Ketika melihat ekspresi murka Dede, jantung Josep sontak berdebar-debar. Dia merasakan firasat buruk, tetapi masih bertanya, "Ayah, dia ... dia cuma orang kampungan. Kenapa kamu begitu takut padanya?""Jaga omonganmu! Pak Tirta adalah tamu terhormat Pak Saad! Kamu sudah bosan hidup ya? Berani sekali kamu mengusiknya!" tegur Dede. Saking gusarnya, dia berbicara dengan sangat cepat hingga orang-orang sulit mendengarnya.Sementara itu, tangan Dede masih memukul Josep tanpa berhenti sedetik pun. Setelah Josep jatuh pingsan, Dede baru tersenyum meminta maaf kepada Tirta dan berkata, "Pak, semua ini cuma salah paham. Aku juga nggak tahu putra bodohku ini mengganggumu. Aku akan mendisiplinkannya dan nggak akan membiarkannya seperti ini lagi. Tolong maafkan dia ya ...."Ketika melihat Dede ketakutan seperti itu, Malvin dan lainnya mematung di tempat, termasuk Nabila. Mereka tidak menyangka hasilnya akan seperti ini."Aku bisa saja memaafkannya. Tapi, dia mengajak pacarku makan dengan motif ing
"Cepat tangkap dia dan masukkan ke penjara!" seru Emon yang bangkit dengan susah payah dan meringis kesakitan."Kamu yang menyerang adik sepupuku? Yang dia katakan benar?" Susanti menghampiri untuk bertanya dengan serius. Bagaimanapun, Tirta tidak terluka sedikit pun."Bisa dibilang begitu." Tirta mengangguk ringan sebagai jawaban. Kemudian, dia meneruskan, "Dia bukan nggak memukulku, tapi nggak berani memukulku.""Jangan bicara omong kosong! Kalaupun aku nggak berani, kamu tetap nggak boleh memukulku! Sekarang kamu harus ganti rugi!" hardik Emon. Kemudian, dia memelas, "Kak, cepat tangkap dia!""Menurut aturan, kamu memang seharusnya ditangkap karena main tangan. Ayo, ikut aku ke kantor polisi," ujar Susanti dengan ekspresi rumit. Bagaimanapun, Tirta telah mengaku."Kamu cuma tahu aku memukulnya, nggak tanya alasannya dulu?" tanya Tirta sambil mengernyit."Jangan bertele-tele ya! Meskipun Kak Emon bicara buruk tentangmu, kamu tetap nggak boleh main tangan! Kamu salah karena memukulnya
"Situasi macam apa ini?" Malvin dan lainnya kebingungan. Awalnya, ayah Josep terlihat ketakutan hingga akhirnya membawa Josep pergi. Sekarang, Susanti yang semula ingin menangkap Tirta malah pergi begitu saja setelah mendengar penjelasan Tirta.Padahal Tirta hanya seorang pria kampungan, tetapi kenapa begitu sulit untuk dihadapi? Mereka merasa enggan, tetapi tidak punya cara untuk melawan."Nggak ada yang menangkapmu? Kenapa polisi itu mudah sekali diajak berbicara?" gumam Nabila dengan bingung. Pada saat yang sama, dia menghela napas lega."Hei! Meskipun Kak Susanti nggak menangkapmu, orang tuaku nggak akan mengampunimu begitu saja! Tunggu saja kamu! Aku akan menyuruhmu mereka datang!" Emon memelototi Tirta dengan berang. Ini adalah dendam kesumat di antara mereka!"Aku nggak punya waktu untuk menunggu mereka datang. Kalau kamu ingin balas dendam, maju saja sendiri. Kalau nggak berani, jangan berkoar-koar dan sembunyi saja di samping," ejek Tirta sambil tersenyum tipis."Kamu ...." Em
Kemudian, Tirta berkata kepada Priska yang termangu, "Aku nggak ingin memukul wanita. Cepat berlutut minta maaf, lalu tampar diri sendiri 10 kali. Setelah itu, masalah ini selesai.""Aku nggak mau! Kenapa aku harus minta maaf kepada wanita kampung ini? Aku cuma kalah cantik dan kalah seksi darinya! Selain itu, aku lebih hebat darinya! Dia nggak pantas mendapat permohonan maafku!" pekik Priska."Hais, kuberi kesempatan, tapi nggak dihargai. Kalau begitu, jangan salahkan aku bertindak kejam," ucap Tirta sambil tersenyum dingin.Kemudian, Tirta mencengkeram leher Priska dan menamparnya dari kanan dan kiri. Plak, plak, plak! Priska berteriak kesakitan tanpa henti. Tidak berselang lama, wajahnya babak belur."Dasar banci! Mana ada pria yang memukul wanita!" Priska memelototi Tirta dengan murka sambil mengepalkan tangannya dengan erat."Aku memang nggak seharusnya memukul wanita. Tapi, kamu menindas pacarku. Sebagai pria sejati, aku tentu harus melindungi pacarku. Selain itu, kamu harus tahu
Tirta sama sekali tidak menghiraukan teriakan Ghina. Sementara itu, Nabila tidak bisa menerima semua ini. Tirta berkata kepada Nabila yang gusar, "Tenang saja, aku nggak menyukainya. Dia kalah telak kalau dibandingkan denganmu. Jangan cemburu. Kita pergi makan, lalu aku akan membelimu baju."Tirta segera menenangkan Nabila. Nabila menyahut, "Baiklah, kita pergi dari sini. Jangan pedulikan dia."Napas Nabila sampai memberat saking emosinya. Dia pun berpikir bahwa semua ini karena dirinya tidak berdandan dengan baik. Kalau tidak, mana mungkin Ghina si jalang itu berani berebutan pria dengannya!Nabila bertekad akan berdandan dengan baik mulai hari ini. Dia akan membuat Tirta terobsesi dan hanya menidurinya! Dengan begitu, dia tidak perlu khawatir wanita lain merebut kekasihnya!Sementara itu, Emon dan Priska tidak berani menghalangi Tirta dan Nabila. Mereka melampiaskan amarah kepada Ghina.Priska memaki, "Ghina, kamu sakit jiwa ya? Kami menyuruhmu melawan Nabila, kamu malah mau merebut
"Sudahlah, Tirta. Aku sudah lapar. Biarkan saja mereka. Lebih baik kita pergi makan," ujar Nabila. Dia tidak ingin melihat Ghani menyombongkan diri seperti itu, seolah-olah Tirta adalah pacarnya. Makanya, dia terus mendesak Tirta untuk pergi."Oke." Tirta menutup jendela mobil, lalu menginjak pedal gas dan menuju ke restoran lain."Sialan, siapa sebenarnya bocah itu? Gimana bisa pria kampungan seperti dia punya mobil semahal itu?" gumam Emon sambil mengepalkan tangan dengan erat. Dia benar-benar tidak mengerti."Nabila, atas dasar apa kamu punya pacar sekaya itu? Aku nggak bisa terima! Aku pasti akan mencari kesempatan untuk merebutnya darimu!" gumam Priska. Saat ini, dia tidak memusuhi Tirta lagi, melainkan ingin menjadikan Tirta pacarnya."Kamu? Jangan mimpi! Kamu kalah telak dari Nabila! Kak, kita pergi. Lain kali jangan berhubungan dengan mereka lagi," ujar Ghina. Kemudian, dia memanggil Andre dan berbalik untuk pergi."Kalau Nabila bisa, berarti aku juga bisa! Kita lihat saja nant
"Bos, apa ada masalah?" tanya Tirta dengan heran saat mendapati Arum terus menatap kunci mobilnya."Oh, nggak ada apa-apa. Ayo, silakan dipesan," sahut Arum sambil menggeleng dan memaksakan senyuman."Makan apa ya?" gumam Tirta. Dia merasa wanita ini sangat aneh sehingga menjadi berwaspada."Tirta, biar aku saja yang pesan. Kita makan yang lebih simpel saja." Nabila mengambil menu, lalu memesan beberapa macam lauk, "Tumis kacang hijau, daging kecap, telur goreng. Nasinya 2 ya. Itu saja."Nabila bukan orang yang senang menghamburkan uang. Semua makanan yang dipesannya tidaklah mahal. Kalau bukan karena khawatir Tirta tidak kenyang, dia pasti hanya memesan 1 macam lauk."Kalian yakin cuma pesan ini?" Arum agak terkejut saat mendengar hidangan yang dipesan. Dia mengira mereka akan menghabiskan banyak uang karena mobil yang dikendarai Tirta sangat mewah."Kami cuma berdua. Nanti nggak habis kalau pesan terlalu banyak," sahut Tirta dengan nada datar."Restoranku punya banyak hidangan khas.
"Aku ... aku ... Kalaupun aku salah hidangkan makanan, memangnya kenapa kalau kalian makan yang mewah untuk sesekali? Kalian juga bukannya nggak sanggup," ujar Arum saat melihat Tirta dan Nabila hendak pergi."Ini bukan masalah sanggup atau nggak. Apa kami harus diperas olehmu hanya karena sanggup? Ucapanmu terlalu nggak masuk akal! Wajahmu sih cantik, nggak kusangka kamu ini bos yang jahat!" maki Nabila sambil menarik Tirta berjalan ke arah pintu."Aku ... bukan, aku nggak sengaja mau jebak kalian. Tapi, semua lauk sudah dihidangkan ...." Tak disangka, Arum kembali mengejar mereka dan berlutut di hadapan kedua orang itu sambil memohon, "Kumohon kalian, anggap saja bersedekah padaku. Makanlah dan bayar tagihannya ya? Adikku kalah judi dan berutang satu miliar. Kalau nggak sanggup bayar, kaki dan tangannya akan dipotong .... Aku benar-benar butuh uang. Kalau nggak, aku juga nggak akan curang ....""Kamu ... yang kamu bilang itu benaran?" Nabila juga terkejut mendengarnya. Dia tidak meny
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di