Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 841 - Chapter 850

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 841 - Chapter 850

937 Chapters

Bab 841

"Temanmu? Pak Mauri, siapa temanmu?" tanya Byakta yang kebingungan. Dia mengira teman Mauri pasti seumuran dengannya. Jadi, dia mengabaikan Tirta.Sementara itu, Wiksa, Leonel, dan Hera mengamati sekeliling. Mereka melihat Tirta sekilas, lalu mengalihkan pandangan mereka."Kalian nggak usah cari lagi. Teman yang dimaksud Pak Mauri itu aku," ujar Tirta. Kemudian, dia menyapa Mauri dengan ramah, "Selamat, Pak Mauri. Ke depannya kamu sudah jadi kepala kepolisian di ibu kota provinsi."Mauri menimpali, "Kamu jangan bilang begitu. Kalau bukan karena kamu, sepertinya aku juga nggak bisa menduduki jabatan ini seumur hidup.""Apa? Kamu kenal dengan Pak Mauri?" seru Byakta dengan ekspresi kaget. Dari ucapan Mauri, sudah jelas Mauri dan Tirta bukan hanya saling mengenal. Bahkan, Mauri bisa naik jabatan karena Tirta.Wiksa mengomentari, "Dia teman Pak Mauri? Nggak mungkin, ini nggak masuk akal. Perbedaan usia mereka sangat jauh. Mana mungkin mereka berteman?"Wiksa, Leonel, dan Hera tampak tidak
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 842

Setelah mendengar ucapan Tirta, raut wajah Hera dan Leonel makin muram. Mereka ingin berlagak, tetapi Mauri sudah datang. Wiksa dan Byakta yang mereka panggil tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Mauri. Hera dan Leonel tidak bisa berkutik.Mauri yang sudah mengetahui masalahnya menegur Byakta terlebih dahulu, "Pak Byakta, apa kamu kira kamu bisa mengabaikan hukum dan bertindak semena-mena setelah mengurus 2 kantor polisi?"Byakta yang gemetaran menyahut, "Pak ... Pak Mauri, bukan begitu. Ini bukan salahku. Wiksa beri aku uang, makanya aku baru urus masalah ini."Byakta melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, "Leonel yang suruh aku melawan Tirta. Sebenarnya aku sama sekali nggak berniat menyakiti temanmu.""Cukup! Aku nggak peduli siapa yang memberimu instruksi! Tapi, kamu yang melakukan semua ini, 'kan?" bentak Mauri.Mauri melanjutkan, "Sebagai kepala kepolisian kabupaten, kamu memanfaatkan kekuasaanmu karena uang dan memutarbalikkan fakta. Ini kesalahan yang fatal! Bes
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 843

Mauri yang merasa tidak rela berujar, "Besok jam 10 pagi, aku akan membawa anggota inti Black Gloves ke ibu kota provinsi. Kalau kamu ada waktu, datang ke kantor polisi untuk antar aku. Kalau ada kesempatan, kita baru berkumpul lagi."Tirta mengangguk dan menimpali, "Tenang saja, Pak Mauri. Jarak dari sini ke ibu kota provinsi juga nggak jauh. Kelak kita masih bisa sering bertemu. Besok pagi aku akan mengantarmu."Susanti memandang Mauri seraya bertanya, "Pak Mauri, Tirta bilang kamu nggak beri tahu aku kamu dipindahkan karena takut aku sedih. Apa benar begitu?"Mauri tertawa dan menyahut, "Tentu saja, sejujurnya aku selalu menganggapmu sebagai putriku. Aku juga ingin membawamu pergi. Tapi, nanti Tirta pasti akan menyalahkanku. Jadi, lebih baik aku tetap biarkan kamu temani Tirta."Susanti melirik Tirta sekilas, lalu tertawa dan menanggapi, "Tirta nggak akan menyalahkan Pak Mauri. Tapi, kalau kamu bawa aku pergi, aku juga nggak rela tinggalkan Tirta. Jadi, aku nggak bisa ikut kamu ke i
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 844

"Anak Muda, jangan bicara sembarangan," tegur Baron. Dia melihat Tirta dengan sinis, lalu melanjutkan, "Apa kamu berhak mengaturku? Kamu mau bawa aku ke kantor polisi? Coba kamu tanya wakil kepala kepolisian di sampingmu ini, apa dia berani bertindak? Hati-hati, kamu bisa tertimpa masalah!"Selesai bicara, Baron tidak memedulikan Tirta lagi. Dia tidak melihat Leonel di dalam ruangan, jadi dia hendak menelepon Leonel.Namun, sebelum Baron sempat mengeluarkan ponsel, Shinta yang datang bersama Lutfi maju dan menegur, "Lancang! Kamu itu cuma kepala Dinas Kesehatan, apa kamu berhak meremehkan adik angkat Kakek Saba?"Lutfi malas berbicara panjang lebar dengan orang yang tidak penting seperti Baron. Dia langsung mengeluarkan dokumen yang diberikan Badan Perlindungan Negara dan menunjukkannya kepada Baron."Astaga! Ternyata kamu itu anggota Badan Perlindungan Negara! Ini ...," ucap Baron. Setelah melihat jelas isi dokumen, Baron pun ketakutan dan matanya terbelalak.Baron baru teringat denga
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 845

Shinta melanjutkan, "Kalau aku lahir di keluarga biasa, takutnya aku nggak bisa mengejar pencapaian Kak Tirta seumur hidup."Tirta tertawa dan menimpali, "Sudahlah, aku nggak bercanda denganmu lagi. Maaf, merepotkanmu datang jauh-jauh ke sini. Bagaimana kalau aku traktir kamu makan?"Shinta menggeleng, lalu menyahut, "Nggak usah. Tadi aku sudah makan sebelum datang, sekarang aku nggak lapar. Hanya saja, sebelumnya kamu bilang besok bisa kumpulkan bahan obat untukku. Apa itu benar?"Tirta membalas, "Tentu saja benar. Besok kamu datang saja kalau ada waktu."Sebenarnya Tirta memang mempunyai bahan obat-obatan itu. Hanya saja, dia merasa kurang pantas mengungkitnya terlebih dahulu sebelum Shinta mencarinya.Tiba-tiba, Tirta ingat besok pagi dia harus mengantar Mauri. Jadi, dia berkata, "Oh, iya. Kamu harus tunggu sampai sore. Aku ada urusan waktu pagi, nanti aku nggak ada di rumah kalau kamu datang."Shinta yang antusias menanggapi, "Oke. Kalau begitu, aku baru cari kamu besok sore."Mend
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 846

"Kalau ada yang nggak ngerti, langsung tanyakan padaku saja," pesan Lutfi."Oke. Terima kasih banyak, Kak. Setelah aku menguasai jurus hebat, aku nggak bakal melupakan jasamu." Mata Tirta berbinar-binar saat menerima barang di tangan Lutfi."Aku nggak bisa dibilang berjasa juga. Aku cuma nggak ingin kamu menyia-nyiakan bakatmu." Lutfi terkekeh-kekeh.Setelah mengobrol sejenak, Shinta berpamitan dengan Tirta, "Kami masih punya urusan. Kami balik dulu ya. Besok sore kalau mau ke tempatmu, aku bakal telepon dulu untuk mengabari.""Oke, hati-hati di jalan. Aku juga mau balik ke klinik untuk makan." Setelah Shinta dan Lutfi naik ke mobil, Tirta mengemudikan mobilnya. Dia dan Susanti sama-sama kembali ke klinik....."Tirta, sebenarnya kasus hari ini agak merepotkan. Aku khawatir Pak Mauri nggak bisa menangani sendirian dan batal ke ibu kota provinsi besok. Sepertinya aku nggak ikut makan lagi deh. Aku harus kembali ke kantor polisi."Setelah tiba di klinik, Susanti tidak turun, melainkan be
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 847

Tirta merasa tidak puas dengan hanya memainkan payudara Ayu. Dia pun menghujani Ayu dengan ciuman."Dasar kamu ini! Kalau kamu berani menolakku, aku bakal mengebirimu!" Begitu mendengar ucapan Tirta, Ayu sontak panik. Dia sungguh tidak berdaya dan hanya bisa membiarkan Tirta menjamahnya."Dasar mesum! Siang bolong begini malah bercumbu! Kamu cuma berani menindas bibimu. Kalau berani, sini lawan aku!" Melati sedang bersih-bersih di klinik. Ketika menunduk, dia tiba-tiba melihat puting yang begitu mencolok.Saat melihat Tirta menindas Ayu, Melati pun meletakkan barang-barang di tangannya dan menepis tangan Tirta."Hehe. Kak, kamu kira aku nggak berani? Tenang saja, kamu juga bakal merasakannya. Kamu bakal minta ampun padaku nanti." Tirta tidak marah, melainkan memeluk Melati dan menciumnya. Melati hampir meleleh dibuatnya."Um ...." Melati tidak bisa menghindar. Bahkan, dia berinisiatif membalas ciuman Tirta. Kalau bukan karena ada Ayu, dia pasti sudah lebih liar dari ini."Kalian ini be
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 848

"Omong-omong, Kak Arum, kenapa Bu Yanti mencarimu lagi? Sepertinya dia mencarimu setiap hari?" tanya Tirta dengan penasaran sambil mengemudikan mobilnya."Bukan sesuatu yang penting. Dia baru pindah kemari, jadi nggak punya teman. Dia cuma ajak aku makan bersama kok." Saat menyahut, Arum diam-diam melirik kemaluan Tirta yang menggembung.Sesudah mendengar penjelasan Susanti, Arum membulatkan tekadnya untuk mencobanya dengan Tirta. Dia ingin merasakannya sendiri. Apa benar yang dikatakan Susanti?"Oh, makan saja harus ajak kamu. Sepertinya dia kurang kerjaan sekali," keluh Tirta. Dia tentu tidak tahu apa-apa tentang niat Arum."Jangan sembarangan bicara. Bu Yanti sangat baik. Dia juga nggak keberatan kamu menyemprotnya dengan pipis. Sekarang kami teman dekat. Jangan bicara buruk tentangnya. Kalau nggak, aku bakal aduin kamu ke dia supaya dia memberimu pelajaran." Arum mengerlingkan matanya."Hehe, cuma iseng. Sebenarnya Bu Yanti memang baik. Dia orang yang punya toleransi dan berhati be
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 849

Napas Arum sontak memburu. Dia terbata-bata, tidak bisa berbicara dengan baik. Wajahnya pun memerah.Pada akhirnya, Arum menggigit bibirnya karena menemukan alasan yang tepat. "Eee ... aku kurang enak badan. Aku sudah merasa lebih baik waktu kamu memijatku. Aku ingin suruh kamu pijat lagi. Boleh nggak?"Usai berbicara, Arum menunduk dan tidak berani menatap Tirta."Oh, cuma itu. Boleh saja. Pijatnya di klinik saja," sahut Tirta tanpa ragu sedikit pun."Ja ... jangan. Bukannya pijat harus buka baju?" Arum menggeleng. Wajahnya makin merah. Dia meneruskan, "Bibi Ayu dan Kak Melati di klinik. Aku malu kalau dilihat mereka. Sebaiknya di tempat yang nggak ada orang saja. Di mobil bisa kok.""Eh? Eee ...." Sebenarnya Tirta ingin menjelaskan bahwa tidak perlu melepaskan pakaian. Saat itu, Arum memang tidak mengenakan pakaian."Kenapa? Kamu nggak mau ya?" Arum mengepalkan tangannya dengan erat mengira Tirta tidak menyetujuinya."Bu ... bukan begitu. Aku tentu mau." Entah mengapa, tatapan Tirta
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 850

"Ini ... ini juga harus dilepas?" tanya Tirta yang napasnya menjadi berat. Dia hampir tidak bisa memercayai pendengarannya. Matanya sampai terbelalak."Tapi, yang kupijat adalah perutmu. Nggak dilepas juga nggak apa-apa." Apa mungkin spekulasinya benar? Arum menjadi berahi karena lingkungan di sekitarnya?"Kamu mau braku dilepas atau nggak? Kalau kamu nggak mau, ya sudah ...." Nada bicara Arum terdengar agak menyalahkan. Dia menggigit bibirnya dengan malu.Biasanya, Tirta selalu bersikap mesum. Kenapa malah tidak memahami isyaratnya ini dan hanya berpangku tangan? Apa Tirta ingin menggodanya?"Aku ... aku tentu mau. Aku mau kamu lepasin semuanya sampai nggak ada yang tersisa!" Kini, Tirta yakin 100% bahwa Arum memang sedang berahi. Makanya, dia tidak menutupi apa pun lagi.Ketika kemari, Tirta tidak sempat menyelesaikan permainannya dengan Ayu dan Melati. Dia pun memutuskan untuk melakukannya bersama Arum di hutan! Lagi pula, Arum menginginkannya. Tidak ada salahnya dia menerima semua
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
8384858687
...
94
DMCA.com Protection Status