatinya sendiri dengan memupuk asa yang tak mungkin sampai. Setelah kurang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status