"Terserah kamu mau gimana. Yang penting, jangan sampai dia tahu aku ingin menidurinya," ucap Josep yang tidak terburu-buru. Dia melambaikan tangan dan mengeluarkan sebatang rokok untuk dinyalakan."Kak, aku juga mau!" Teman pria lainnya menghampiri dan masing-masing mengambil rokok."Tenang saja." Seusai mengatakan itu, Priska membawa Ghina maju untuk berpura-pura menyambut Nabila."Sebentar, aku juga ingin mempermalukan bocah itu. Aku geram sekali padanya!" ujar Malvin sambil mengepalkan tangannya dan buru-buru mengikuti Priska."Eh, Priska, kenapa kalian tiba cepat sekali?" Nabila sampai di pintu masuk restoran dan masih tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti. Ketika melihat Priska, dia pun agak terkejut. Namun, begitu melihat Malvin, dia segera mengalihkan pandangannya. Ini karena Malvin sengaja mencari masalah dengan Tirta waktu itu. Nabila memiliki kesan yang buruk terhadapnya."Kami naik Mercedes-Benz, tentu saja cepat sampainya. Kami sudah menunggumu sejak tadi. Kamu lambat
"Benar sekali! Nabila, kalau teman-teman lain tahu pacarmu seperti ini, mereka semua pasti akan tertawa sampai gigi mereka copot!" ujar Malvin dengan angkuh."Apa urusannya kriteria pacar Kak Nabila denganmu? Dasar berengsek, kamu minta dihajar lagi ya?" Tirta maju untuk memberi peringatan."Kamu ...." Sebelumnya Malvin dihajar habis-habisan oleh Tirta sehingga dia sontak terdiam dan tidak berani bersuara lagi."Nabila, pacarmu ini picik sekali. Sudah ketahuan berbohong, tapi masih mau memukul orang. Ternyata seleramu rendahan sekali," cemooh Ghina setelah meludahi permen karetnya."Sudahlah, Tirta. Kita pulang saja. Aku nggak mau makan lagi." Nabila yang kesal pun menarik Tirta untuk meninggalkan restoran itu."Oke, kita pulang. Lain kali jangan berteman dengan orang-orang nggak berpendidikan seperti ini," sahut Tirta sambil melirik Priska dan lainnya. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi."Berhenti! Nabila, kamu benar-benar nggak menghargai kami! Kalau sudah datang, makan dulu bar
Harus diakui bahwa tendangan Josep ini terlihat cepat dan kuat. Malvin sampai berteriak dengan penuh semangat, "Kak Josep adalah pemilik sabuk hitam taekwondo. Kamu bakal sekarat dibuatnya hari ini!"Malvin dan lainnya seolah-olah sudah bisa membayangkan akhir tragis Tirta. Semuanya pun terkekeh-kekeh sinis. "Dasar pria kampungan! Siapa suruh kamu sok hebat di depan Kak Josep! Matilah!""Nabila, Kak Josep sudah turun tangan. Pacarmu pasti akan berlutut memohon ampun nanti!" ejek Priska. Dia dan Ghina pun melipat lengan di depan dada sambil menyaksikan dengan penuh minat.Menurut mereka, Tirta masih muda dan tubuhnya tidak kekar. Jadi, Josep pasti bisa menjatuhkannya dengan mudah. Namun, saat berikutnya, mereka justru tercengang.Begitu tendangan Josep tiba di depan wajah Tirta, Tirta tiba-tiba mengangkat tangan dengan santai dan mencengkeram kaki Josep. Tirta yang murka pun membentak, "Kamu terus memanggilku pria kampungan, memangnya kamu sangat terhormat? Serangan pertama langsung men
"Berengsek ...." Josep sama sekali tidak punya kesempatan untuk melawan. Dia murka hingga dadanya terasa sakit."Aku sudah memberimu kesempatan, kenapa diam saja? Mana kesombonganmu yang tadi?" tanya Tirta sambil menampar tanpa henti. Wajah Josep sampai hancur dibuatnya."Kak Josep, kamu belum makan ya? Gimana bisa kamu kalah dari pria kampungan seperti dia? Ayo, cepat balas serangannya!" seru Priska yang makin gusar melihat situasi ini.Priska bukan hanya tidak melihat Tirta dihajar oleh Josep, bahkan terus melihat Josep dihajar. Bagaimana bisa dia merasa senang?Alhasil, begitu mendengar ucapan Priska itu, Tirta menampar Josep dengan kuat hingga tubuhnya terhempas ke samping."Kak ... Kak Josep, kamu baik-baik saja?" Andre dan lainnya telah menyaksikan kekejaman Tirta. Jadi, mereka tidak berani berkoar-koar lagi dan hanya menghampiri Josep dengan ketakutan."Kak Josep, kamu kenapa hari ini? Gimana bisa pria kampungan itu memukulmu sampai seperti ini?" Priska sungguh tidak bisa meneri
"Ayahmu orang kepercayaan wali kota?" Tirta yang merasa lucu pun mengangkat alisnya."Ya! Ayah Kak Josep bekerja untuk wali kota! Kalau sampai ayahnya datang dan melihatnya begini, kamu nggak bakal diampuni!" seru Malvin yang memberanikan diri."Aduh, aku takut sekali! Jangan sampai ayahmu datang. Aku mungkin akan ketakutan sampai pipis di celana!" Tirta menahan tawa sambil memasang ekspresi ketakutan."Sekarang kamu sudah takut, 'kan? Sudah terlambat! Kalaupun kamu berlutut dan minta maaf, aku nggak bakal mengampunimu!" seru Josep yang merasa harga dirinya telah kembali. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon ayahnya."Ayah! Aku dipukul orang! Di depan Restoran Rarai. Kamu harus bawa orang kemari. Bocah itu jago bertarung!" lapor Josep.Pada saat yang sama, Saad sedang membaca buku dengan santai. Kondisinya sudah membaik berkat pengobatan yang diberikan Tirta. Kebetulan sekali, Dede sedang berada di samping saat ponselnya berdering."Apa? Siapa yang memukulmu? Kamu nggak ke
"Dasar nggak tahu diri! Sepertinya kamu nggak bakal kapok sebelum diberi pelajaran! Oke, kamu tunggu saja kalau begitu!" Selesai berbicara, Emon segera menelepon kakak sepupunya. "Halo, Kak, aku dan temanku dipukul orang di luar. Cepat kemari dan bantu kami!"....Di kantor polisi, Susanti baru selesai menangani kasus. Sebelum sempat beristirahat, Emon sudah meneleponnya. Dia bertanya, "Kenapa kalian bisa dipukul? Siapa yang membuat masalah duluan? Jelaskan dulu kepadaku."Susanti tahu adik sepupunya ini sering membuat onar di luar. Itu sebabnya, dia tidak ingin mengurus masalah ini. Namun, mereka tetap keluarga sehingga Susanti merasa tidak enak hati untuk menolak."Kak, sudah pasti bukan aku yang memulai. Pria kampungan itu yang memukul kami duluan. Cepat suruh orang kemari. Jangan sampai dia kabur!" Emon mulai mengarang."Oke. Kalau begitu, beri tahu aku lokasimu. Aku akan membawa orang ke sana." Susanti mengakhiri panggilan dengan pusing....."Huh! Kakak sepupuku akan datang untuk
Hanya saja, Josep dan lainnya tidak tahu bahwa Dede tidak sengaja melihat Maybach Tirta saat dalam perjalanan kemari. "Ini ... mobil Pak Tirta, 'kan? Dia juga ada di dekat sini?"Setelah mendekat, Dede makin terkejut karena mendapati Tirta berdiri di depan Restoran Rarai. Penilaian Dede terhadap Tirta sudah jauh berbeda sekarang. Saad saja harus bersikap sopan kepada Tirta, apalagi dirinya. Jadi, dia harus menyapa Tirta setelah turun dari mobil....."Hei! Ayahku sudah datang! Cepat berlutut dan minta maaf kalau takut! Kalau nggak, kamu akan berakhir makin tragis!" Josep menjadi makin berani saat melihat mobil Dede sudah dekat."Otakmu bermasalah ya? Aku jelas-jelas nggak takut meskipun ayahmu sudah datang. Jadi, mana mungkin aku berlutut minta maaf? Bangunlah dari mimpimu!" cela Tirta dengan tidak acuh."Kak, nggak perlu basa-basi lagi. Kakak sepupuku juga akan tiba sebentar lagi. Setelah bajingan ini ditangkap, kita bawa Nabila ke tempat sepi untuk dinodai! Aku sudah nggak tahan lagi
Tendangan Tirta langsung mengenai kemaluan Emon! Emon pun berteriak histeris, "Argh!"Tendangan ini sudah cukup untuk menghancurkan kemaluan Emon. Dokter terhebat sekalipun tidak akan sanggup mengobatinya!Tindakan Tirta ini sungguh mencengangkan mereka semua. Terutama Malvin, Malvin sampai pipis di celana saking takutnya!Di sisi lain, Priska juga ketakutan. Meskipun tidak memiliki penis seperti para pria, sekujur tubuhnya tetap bergidik ngeri."Buset! Dia keren sekali! Kenapa aku nggak punya pacar sehebat ini?" Hanya Ghina yang terkagum-kagum pada Tirta. Matanya sampai berbinar-binar.Saat ini, mobil Dede akhirnya berhenti di depan restoran. Sebelum Dede turun, Josep dan lainnya merasa sangat lega seolah-olah penyelamat mereka sudah datang."Ayahku sudah datang! Bocah, bersiap-siaplah untuk menerima kematianmu!" Usai berbicara, Josep berlari ke samping mobil untuk membuka pintu."Ayah, akhirnya kamu sampai. Pria kampungan ini yang menghajarku sampai babak belur! Lihatlah wajahku, sam
Yusril berpikir sejenak sebelum menyahut, "Aku nggak tahu. Tapi, aku rasa mereka akan mengizinkan kamu mengikuti turnamen bela diri kalau kamu menunjukkan identitasmu di Sekte Mujarab."Yusril melanjutkan, "Hanya saja, kamu sudah melukai 2 murid Kurnia. Sepertinya kurang cocok kalau kamu mengikuti turnamen bela diri."Tirta menyipitkan matanya dan menegaskan, "Kenapa nggak cocok? Kedua muridnya menggoda bibiku. Aku harus mengikuti turnamen bela diri untuk membuat perhitungan dengan Kurnia."Mendengar ucapan Tirta, Yusril masih merasa ragu. Akhirnya, dia memberi hormat dan berujar, "Tirta, kamu nggak tahu. Waktu mencari tahu informasi di dekat Gunung Tisatun, aku mendengar kabar Kurnia sudah menerobos ke tingkat semi abadi. Senior Sekte Mujarab nggak mendampingimu, kamu pasti nggak mampu melawan Kurnia."Tirta melambaikan tangannya, lalu menanggapi, "Yusril, aku tahu kamu berniat baik. Tapi, aku tetap harus pergi. Biarpun Kurnia sudah mencapai tingkat semi abadi atau tingkat abadi, aku
Sebelum Tirta menyelesaikan perkataannya, Ayu menyela, "Yasmin, pria dan wanita nggak boleh tidur bersama. Kamu nggak boleh tidur dengan Tirta!"Yasmin menanggapi dengan ekspresi bingung, "Tapi ... Bibi, kenapa Kak Bella boleh tidur dengan Kakak Guru? Bukannya Kak Bella itu wanita? Aku juga wanita, kenapa aku nggak boleh tidur dengan Kakak Guru?"Ayu menjelaskan, "Karena Bu Bella sudah tunangan dengan Tirta. Nanti mereka akan menikah, jadi mereka boleh tidur bersama. Tapi, Tirta itu gurumu. Kalian nggak boleh tidur bersama."Yasmin membalas, "Oh, aku paham. Hanya wanita yang menikah dengan Kakak Guru boleh tidur dengannya. Kalau begitu, malam ini aku tidur sendiri. Besok aku baru temani Bibi tidur lagi.""Oke. Kamu memang anak yang baik. Bibi mau bicara dengan Tirta. Kamu tunggu di kamar dulu, kami akan segera kembali," timpal Ayu.Ayu mengusap kepala Yasmin, lalu memberi isyarat kepada Tirta. Mereka berdua keluar bersama.Setelah sampai di ujung koridor, Tirta bertanya, "Bibi, apa yan
Tirta meninggalkan Desa Persik pada pukul 1 siang. Dia pergi ke labirin obat untuk melihat pertumbuhan bahan obat-obatan. Untung saja, Nia mengikuti gambar yang diberikan Tirta dengan menggabungkan cara penanaman bibit bahan obat di buku kuno pengobatan.Jika bukan karena Tirta memahami keistimewaan labirin obat, takutnya dia juga tidak bisa keluar. Tirta juga melihat banyak mobil polisi yang berpatroli di luar Desa Persik.Dengan adanya perlindungan dari polisi, labirin obat, dan jimat, Tirta baru bisa meninggalkan Desa Persik dengan tenang. Dia pun pergi ke ibu kota provinsi.Dua jam kemudian, mobil Tirta berhenti di depan pintu vila Keluarga Purnomo. Saat kembali ke ruang istirahat, Tirta tidak menemukan Bella. Bahkan, Bella tidak menjawab panggilan telepon Tirta.Saat ini, pesilat kuno berkeliaran di ibu kota provinsi. Tentu saja Tirta mengkhawatirkan keselamatan Bella. Dia pergi ke kamar Ayu untuk menanyakan keberadaan Bella.Pintu kamar Ayu terbuka. Kala ini, Ayu sedang menemani
Sejam akhirnya berlalu. Tirta mengikuti ingatan yang diberikan oleh Genta, berhasil membuat 18 lembar jimat yang mengandung kekuatan sihir."Baiklah. Kak Farida, pegang jimat ini dan teriak 'aktif'. Setelah itu, kamu akan melihat sesuatu yang ajaib."Tirta memilih Jimat Menghilang dari tumpukan jimat yang sudah jadi, lalu menyerahkannya kepada Farida, yang kebetulan berada paling dekat dengannya."Aktif? Kenapa begitu, Tirta? Bukankah jimat pelindung biasanya cukup dibawa saja?" Farida tampak kebingungan, sementara Arum dan Melati yang berdiri di belakang juga menunjukkan ekspresi yang sama."Karena jimat buatanku nggak biasa. Jangan banyak tanya dulu. Coba saja, nanti kamu sendiri akan tahu perbedaannya!"Tirta sendiri merasa agak gugup. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya dia mencoba membuat jimat. Tidak menutup kemungkinan jika hasilnya gagal."Oh, ya sudah, aku akan coba ...." Dengan jantung yang sedikit berdebar, Farida menggenggam jimat itu erat-erat, lalu berteriak, "Aktif!
"Aku masih harus mengunjungi temanku yang ada di ibu kota. Mungkin nggak akan secepat itu kembali ke desa. Aku khawatir kalian kangen berat, makanya pulang malam-malam hanya untuk menemani kalian," jelas Tirta."Huh! Rupanya kamu punya hati nurani juga. Tapi, kamu nggak boleh pergi begitu saja. Temani kami sebentar lagi dong ...," pinta Arum yang tidak rela berpisah sambil menatap Tirta."Tirta, temani kami sebentar lagi. Selama kamu pergi, aku nggak bisa tidur nyenyak lho," ujar Melati sambil melemparkan diri ke pelukan Tirta. Dia mencoba memulai pertempuran lagi.Ketika melihatnya seperti itu, Tirta pun tidak ingin pergi secepat itu. Setelah melihat jam, dia lantas membuat keputusan."Di mana Kak Farida? Aku cari dia dulu. Kita lanjutkan pertempuran kita. Nanti sore aku baru balik!"....Lagi-lagi, pertempuran yang panjang dan melelahkan terjadi. Melati dan Arum pun tidak meminta Tirta untuk tinggal lagi. Bahkan, mereka berharap Tirta pergi secepat mungkin."Hehe, kalian istirahatlah
Kini, Ayu sedang tidak berada di sini. Agatha dan Susanti juga pergi sehingga tidak ada gangguan apa pun.Sebagai kepala keluarga, Tirta tentu adalah penguasa di sini. Tidak ada yang boleh membantahnya!Meskipun tertangkap basah oleh Melati dan Arum, Tirta tidak menjelaskan terlalu banyak. Bahkan, dia meminta mereka untuk bergabung dalam permainan!Dengan demikian, terjadi pertempuran sengit di dalam vila. Tirta berhasil menaklukkan tiga wanita dengan kemampuannya sendiri. Untungnya, tenaganya tidak ada habisnya. Semakin bermain, dia justru semakin bersemangat. Dia sungguh tak terkalahkan!Sementara itu, Farida masih harus bekerja setelah matahari terbit. Dia juga sudah kelelahan karena ini adalah ronde kedua. Jadi, dia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.Tersisa Arum dan Melati yang masih berada di medan tempur. Mereka berdua tentu bukan lawan Tirta sehingga hanya bisa memohon ampun.Sayangnya, Tirta bukan orang yang punya belas kasihan. Dia tidak peduli pada permohonan kedua wan
Di atas tempat tidur yang empuk dan luas, Melati berbaring sendirian, memegang ponselnya. Dia gelisah, terus membolak-balikkan tubuhnya, tidak bisa tidur sama sekali.“Andai aku tahu Tirta akan pergi begitu lama, aku pasti ikut dengannya. Aku nggak akan seperti sekarang, hanya bisa diam-diam menonton video Tirta untuk mengobati rasa rindu."Melati sudah menonton video sejak tadi. Tubuhnya terasa semakin panas, bahkan keringat mulai bermunculan."Nggak bisa. Kalau begini terus, besok aku nggak akan punya tenaga untuk kerja. Sebaiknya aku mandi air dingin dan cepat tidur."Melati mematikan ponselnya, lalu berjalan ke luar kamar. Dia berniat menghirup udara malam sebelum mandi.Namun, saat dia sampai di ujung ruang tamu, di balkon yang diterangi cahaya bulan samar, dia melihat sosok lain yang juga berdiri sendirian."Arum? Kenapa kamu belum tidur tengah malam begini?" Ketika melihat bahwa itu adalah Arum, Melati maju dan bertanya dengan penasaran."Kak Melati, vila ini terlalu luas dan se
"Hahaha ...."Begitu wanita paruh baya itu selesai berbicara, para pekerja langsung tertawa terbahak-bahak. Namun, mereka hanya bercanda karena melihat hubungan Tirta dan Farida yang tampak tidak biasa."Kak, jangan sembarangan bicara! Tirta sudah punya pacar! Kalau omonganmu ini sampai menyebar, aku memang nggak akan marah.""Tapi, kalau pacar Tirta tahu dan minta putus, Tirta bisa marah. Mungkin, kamu harus menyerahkan putrimu sebagai ganti pacarnya nanti."Wajah Farida langsung merona. Dia buru-buru memperingatkan para pekerja, terutama wanita paruh baya itu."Aduh, anak perempuanku cantik sekali! Kalau Bos benar-benar tertarik padanya, aku pasti akan tertawa bahagia seumur hidupku!" Wanita paruh baya itu malah semakin tergelak dan terus menggoda Farida."Hahaha, Kak, sudahlah. Jangan bercanda dengan Kak Farida lagi! Kamu nggak takut dia mengadu nanti karena kamu berkata yang bukan-bukan?"Setelah bercanda sebentar, para pekerja segera bersikap serius dan berjanji kepada Tirta dan F
Setelah keluar dari Desa Persik, kesadaran Filda mulai pulih. Dia duduk di kursi belakang sambil terus menyeringai dingin menatap Tirta."Kamu terlalu banyak bicara! Kamu pikir aku akan memberimu kesempatan untuk melapor polisi?" Tirta tiba-tiba menginjak rem, menghentikan mobilnya.Kemudian, dia turun dan menarik Filda keluar dari kursi belakang. Tepat di sebelah mereka adalah sebuah waduk besar!Melihat waduk itu serta ekspresi dingin Tirta, Filda benar-benar panik! Dia menggigil dan bertanya dengan suara gemetar, "Kamu mau apa? Kamu nggak boleh membunuhku! Itu melanggar hukum! Hentikan!""Membunuhmu? Jangan mimpi! Membunuhmu hanya akan mengotori tanganku!" cela Tirta dengan dingin. Kemudian, dia mengeluarkan jarum perak dari saku.Dengan menggunakan teknik akupuntur untuk menghilangkan ingatan, Tirta menghapus ingatan Filda tentang kejadian malam ini. Sebentar lagi, Filda akan melupakan segalanya.Setelah mencabut jarum perak, Tirta segera melangkah ke mobil. Sebelum kesadaran Filda