Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 151 - Chapter 160

1001 Chapters

Bab 151

"Kenapa? Sebentar lagi kamu akan dipenjara dan dijatuhkan hukuman mati. Masih berkhayal akan ada yang menolongmu? Jangan mimpi!" Saat berkata demikian, sudut bibir Baskoro terus meneteskan darah. Dia bahkan sudah tidak sanggup berdiri setelah dipukul, tapi masih saja tetap tersenyum mengejek Tirta."Ya, kusarankan kalian cepat lepaskan Agatha. Kalau nggak, nggak ada gunanya lagi kalian menyesal nanti!" ujar Tirta sembari mengeluarkan ponselnya."Hehe, memangnya kamu mau telepon komisaris kepolisian?" ejek Agung. Sebagai wakil komisaris kepolisian, Agung telah banyak bertemu dengan orang kaya dan tokoh berpengaruh di kota ini. Namun, jelas sekali Tirta bukan salah satunya. Inilah alasannya mengapa dia berani menerima tugas kotor ini."Bukan," jawab Tirta sambil menggeleng."Bukan? Kalau begitu, kenapa kamu senang sekali? Selain ketua, nggak ada orang yang bisa menekanku lagi!" ujar Agung sambil tertawa. Dia langsung mengulurkan tangan hendak merebut ponsel Tirta."Oh ya? Meski bukan ket
Read more

Bab 152

"Bocah ini sama saja dengan Agatha, orang kampungan! Bahkan wali kota saja nggak pernah lihat, apalagi menyelamatkannya? Itu palsu, telepon itu pasti bukan dari putri wali kota! Pak Agung jangan buang-buang waktu. Aku bayar 20 miliar, cepat habisi bocah ini!""Ini ...." Agung juga merasa Tirta tidak mungkin bisa menemui wali kota. Bagaimanapun, bahkan dia sendiri saja tidak semudah itu bisa menemui wali kota. Ditambah lagi dengan hasutan Baskoro, Agung akhirnya mengangguk. "Baik, Pak Baskoro tenang saja. Aku akan habisi bocah ini!""Agung, kalau kamu berani menyentuh Pak Tirta sedikit saja, aku akan suruh ayahku untuk menghabisimu!" ancam Naura di ujung telepon setelah mendengar pembicaraan mereka."Pak Agung, nggak usah pedulikan jalang itu! Dia pasti cuma pura-pura!" sahut Baskoro sambil merebut ponsel itu dan membantingnya hingga hancur."Tapi, Pak Baskoro .... Kudengar suaranya sepertinya benar-benar Bu Naura." Agung menjadi bingung sekarang.Kring kring! Ponsel Agung berdering. Ha
Read more

Bab 153

"Pak Agung, kamu tenang dulu. Orang itu belum tentu Pak Saad yang asli ...." Baskoro sama sekali tidak bisa melawan saat dipukul Agung. Namun, dia masih tetap berharap. Sampai sekarang, dia masih belum percaya bahwa Tirta bisa kenal dengan orang hebat seperti Saad."Sialan, Pak Saad sudah telepon langsung, memangnya masih mungkin itu palsu? Kalau bukan karena percaya dengan omonganmu, mana mungkin aku menyinggung penyelamat wali kota! Kamu benar-benar membuatku celaka!" Begitu memikirkan bahwa dia akan dihabisi wali kota, Agung benar-benar ingin sekali membunuh Baskoro saat itu juga.Namun, Agung tahu bahwa hal terpenting saat ini adalah mendapat pengampunan dari Tirta. Setelah menendang Baskoro beberapa kali, dia langsung menghadap Tirta dan membungkuk untuk minta maaf."Maaf, Pak Tirta. Aku benar-benar nggak tahu kamu ini penyelamat Pak Saad! Kalau nggak, nggak mungkin aku berani menerima kasus ini. Kumohon jangan perhitungan denganku. Bantu aku beri penjelasan di depan Pak Saad dan
Read more

Bab 154

"Kumohon beri aku kesempatan!" Setelah tertegun sejenak, Baskoro juga ikut meminta maaf pada Tirta."Kenapa aku harus beri kalian kesempatan? Aku cuma anak miskin dari kampung yang bisa ditindas siapa pun! Kalau aku nggak kenal Pak Saad, kalian pasti sudah menghancurkanku, 'kan? Apa masih akan minta maaf padaku? Memaafkan kalian? Aku nggak semulia itu!" balas Tirta dengan dingin."Nak, jangan keterlaluan! Kami sudah sadar dengan kesalahan kami dan minta maaf padamu. Kenapa kamu masih begitu keras kepala!" Baskoro telah pasrah dan tidak banyak berkomentar lagi, tetapi direktur rumah sakit masih bergidik ngeri. Dia merasa Tirta benar-benar tidak manusiawi!"Nggak usah banyak bicara samaku. Kamu bicara saja sama orang yang menurutmu nggak keterlaluan! Sifatku memang begitu, lalu kamu mau apa?" tanya Tirta sambil memeluk Agatha."Ya, siapa suruh kalian menindas Tirta? Rasakan!" Melihat mereka meminta maaf, Agatha juga melampiaskan kekesalannya.Direktur rumah sakit dan beberapa dokter lain
Read more

Bab 155

"Pembunuh? Coba ceritakan kejadiannya!" Wajah Agung langsung menjadi serius."Agatha, kali ini kamu bisa ceritakan dengan tenang. Pak Saad akan menegakkan keadilan untukmu." Tirta menggenggam erat tangan Agatha dan menyuruhnya untuk menceritakan kejadian sebenarnya."Aku ...." Saat teringat dengan kejadian yang menyedihkan, air mata Agatha berderai. Dia menceritakan kejadiannya dengan runut, bagaimana Baskoro dan bawahannya melakukan kejahatan."Cantik sekali wanita ini ...." Pada saat ini, Naura baru memperhatikan Agatha yang berdiri di samping Tirta. Entah mengapa, hatinya terasa agak aneh. Namun, dia juga tidak berpikir terlalu jauh. Bagaimanapun, dia tidak ada hubungan apa pun dengan Tirta."Jangan-jangan wanita ini pacarnya? Lalu, siapa wanita sebelumnya itu?" Susanti melirik ke arah Tirta dengan tatapan aneh. Tirta telah melihat seluruh tubuhnya dan melakukan banyak hal memalukan, tetapi karena Tirta juga, Susanti dipromosikan menjadi wakil komisaris. Bisa dibilang, sulit baginya
Read more

Bab 156

"Kalian bertobat di penjara saja! Jangan sampai aku bawa orang untuk menangkap kalian, kalian yang serahkan diri langsung saja!" ujar Saad dengan nada dingin.Pada akhirnya, direktur rumah sakit dan beberapa bawahannya pergi ke kantor polisi untuk ditahan."Pak Tirta, maafkan aku ...," ujar Saad setelah menangani sekelompok orang itu."Pak Saad terlalu sungkan, kamu telah banyak membantuku," balas Tirta sambil melambaikan tangannya. Sejujurnya saja, jika bukan karena Saad, Tirta benar-benar tidak bisa menghadapi Baskoro, Agung, dan semua orang itu."Kalau Pak Tirta punya waktu, bisa akupunktur aku lagi nggak? Aku merasa baikan setelah diterapi waktu itu," ujar Saad sambil menepuk pundak Tirta."Boleh saja, aku nggak ada urusan lain lagi sekarang," ujar Tirta mengangguk. Tirta akhirnya memahami pentingnya memperluas koneksi. Jika ada kesempatan untuk mendekati Saad, tentu saja dia tidak akan melewatkannya. Mungkin akan berguna suatu hari nanti."Kalau begitu, ayo ikut ke rumahku, biar s
Read more

Bab 157

"Hehe, obat yang kubutuhkan adalah ...."Tirta merasa puas mendengar ucapan Agatha. Bagaimanapun, tidak semua orang bisa menaklukkan putri seorang presdir dan membuatnya suka rela menjadi simpanannya. Apalagi, Agatha masih sangat muda dan cantik."Bahan-bahan obat ini memang langka. Tapi setelah kukumpulkan semuanya nanti, akan kuantarkan langsung padamu. Besok aku mau rapat dewan direksi untuk pengukuhan jabatanku." Agatha telah mengingat semua permintaannya.Setelah Baskoro meninggal, masih ada Hadi yang terbaring di rumah sakit. Namun, pria itu tidak akan bisa berbuat apa pun. Posisi presdir Perusahaan Farmasi Santika sudah pasti akan menjadi milik Agatha."Kalau begitu, maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, masih ada satu benda lagi yang mau kuberikan padamu." Tirta mencari sebuah tempat yang lebih hening, lalu mengeluarkan sebuah kalung giok dari sakunya. Kalung giok ini adalah salah satu dari empat kalung yang diberikan Irene sebelumnya. Kini, dia akhirnya punya kesempatan untuk member
Read more

Bab 158

Bahkan rem mobil sampai terinjak beberapa kali, sehingga mesinnya sering bergetar hebat dan mati. Alhasil, Agatha akhirnya tidak bisa bertahan lagi dan akhirnya menyerah."Sayang, kamu tinggal di mana? Biar kuantarkan kamu, setelah itu aku juga sudah harus pulang." Setelah saling berpelukan sejenak, kedua orang itu pun merapikan pakaian masing-masing."Daerah kompleks di Sungai Barat, kamu antarkan aku ke depan gerbang kompleks saja. Aku beli rumah secara pribadi di sana .... Ini adalah kunci rumahku. Kalau kamu nggak punya tempat pelampiasan, langsung ke rumahku untuk cari aku saja," kata Agatha yang kelelahan dengan malu-malu. Ini bukan lagi membei kode, melainkan mengatakannya dengan terang-terangan."Hehe, asyik!" Tirta menerima kunci itu dan meletakkannya ke saku. Setelah itu, dia mengemudikan mobilnya sesuai dengan petunjuk Agatha ke sebuah kompleks perumahan. Kemudian, Tirta pun kembali bergegas ke Desa Persik.Sejam kemudian, Tirta telah tiba di desa. Dia menyempatkan diri untu
Read more

Bab 159

"Cih, aku bukan bodoh. Kamu itu hebat, tahu?" Kecurigaan Nabila mulai hilang setelah mendengar ucapan Tirta. "Kalau kamu menyelesaikannya sendiri, coba kamu ceritakan apa yang kamu pikirkan tentangku saat itu?" tanya Nabila tiba-tiba."Tentu saja memikirkan payudaramu, bokongmu, lidahmu, dan bagian intimmu ...." Melihat emosi Nabila yang mulai mereda, Tirta mengambil kesempatan untuk menciumnya dengan kasar."Dasar berengsek! Sudah kuduga nggak ada yang benar di otakmu!" Ucapan Tirta yang terus terang membuat Nabila malu, sekaligus senang. Dia memukul Tirta beberapa kali dengan pelan dan akhirnya tidak mempertanyakan soal sperma itu lagi."Sudah dulu bercandanya, Kak. Sekarang sudah malam, kuantarkan kamu pulang untuk tidur," ujar Tirta sambil menghela napas lega."Malam ini aku nggak mau pulang. Boleh nggak aku tidur di klinikmu?" tanya Nabila dengan manja."Bukannya kamu masih bengkak sekarang? Sebaiknya banyak istirahat di rumah. Kalau tidur di sini, apa kamu nggak takut akan kubuat
Read more

Bab 160

"Aku tidur di mobil semalam saja dulu. Klinik ini nggak seperti rumah lama kita, seharusnya nggak akan ada hantu. Kalian tidur saja dengan tenang." Setelah berkata demikian, Tirta berbalik dan keluar dari klinik."Tirta, cepat masuk ke belakang. Di sini luas sekali, cukup untuk tidur berdua. Kamu tidur di bawah, aku tidur di pelukanmu!" ujar Nabila seraya membuka pintu mobil saat melihat Tirta keluar."Boleh saja, tapi kita nanti baru tidur saja. Aku mau merabamu dulu!" Tirta langsung masuk ke mobil dan mengunci pintunya. Tirta sebenarnya agak kesal karena tidak bisa tidur dengan Ayu dan Melati gara-gara Nabila. Oleh karena itu, dia berencana hendak menyiksa Nabila meskipun bagian intimnya sedang bengkak saat ini."Ah, Tirta sialan. Sudah kuduga kamu berniat buruk! Lepaskan aku, aku mau pulang!" Nabila mulai menyesali keputusannya. Dia membuka pintu mobil dan hendak melarikan diri."Kamu sendiri yang mau menginap, sekarang baru ingin pulang? Sudah terlambat!" Tirta menarik roknya hingg
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
101
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status