Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 181 - Chapter 190

965 Chapters

Bab 181

"Aku ... aku ... Kalaupun aku salah hidangkan makanan, memangnya kenapa kalau kalian makan yang mewah untuk sesekali? Kalian juga bukannya nggak sanggup," ujar Arum saat melihat Tirta dan Nabila hendak pergi."Ini bukan masalah sanggup atau nggak. Apa kami harus diperas olehmu hanya karena sanggup? Ucapanmu terlalu nggak masuk akal! Wajahmu sih cantik, nggak kusangka kamu ini bos yang jahat!" maki Nabila sambil menarik Tirta berjalan ke arah pintu."Aku ... bukan, aku nggak sengaja mau jebak kalian. Tapi, semua lauk sudah dihidangkan ...." Tak disangka, Arum kembali mengejar mereka dan berlutut di hadapan kedua orang itu sambil memohon, "Kumohon kalian, anggap saja bersedekah padaku. Makanlah dan bayar tagihannya ya? Adikku kalah judi dan berutang satu miliar. Kalau nggak sanggup bayar, kaki dan tangannya akan dipotong .... Aku benar-benar butuh uang. Kalau nggak, aku juga nggak akan curang ....""Kamu ... yang kamu bilang itu benaran?" Nabila juga terkejut mendengarnya. Dia tidak meny
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 182

"Pak ... aku ... terima kasih! Terima kasih! Setelah aku menolong adikku nanti, aku akan balas budi pada kalian, bagaimana pun caranya!" Hanya dengan sepatah kalimat dari Tirta, benteng pertahanan dalam hati Arum langsung hancur. Dia menangis sejadi-jadinya dan bersujud di hadapan Tirta."Bos, berdirilah. Jangan sampai kepalamu luka ...." Nabila buru-buru memapah Arum. Meski menyayangkan uang Tirta, Nabila tidak berkomentar apa pun karena merasa kasihan pada Arum."Nggak perlu begitu berlebihan. Masakanmu memang enak, bagaimana kalau kamu jadi kokiku saja?" ujar Tirta mengusulkan setelah mencicipi beberapa lauk yang dihidangkan. Selain itu, tubuh dan wajah Arum lumayan cantik. Penampilannya sangat menarik saat memakai celemek di dapur. Kalau ada pemandangan bagus seperti ini di dapurnya kelak, pasti akan sangat menggoda."Jadi koki? Boleh! Nggak masalah!" jawab Arum."Masakanku juga enak, kenapa kamu suruh Kak Arum yang jadi koki?" Nabila mulai cemburu. Entah apa yang terjadi padanya b
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 183

Tirta langsung memapah Arum yang hendak berlutut. Dalam sekejap, dia kembali mentransfer dua miliar lagi kepada Arum. "Huhuhu ...." Arum benar-benar terharu hingga tidak bisa berkata-kata. Setelah mendengar bunyi notifikasinya, Ehsan dan bawahannya langsung terkejut."Daud, siapa orang ini? Kenapa bisa langsung transfer dua miliar untuk kakakmu?" tanya Ehsan sambil menarik rambut Daud."Kak Ehsan, aku juga nggak kenal orang ini .... Kalau nggak, aku pasti sudah memohon padanya untuk meminjamkan uang padaku!" ujar Daud sembari memohon.Mendengar ucapan itu, hati Arum langsung merasa kecewa. Dia benar-benar sudah putus asa terhadap adiknya ini. Dengan air mata yang berlinang, dia berkata, "Daud, ini adalah terakhir kalinya Kakak membantumu. Kalau kamu berutang lagi, nggak ada hubungannya lagi sama Kakak. Kakak juga nggak bisa menolongmu lagi ...."Usai melontarkan ucapan itu, Arum berkata pada Ehsan, "Kak Ehsan, aku punya dua miliar enam ratus juga. Uang ini seharusnya sudah cukup untuk
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 184

"Daud, kamu ... berani-beraninya kamu ngomong seperti itu ...." Arum hampir saja pingsan karena kesal mendengar perkataan Daud."Pecundang, wajar saja kakakmu memakimu bajingan. Kamu benar-benar bukan manusia," kata Ehsan sambil menepuk wajah Daud. "Tapi, penampilanmu bagus juga. Kamu nggak ada urusan lagi di sini. Kakakmu akan jadi pelacurku kelak, pergi sana!" Usai berkata demikian, Ehsan menyuruh bawahannya untuk melepaskan Daud."Terima kasih, Kak Ehsan! Kamu adalah orang tua angkatku, aku nggak akan lupakan jasamu ini!" Daud bahkan berterima kasih kepada Ehsan dengan antusias. Setelah itu, dia langsung berlari keluar dari restoran tanpa melihat Arum lagi sama sekali."Arum, ikut kami pergi. Kalau nggak, aku akan membuatmu tersiksa!" ancam Ehsan."Nggak, aku nggak akan ikut kalian. Dia yang berutang sama kalian, nggak ada hubungannya denganku! Cepat pergi dari sini. Kalau nggak, aku akan lapor polisi untuk menangkap kalian!" teriak Arum sambil melangkah mundur."Huh! Nggak ada guna
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 185

Seiring dengan deru angin yang kuat, tinju Tirta semakin dekat ke wajahnya. Detik berikutnya, Ehsan telah terhempas terkena tinjuan Tirta. Bahkan kepalanya juga hampir saja hancur."Bangsat, coba bilang sekali lagi siapa yang mau kamu tiduri?" Tirta mengambil sebuah bangku dan menghantamkannya ke kepala Ehsan. Seketika, bangku itu langsung hancur."Argh .... Aku ... aku salah. Aku nggak berani bicara sembarangan lagi!" Ehsan berteriak histeris dengan kepala yang berlumuran darah. Dia adalah seorang mafia, sudah banyak orang kejam yang pernah dijumpainya. Namun, Ehsan tidak pernah bertemu dengan orang sekejam Tirta. Apa dia tidak takut akan membunuh orang?"Persetan dengan semua itu! Kuberi tahu saja. Kalau bukan karena temperamenku bagus, aku sudah membunuhmu sejak awal! Bawa orang-orangmu dan pergi dari sini! Kalau berani mengincar wanitaku lagi, akan kubunuh kamu!" Tirta masih belum selesai melampiaskan amarahnya, sehingga dia menendang kepala Ehsan beberapa kali lagi."Uhuk uhuk ...
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 186

"Tirta ...." Melihat Tirta yang telah bertekad, Nabila benar-benar merasa khawatir. Pada akhirnya, dia terpaksa menyetujuinya, "Boleh saja kalau kamu mau pergi. Tapi kamu harus janji padaku, langsung berhenti kalau sudah kalah. Cepat pulang. Kalau nggak, aku akan beri tahu bibimu bahwa kamu berjudi!""Baiklah, Kak Nabila. Aku akan dengar perintahmu. Aku akan langsung pulang kalau kalah," jawab Tirta yang merasa lucu melihat kecemasan Nabila.'Huh, bocah sialan. Nggak bisa sesuka hatimu berhenti berjudi di kasino!' gumam Ehsan dalam hati. Sebagai seorang mafia, Ehsan merasa dirinya bisa memberi pelajaran keras kepada Tirta. Tidak mungkin dia akan membiarkan dirinya dipermalukan begitu saja."Tirta, kalau kamu mau judi, aku akan ikut denganmu. Kamu sudah memberiku banyak uang, aku akan kembalikan semuanya padamu," kata Arum sambil menggertakkan giginya. Meski dia baru saja mengenal Tirta, Arum tetap mengkhawatirkannya. Tirta tidak boleh pergi ke tempat yang berbahaya itu sendirian."Bole
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 187

Dengan susah payah dia berhasil membujuk Tirta untuk datang, tidak mungkin dia akan melepaskannya begitu saja."Hehe. Iya, aku sangat pintar, pasti bisa langsung ngerti. Mungkin bisa menang puluhan miliar untuk jajan," ujar Tirta sambil terkekeh-kekeh, seolah-olah tidak mengerti maksud Ehsan.'Bodoh, mau menang puluhan miliar? Aku akan buat kamu bangkrut!' maki Ehsan dalam hati."Haeh, Nabila, aku mengandalkanmu nanti. Langsung bawa Tirta pergi kalau dia sudah kalah!" ujar Arum kepada Nabila dengan tak berdaya."Nggak masalah, dia pasti akan mendengar nasihatku. Setelah kalah nanti, kita langsung pulang," ujar Nabila yang tidak merasa terlalu khawatir.Beberapa saat kemudian, mereka pun berjalan masuk. Begitu masuk ke tempat itu, Tirta melihat situasi di sekitarnya dengan penasaran. Meski pintu masuknya tidak terlalu mencolok, dekorasi di dalam sana terlihat sangat berbeda dengan penampilan luarnya. Luas tempat itu sekitar ribuan meter persegi. Ada banyak sekali permainan di dalamnya.
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 188

Tirta mengusulkan ide seperti itu tentu ada alasannya tersendiri. Meski tidak mengerti cara berjudi, tetapi dia bisa melihat kecurangan di meja judi dengan daya penglihatan dan responsnya. Jika Ehsan yang membagikan kartunya, Tirta khawatir dia akan curang."Setuju! Kita sepakat ya, taruhannya dua miliar per babak!" kata Ehsan sambil tertawa terbahak-bahak. Baginya, Tirta telah menjadi sumber hartanya saat ini! Selain itu, orang ini sangat kaya. Justru aneh jika Ehsan menolak penawarannya!"Kalau begitu, ayo kita mulai main," jawab Tirta sembari mengambil sebuah kursi untuk duduk."Oke, tapi kutegaskan dulu ya. Tempat ini adalah kasino, bukan tempat untuk bercanda. Meski kamu ini pendatang baru, tetap saja harus bayar kalau kalah!" ujar Ehsan sambil ikut duduk."Nggak masalah, kamu juga nggak akan mengelak kalau kalah, 'kan?" tanya Tirta terkekeh-kekeh."Aku? Sudah pasti nggak akan mengelak. Berapa pun kekalahanku, tinggal cari bosku saja untuk membayarmu!" kata Ehsan. Dia menganggap p
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 189

Tentu saja, Ehsan memilih kartu yang telah ditandainya."Tirta, bisa menang nggak?" tanya Nabila. Wajah Tirta terlihat tenang, tetapi Nabila dan Arum telah bermandikan keringat dingin."Sudah pasti menang! Kartuku ini pasti paling besar," kata Tirta sambil menunjukkan kartunya. Jumlahnya pas 21. Menurut perkataan Ehsan tadi, kartu ini sudah pasti menang."Mana mungkin seberuntung itu?" Hati Ehsan tersentak, dia hampir saja terjatuh dari kursinya. Kartu Ehsan hanya berjumlah 18. Dia kalah dari Tirta!"Ah, kartumu lebih kecil, kamu kalah. Lanjutkan lagi," kata Tirta sambil terkekeh-kekeh. Dia terlihat tidak peduli setelah memenangkan dua miliar."Wah, Tirta beruntung sekali! Kalaupun kalah dua babak lagi, berarti cuma kalah dua miliar!" Nabila berteriak kegirangan."Ya, keberuntungannya bagus juga!" ujar Arum sambil menghela napas."Hehe, kalau babak ini beruntung, belum tentu selanjutnya juga kamu masih bisa beruntung. Kita teruskan permainannya. Orang yang tertawa di paling akhirlah pe
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 190

"Nggak usah banyak bicara, cepat ambil kartunya!" teriak Ehsan dengan kesal."Aku sudah selesai pilih, sekarang giliranmu," jawab Tirta dengan santai memilih dua kartu."Nggak usah buru-buru, biar aku merokok dulu." Ehsan sangat tertekan sekarang karena Tirta kembali memilih kartu yang telah ditandainya. Saat menyalakan rokoknya, tangan Ehsan sampai gemetaran. Jelas sekali, dia benar-benar ketakutan sekarang."Tirta, kamu hebat juga bisa menang empat miliar dalam waktu singkat. Pasti masih bisa menang lagi nanti!" timpal Nabila yang tampak bangga melihat Ehsan ketakutan.'Karena sudah menang dua babak, kalaupun kalah nanti, kita masih bisa dapat dua miliar darinya.' Arum membatin dengan lega."Ehem ehem, aku sudah selesai pilih. Kamu tunjukkan dulu kartumu." Beberapa saat kemudian, Ehsan juga sudah selesai memilih kartunya sambil merokok. Namun, kali ini dia curang. Dia mengambil satu kartu lagi diam-diam untuk berjaga-jaga."Kamu tunjukkan dulu kartumu, kali ini punyaku lebih kecil."
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
97
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status