Begitu mendengar perkataan Melati, dunia Ayu terasa seolah-olah runtuh."Me ... Melati, sejak kapan kamu tidur dengannya? Kamu nggak sedang bercanda denganku, 'kan?" Ayu sontak tercengang, bahkan suaranya juga gemetaran. Dia tidak bisa menerima kenyataan seperti ini."Sudah lama, aku yang menggoda Tirta duluan ...." Air mata Melati berderai saat memohon pada Ayu. "Bibi, Tirta adalah anak yang baik. Aku yang terlalu murahan, jangan salahkan dia!""Aku nggak salahkan siapa pun. Hanya saja ... kamu ini janda, kenapa kamu bisa tidur dengannya? Apa kamu nggak pertimbangkan apa yang akan terjadi nanti?" Ayu yang tertegun mulai mencerna kenyataan ini dengan getir. Namun, dia tetap tidak bisa meredam kesedihan dalam hatinya sehingga nada suaranya mulai meninggi.Tidak masalah jika Tirta meniduri Nabila. Bagaimanapun, mereka resmi berpacaran. Namun, kini Tirta malah meniduri janda seperti Melati. Selain itu, bahkan Melati yang berinisiatif menggodanya duluan! Ada apa sebenarnya semua ini?"Bibi
"Tapi setelah Tirta menikah nanti, kamu berencana mau bagaimana menangani hubungan kalian?""Aku ...." Ayu terdiam sesaat karena tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Bagaimanapun, dia juga tidak ingin meninggalkan Tirta."Lihatlah, bukankah kita sama saja? Kamu nggak mau meninggalkan Tirta, aku juga sama," ujar Melati sambil menyeka air matanya. "Tapi, aku hanya bisa bilang, kita telah salah melakukan hal yang nggak seharusnya dilakukan ....""Seandainya saja aku bukan bibi Tirta. Kalau anak ini menyukaiku, dia pasti akan duluan mendekatiku, bukan Nabila. Kalau nanti Tirta menikah dengan Nabila ... bagaimana denganku?" Memikirkan hal ini, Ayu menjadi semakin sedih."Bibi, kamu juga nggak usah terlalu bingung. Kalian nggak punya hubungan darah, nggak masalah kalau mau bersama. Lagian, Tirta begitu menyukaimu. Hidup ini sangat singkat. Sebagai wanita, apa yang membuat kita paling bahagia? Bukankah hal paling bahagia adalah bisa menemani orang yang kita sukai? Menurutku, bukankah bagus
Usai berkata demikian, Nabila yang kesal langsung menggigit bahu Tirta. Namun, dia tidak terlalu bertenaga sekarang sehingga tidak bisa menyakiti Tirta. Saat bibirnya yang lembut menyentuh bahu Tirta, gerakan ini justru membuat Tirta semakin bersemangat."Kenapa aku bukan manusia? Kak Nabila, kamu punya hati nurani nggak? Aku menyadarkanmu supaya bisa membuatmu nyaman. Kalau nggak, untuk apa aku bersusah payah?""Kamu merasa alasanmu masuk akal? Menurutku, kamu ini cuma mau nyaman sendiri. Sama sekali nggak peduli dengan nasibku!" Kedua kaki Nabila yang panjang terus menendang, tetapi langsung ditahan oleh Tirta."Kak Nabila, kamu katakan saja sendiri, nyaman atau nggak?""Jangan, Tirta aku salah. Kumohon ampunilah aku!" ujar Nabila memohon.....Waktu terus bergulir. Dalam sekejap, tengah malam telah berlalu. Melihat sosok Nabila yang kelelahan, Tirta memeluknya dengan puas dan akhirnya mulai beristirahat.....Saat Tirta membuka matanya lagi, langit telah berangsur-angsur menjadi ter
Setelah sarapan yang sederhana itu berakhir, Tirta berpamitan dengan Ayu dan Melati untuk membawa Nabila menghadiri reuni di kota. Mereka pergi dai Desa Persik dengan mengemudikan mobilnya."Belakangan ini Tirta makin sibuk. Hampir setiap hari dia ke kota ....""Haeh, sepertinya bakal pergi seharian lagi."Melihat mobil Tirta yang menjauh, Ayu dan Melati merasa agak sedih. Tanpa Tirta, hari-hari mereka terasa membosankan!....Kira-kira sejam kemudian, Tirta dan Nabila telah sampai di kota. Sebelumnya, mereka telah sepakat bahwa Tirta akan membawa Nabila berbelanja baju. Namun, Nabila malah bersikeras tidak mengizinkan Tirta menghamburkan uangnya.Merasa tidak berdaya, Tirta juga tidak bisa memaksa Nabila. Pada akhirnya, dia terpaksa mengikuti Nabila untuk menghadiri reuni itu dulu. Lokasinya ditetapkan di sebuah restoran yang lumayan megah. Namanya adalah Restoran Rarai.Namun, restoran ini terlalu ramai pengunjung. Setelah berkeliling sekali, Tirta tetap tidak bisa menemukan tempat u
"Kalau nggak, aku juga nggak bakal percaya. Bukankah nanti kalian bisa lihat sendiri siapa pasangannya?" Priska adalah ketua kelas yang disebutkan oleh Nabila. Penampilannya tampak polos dan tidak licik. Dia tinggal di asrama yang sama dengan Nabila. Menurut Nabila, hubungan mereka lumayan dekat."Dia terus tinggal di desa selama liburan, memangnya bisa dapat pacar? Mungkin saja cuma cari tameng karena tahu Kak Josep akan hadir di acara ini," timpal seorang gadis berambut ungu dan berpenampilan preman di samping Priska. Nama wanita itu adalah Ghina."Sialan, nggak peduli itu cuma pura-pura atau bukan. Pokoknya, wanita yang kusukai harus berhasil kutiduri meskipun dia nggak setuju! Setelah dia datang nanti, kalian bantu aku cekokin dia sampai mabuk! Aku harus menidurinya habis-habisan hari ini! Siapa suruh dia sok suci!" Josep melemparkan puntung rokoknya ke samping dan menginjaknya dengan kejam.Sebenarnya, acara perkumpulan kali ini adalah idenya. Dia juga yang menyuruh Priska untuk m
"Terserah kamu mau gimana. Yang penting, jangan sampai dia tahu aku ingin menidurinya," ucap Josep yang tidak terburu-buru. Dia melambaikan tangan dan mengeluarkan sebatang rokok untuk dinyalakan."Kak, aku juga mau!" Teman pria lainnya menghampiri dan masing-masing mengambil rokok."Tenang saja." Seusai mengatakan itu, Priska membawa Ghina maju untuk berpura-pura menyambut Nabila."Sebentar, aku juga ingin mempermalukan bocah itu. Aku geram sekali padanya!" ujar Malvin sambil mengepalkan tangannya dan buru-buru mengikuti Priska."Eh, Priska, kenapa kalian tiba cepat sekali?" Nabila sampai di pintu masuk restoran dan masih tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti. Ketika melihat Priska, dia pun agak terkejut. Namun, begitu melihat Malvin, dia segera mengalihkan pandangannya. Ini karena Malvin sengaja mencari masalah dengan Tirta waktu itu. Nabila memiliki kesan yang buruk terhadapnya."Kami naik Mercedes-Benz, tentu saja cepat sampainya. Kami sudah menunggumu sejak tadi. Kamu lambat
"Benar sekali! Nabila, kalau teman-teman lain tahu pacarmu seperti ini, mereka semua pasti akan tertawa sampai gigi mereka copot!" ujar Malvin dengan angkuh."Apa urusannya kriteria pacar Kak Nabila denganmu? Dasar berengsek, kamu minta dihajar lagi ya?" Tirta maju untuk memberi peringatan."Kamu ...." Sebelumnya Malvin dihajar habis-habisan oleh Tirta sehingga dia sontak terdiam dan tidak berani bersuara lagi."Nabila, pacarmu ini picik sekali. Sudah ketahuan berbohong, tapi masih mau memukul orang. Ternyata seleramu rendahan sekali," cemooh Ghina setelah meludahi permen karetnya."Sudahlah, Tirta. Kita pulang saja. Aku nggak mau makan lagi." Nabila yang kesal pun menarik Tirta untuk meninggalkan restoran itu."Oke, kita pulang. Lain kali jangan berteman dengan orang-orang nggak berpendidikan seperti ini," sahut Tirta sambil melirik Priska dan lainnya. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi."Berhenti! Nabila, kamu benar-benar nggak menghargai kami! Kalau sudah datang, makan dulu bar
Harus diakui bahwa tendangan Josep ini terlihat cepat dan kuat. Malvin sampai berteriak dengan penuh semangat, "Kak Josep adalah pemilik sabuk hitam taekwondo. Kamu bakal sekarat dibuatnya hari ini!"Malvin dan lainnya seolah-olah sudah bisa membayangkan akhir tragis Tirta. Semuanya pun terkekeh-kekeh sinis. "Dasar pria kampungan! Siapa suruh kamu sok hebat di depan Kak Josep! Matilah!""Nabila, Kak Josep sudah turun tangan. Pacarmu pasti akan berlutut memohon ampun nanti!" ejek Priska. Dia dan Ghina pun melipat lengan di depan dada sambil menyaksikan dengan penuh minat.Menurut mereka, Tirta masih muda dan tubuhnya tidak kekar. Jadi, Josep pasti bisa menjatuhkannya dengan mudah. Namun, saat berikutnya, mereka justru tercengang.Begitu tendangan Josep tiba di depan wajah Tirta, Tirta tiba-tiba mengangkat tangan dengan santai dan mencengkeram kaki Josep. Tirta yang murka pun membentak, "Kamu terus memanggilku pria kampungan, memangnya kamu sangat terhormat? Serangan pertama langsung men
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di