Semua Bab Jeratan Mantan Suami: Bab 211 - Bab 220

554 Bab

Bab 211

Boris mengerutkan kening, sorot matanya dipenuhi dengan rasa tidak senang. “Hanya itu yang ingin kamu katakan padaku?”“....”Zola menatap Boris sambil tercengang sejenak. Kemudian, dia mendengar pria itu berkata lagi, “Nggak ada yang ingin kamu katakan padaku lagi? Kamu nggak perhatikan apa yang baru saja terjadi?”Apa yang terjadi? Boris diincar seseorang? Wajah Zola begitu tenang, hampir tidak ada gejolak emosi apa pun. Nada bicaranya juga sangat tenang.“Lantas kenapa kalau aku perhatikan? Aku nggak bisa kendalikan pikiran orang lain. Bagaimanapun, setiap orang punya rasa suka.”Boris merasa sarafnya seperti busur yang direntangkan sampai batasnya dan bisa patah kapan saja. Raut wajahnya menjadi muram. Suaranya juga menjadi sangat dingin.“Jadi sebagai seorang istri, kamu sama sekali nggak bereaksi saat ada perempuan lain mau minta nomor telepon suamimu langsung di depanmu?”Zola tersenyum. “Boris, apa yang kamu ingin aku lakukan? Debat dengannya? Atau peringatkan dia supaya jangan
Baca selengkapnya

Bab 212

“Nggak keluar setiap hari. Cuma dua kali. Lagi pula, belum terlalu malam juga,” kata Zola.“Kamu tahu nggak keluar sendirian jam segini sangat berbahaya? Mulai sekarang kamu nggak boleh pergi lagi jam segini.”Zola tidak berkata apa-apa. Dia hanya sibuk mengeluarkan isi belanjaannya dari dalam kantong dan menaruhnya di kulkas. Boris tidak senang karena sikap Zola. Dia langsung pergi menutup pintu kulkas, lalu menekan tubuh Zola ke pintu kulkas. “Zola, aku sedang bicara denganmu. Dengar, nggak?”Jarak keduanya begitu dekat. Zola terkejut. Dia mendongakkan kepala untuk menatapnya, mendapati mata dan wajah tampan pria itu sedang memancarkan aura tidak ingin dibantah.“Zola, jawab aku!” Boris mengulangi perkataannya lagi.Zola baru menjawab, “Iya, tahu.”Usai menjawab, Zola mendorong Boris menjauh darinya. Apakah pria itu tidak tahu kalau berada sedekat itu rasanya gerah dan tidak nyaman? Terutama saat Zola bisa merasakan dengan jelas napas satu sama lain. Itu membuat tubuhnya menjadi tega
Baca selengkapnya

Bab 213

Ada makna kuat yang tersirat dalam kata-katanya. Setelah tertegun sejenak, pipi Zola seketika memanas. Tanpa sadar dia langsung menahan dada Boris, tapi sepertinya usahanya itu sama sekali tidak berpengaruh.Zola diam-diam mengatur pernapasan dan emosinya, lalu berkata dengan tenang, “Sebenarnya kamu mau apa?”“Aku nggak melakukan apa pun. Kamu nggak mau cium aku, memangnya kamu juga nggak izinkan aku berdiri di sini?”Boris tersenyum lembut. Zola juga sudah mengerti sepenuhnya. Boris memang tidak mengancamnya dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan. Zola menarik napas dalam-dalam, lalu berjinjit dan langsung mencium bibirnya.Bibir Zola agak dingin. Dia hanya mengecup sebentar dan hendak pergi. Namun, mata Boris menyipit ketika melihat Zola yang akhirnya mengambil inisiatif. Wajahnya yang tampan dipenuhi dengan emosi yang hangat. Kemudian, dia langsung mengambil kendali dan menempelkan bibirnya ke bibir Zola lagi.Ciuman kali ini berlangsung sangat lama. Boris baru mengakhiri cium
Baca selengkapnya

Bab 214

Zola memasukkan gumpalan itu ke dalam sakunya dengan tenang. Kemudian, dia meninggalkan kamar dengan membawa buku catatannya, lalu memasukkan buku itu ke dalam tasnya.Setelah itu, Zola bersikap tenang dengan raut wajah datar, tapi sorot matanya jelas terlihat dingin. Dia menunggu hingga Boris bangun, lalu keduanya duduk berhadapan di meja makan untuk sarapan.Boris melirik Zola sekilas dan berkata, “Kamu bangun pagi sekali? Kenapa nggak tidur lebih lama?”“Nanti mau ke perusahaan.”“Bukannya semalam bilang capek? Istirahat beberapa hari dulu saja.”“Kamu nggak perlu ke perusahaan?” Zola tidak menjawab, malah bertanya balik.Boris mengerutkan kening. “Nanti Jesse datang jemput aku. Nanti sore ada acara makan bersama.”“Hmm, oke.” Zola menghabiskan seteguk susu terakhir. Kemudian, dia mengambil tisu dan menyeka mulutnya. Dia melihat ke arah Boris dan berkata, “Kalau begitu aku bantu kemas pakaianmu. Nanti kamu bawa pergi sekalian.”Raut wajah Boris seketika menjadi dingin. Dia meletakka
Baca selengkapnya

Bab 215

Akan tetapi, Zola justru sangat peduli dengan hal-hal detail. Jelas-jelas Boris tahu Zola akan khawatir dan bersalah, tapi Boris tetap melakukannya. Pria itu memilih tidak minum obat dan membiarkan dirinya terus demam demi membuat Zola merasa bersalah.Zola bersikukuh dan berkata lagi, “Boris, sebenarnya perceraian baik untuk kita berdua. Kamu bisa menikah dengan Tyara dan aku bisa bebas.”“Kamu buat pertimbangan seperti itu untukku, apakah aku harus berterima kasih padamu?” tukas Boris dengan sinis.“Bukan tentang berterima kasih, hanya saling memenuhi keinginan satu sama lain.”“Kamu pikir kalau sudah cerai aku bisa nikahi Tyara. Lantas bagaimana denganmu? Setelah cerai, kamu akan nikah dengan siapa? Mahendra atau Jeffry?”“Kenapa setelah cerai aku harus menikah lagi? Aku merasa sendiri lebih baik.”“Huh.” Boris menatapnya dengan wajah penuh amarah. “Jadi kamu bersikeras mau cerai?”“Iya.”“Kalau begitu tunjukkan ketulusanmu. Kalau nggak, kenapa aku harus ikuti permintaanmu?” Usai be
Baca selengkapnya

Bab 216

Zola mengetik isinya sesuai dengan Surat Pernyataan Cerai yang diberikan Boris yang masih ada dalam ingatannya. Kemudian, dia mencetak surat itu dan membubuhkan tanda tangan serta namanya.Saat nama Zola Leonarto tertulis rapi di bawah tanda tangan orang yang menandatangi surat, Zola tahu itu artinya pernikahannya juga akan segera berakhir. Namun, semua sudah mencapai titik ini. Dia harus terus melihat ke depan, tidak boleh ragu-ragu juga tidak boleh goyah.Zola memasukkan surat itu ke dalam amplop dan mengirimkannya menggunakan kurir ke kantor CEO Morrison Group dan harus diterima oleh Boris sendiri. Usai melakukan semua itu, Zola merasa lemas tak bertenaga. Kedua matanya tampak kosong. Wajah cantiknya juga tidak memiliki ekspresi apa pun.Zola pikir dirinya sudah siap mental dan tidak akan merasakan apa pun lagi, tapi saat ini hatinya masih sangat sakit. Dia memberitahu secara langsung kepada pria yang paling dia cintai kalau dia mau cerai. Hanya Langit yang tahu betapa tersiksanya Z
Baca selengkapnya

Bab 217

Suasana di antara mereka pun jadi hening. Segera, terdengar suara Jesse yang datang untuk mengingatkan Boris di ujung sana. “Pak Boris, rapat akan segera dimulai. Pak Boris ....”“Zola, aku akan beri kamu waktu untuk menyerah soal itu, tapi aku nggak akan setuju. Mengerti?”Kata-kata Boris begitu tegas, tidak mau diajak bernegosiasi, juga tidak terima penolakan. Dia pun segera memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban Zola.Boris melemparkan ponselnya ke atas meja, lalu mengangkat tangannya untuk melonggarkan dasinya dengan kasar. Sorot matanya sangat suram dan tajam, seolah-olah bisa membunuh orang dengan tatapannya itu. Dia menatap Jesse dengan dingin dan berkata, “Ke rumah Kakek dan suruh mamaku coba cari tahu apa maksud Zola.”Apa alasan Zola begitu ngotot mau cerai? Apakah hanya karena Boris tidak mencintainya? Apakah cinta itu penting? Apakah Boris masih tidak cukup baik padanya?Boris melirik surat pernyataan cerai di mejanya. Sorot matanya semakin gelap dan tajam. Kemudian, d
Baca selengkapnya

Bab 218

Jesse mengangguk. “Oke, saya akan segera selidiki masalah ini.”Usai berkata, Jesse bersiap keluar dari ruangan. Tiba-tiba Boris berkata, “Ada apa dengan Tyara?”Jesse tertegun, lalu segera menjelaskan, “Bu Tyara tanya kapan Pak Boris bisa temani dia menemui psikiater. Saya bilang Pak Boris sedang rapat, nggak bisa terima telepon. Kalau ada apa-apa, tunggu Pak Boris nggak sibuk baru hubungi kembali.”Boris memasang raut wajah datar, lalu bergumam pelan, “Hmm.”Jesse menatap Boris, lalu dia mendengar Boris bertanya, “Kamu sudah telepon mamaku?”“Sudah, tapi Bu Rosita bilang ....”“Bilang apa?”“Bu Rosita bilang Pak Boris bujuk saja istri sendiri.” Jesse menghadapi risiko dipecat dengan menyampaikan yang sebenarnya kepada bosnya itu.Raut wajah Boris tampak dingin. Dia menyipitkan matanya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Jesse juga cepat-cepat keluar dari ruangan tanpa menimbulkan suara, meninggalkan Boris duduk sendirian di ruang rapat yang besar itu.Sikap tegas Zola terus muncul di bena
Baca selengkapnya

Bab 219

Rosita mengangguk tanda mengerti, tapi jauh di lubuk hatinya dia merasa kalau Mahendra agak sulit diajak bergaul. Jadi dia tidak mau banyak bicara, tidak ingin menimbulkan masalah pada Zola.Sesampainya di kantor Zola, Zola segera berdiri dan menyambut Rosita. “Ma, lain kali Mama langsung ke sii saja. Nggak perlu tunggu di bawah. Kalau aku lagi sibuk, Mama bisa tunggu sambil duduk di sini.”“Kalau begitu aku boleh sering-sering datang ke sini?”“Tentu saja boleh.”“Zola benar-benar baik.” Rosita menatap Zola sambil tersenyum. Wajahnya penuh dengan kasih sayang, bahkan bisa dirasakan dengan jelas oleh orang luar seperti Caca. Siapa bilang ibu mertua dan menantu sudah pasti tidak bisa akur? Hanya tidak cocok saja.Caca tidak mengganggu mereka. Dia pun berkata dengan suara pelan, “Bu Zola, Bu Rosita, kalian ngobrol dulu. Saya pergi kerja dulu.”“Baik, terima kasih, ya,” jawab Rosita dengan sopan.Hati Caca meleleh karena sikap ramah Rosita. Dia segera meninggalkan ruangan itu dan menutup
Baca selengkapnya

Bab 220

Entah Boris takut atau tidak, tapi dia sungguh tidak menganggapnya serius. Rosita tidak membalas pesan Boris lagi. Karena Zola sudah selesai kerja. Zola sedang mengemas barangnya, lalu melihat ke arah Rosita.“Ma, Mama sudah pikirkan nanti mau makan di mana?” tanya Zola.Rosita mengangguk. “Bagaimana kalau kita makan di restoran Barat? Kita sesama perempuan juga ingin makan di tempat yang romantis.”Kata “kita sesama perempuan” yang keluar dari mulut Rosita membuat Zola spontan tertawa. Ibu mertuanya ini sungguh supel. “Oke, terserah Mama,” kata Zola.Zola bergelayut di tangan Rosita sambil berjalan keluar dari ruangannya. Kemudian, dia pesan kepada Caca, “Nanti sore aku mungkin nggak kembali ke sini lagi. Kalau ada apa-apa, cari Pak Mahendra saja.”Caca mengangguk dan berkata ya. Saat melewati ruangan Mahendra, Zola melihat pintu ruangan pria itu terbuka. Dia pun berkata pada Rosita, “Ma, tunggu sebentar.”“Oke,” jawab Rosita.Zola berjalan ke depan pintu ruangan Mahendra dan mengetuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
56
DMCA.com Protection Status