Share

Bab 214

Penulis: Jus Pir
Zola memasukkan gumpalan itu ke dalam sakunya dengan tenang. Kemudian, dia meninggalkan kamar dengan membawa buku catatannya, lalu memasukkan buku itu ke dalam tasnya.

Setelah itu, Zola bersikap tenang dengan raut wajah datar, tapi sorot matanya jelas terlihat dingin. Dia menunggu hingga Boris bangun, lalu keduanya duduk berhadapan di meja makan untuk sarapan.

Boris melirik Zola sekilas dan berkata, “Kamu bangun pagi sekali? Kenapa nggak tidur lebih lama?”

“Nanti mau ke perusahaan.”

“Bukannya semalam bilang capek? Istirahat beberapa hari dulu saja.”

“Kamu nggak perlu ke perusahaan?” Zola tidak menjawab, malah bertanya balik.

Boris mengerutkan kening. “Nanti Jesse datang jemput aku. Nanti sore ada acara makan bersama.”

“Hmm, oke.” Zola menghabiskan seteguk susu terakhir. Kemudian, dia mengambil tisu dan menyeka mulutnya. Dia melihat ke arah Boris dan berkata, “Kalau begitu aku bantu kemas pakaianmu. Nanti kamu bawa pergi sekalian.”

Raut wajah Boris seketika menjadi dingin. Dia meletakka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 215

    Akan tetapi, Zola justru sangat peduli dengan hal-hal detail. Jelas-jelas Boris tahu Zola akan khawatir dan bersalah, tapi Boris tetap melakukannya. Pria itu memilih tidak minum obat dan membiarkan dirinya terus demam demi membuat Zola merasa bersalah.Zola bersikukuh dan berkata lagi, “Boris, sebenarnya perceraian baik untuk kita berdua. Kamu bisa menikah dengan Tyara dan aku bisa bebas.”“Kamu buat pertimbangan seperti itu untukku, apakah aku harus berterima kasih padamu?” tukas Boris dengan sinis.“Bukan tentang berterima kasih, hanya saling memenuhi keinginan satu sama lain.”“Kamu pikir kalau sudah cerai aku bisa nikahi Tyara. Lantas bagaimana denganmu? Setelah cerai, kamu akan nikah dengan siapa? Mahendra atau Jeffry?”“Kenapa setelah cerai aku harus menikah lagi? Aku merasa sendiri lebih baik.”“Huh.” Boris menatapnya dengan wajah penuh amarah. “Jadi kamu bersikeras mau cerai?”“Iya.”“Kalau begitu tunjukkan ketulusanmu. Kalau nggak, kenapa aku harus ikuti permintaanmu?” Usai be

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 216

    Zola mengetik isinya sesuai dengan Surat Pernyataan Cerai yang diberikan Boris yang masih ada dalam ingatannya. Kemudian, dia mencetak surat itu dan membubuhkan tanda tangan serta namanya.Saat nama Zola Leonarto tertulis rapi di bawah tanda tangan orang yang menandatangi surat, Zola tahu itu artinya pernikahannya juga akan segera berakhir. Namun, semua sudah mencapai titik ini. Dia harus terus melihat ke depan, tidak boleh ragu-ragu juga tidak boleh goyah.Zola memasukkan surat itu ke dalam amplop dan mengirimkannya menggunakan kurir ke kantor CEO Morrison Group dan harus diterima oleh Boris sendiri. Usai melakukan semua itu, Zola merasa lemas tak bertenaga. Kedua matanya tampak kosong. Wajah cantiknya juga tidak memiliki ekspresi apa pun.Zola pikir dirinya sudah siap mental dan tidak akan merasakan apa pun lagi, tapi saat ini hatinya masih sangat sakit. Dia memberitahu secara langsung kepada pria yang paling dia cintai kalau dia mau cerai. Hanya Langit yang tahu betapa tersiksanya Z

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 217

    Suasana di antara mereka pun jadi hening. Segera, terdengar suara Jesse yang datang untuk mengingatkan Boris di ujung sana. “Pak Boris, rapat akan segera dimulai. Pak Boris ....”“Zola, aku akan beri kamu waktu untuk menyerah soal itu, tapi aku nggak akan setuju. Mengerti?”Kata-kata Boris begitu tegas, tidak mau diajak bernegosiasi, juga tidak terima penolakan. Dia pun segera memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban Zola.Boris melemparkan ponselnya ke atas meja, lalu mengangkat tangannya untuk melonggarkan dasinya dengan kasar. Sorot matanya sangat suram dan tajam, seolah-olah bisa membunuh orang dengan tatapannya itu. Dia menatap Jesse dengan dingin dan berkata, “Ke rumah Kakek dan suruh mamaku coba cari tahu apa maksud Zola.”Apa alasan Zola begitu ngotot mau cerai? Apakah hanya karena Boris tidak mencintainya? Apakah cinta itu penting? Apakah Boris masih tidak cukup baik padanya?Boris melirik surat pernyataan cerai di mejanya. Sorot matanya semakin gelap dan tajam. Kemudian, d

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 218

    Jesse mengangguk. “Oke, saya akan segera selidiki masalah ini.”Usai berkata, Jesse bersiap keluar dari ruangan. Tiba-tiba Boris berkata, “Ada apa dengan Tyara?”Jesse tertegun, lalu segera menjelaskan, “Bu Tyara tanya kapan Pak Boris bisa temani dia menemui psikiater. Saya bilang Pak Boris sedang rapat, nggak bisa terima telepon. Kalau ada apa-apa, tunggu Pak Boris nggak sibuk baru hubungi kembali.”Boris memasang raut wajah datar, lalu bergumam pelan, “Hmm.”Jesse menatap Boris, lalu dia mendengar Boris bertanya, “Kamu sudah telepon mamaku?”“Sudah, tapi Bu Rosita bilang ....”“Bilang apa?”“Bu Rosita bilang Pak Boris bujuk saja istri sendiri.” Jesse menghadapi risiko dipecat dengan menyampaikan yang sebenarnya kepada bosnya itu.Raut wajah Boris tampak dingin. Dia menyipitkan matanya tanpa mengatakan apa-apa lagi. Jesse juga cepat-cepat keluar dari ruangan tanpa menimbulkan suara, meninggalkan Boris duduk sendirian di ruang rapat yang besar itu.Sikap tegas Zola terus muncul di bena

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 219

    Rosita mengangguk tanda mengerti, tapi jauh di lubuk hatinya dia merasa kalau Mahendra agak sulit diajak bergaul. Jadi dia tidak mau banyak bicara, tidak ingin menimbulkan masalah pada Zola.Sesampainya di kantor Zola, Zola segera berdiri dan menyambut Rosita. “Ma, lain kali Mama langsung ke sii saja. Nggak perlu tunggu di bawah. Kalau aku lagi sibuk, Mama bisa tunggu sambil duduk di sini.”“Kalau begitu aku boleh sering-sering datang ke sini?”“Tentu saja boleh.”“Zola benar-benar baik.” Rosita menatap Zola sambil tersenyum. Wajahnya penuh dengan kasih sayang, bahkan bisa dirasakan dengan jelas oleh orang luar seperti Caca. Siapa bilang ibu mertua dan menantu sudah pasti tidak bisa akur? Hanya tidak cocok saja.Caca tidak mengganggu mereka. Dia pun berkata dengan suara pelan, “Bu Zola, Bu Rosita, kalian ngobrol dulu. Saya pergi kerja dulu.”“Baik, terima kasih, ya,” jawab Rosita dengan sopan.Hati Caca meleleh karena sikap ramah Rosita. Dia segera meninggalkan ruangan itu dan menutup

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 220

    Entah Boris takut atau tidak, tapi dia sungguh tidak menganggapnya serius. Rosita tidak membalas pesan Boris lagi. Karena Zola sudah selesai kerja. Zola sedang mengemas barangnya, lalu melihat ke arah Rosita.“Ma, Mama sudah pikirkan nanti mau makan di mana?” tanya Zola.Rosita mengangguk. “Bagaimana kalau kita makan di restoran Barat? Kita sesama perempuan juga ingin makan di tempat yang romantis.”Kata “kita sesama perempuan” yang keluar dari mulut Rosita membuat Zola spontan tertawa. Ibu mertuanya ini sungguh supel. “Oke, terserah Mama,” kata Zola.Zola bergelayut di tangan Rosita sambil berjalan keluar dari ruangannya. Kemudian, dia pesan kepada Caca, “Nanti sore aku mungkin nggak kembali ke sini lagi. Kalau ada apa-apa, cari Pak Mahendra saja.”Caca mengangguk dan berkata ya. Saat melewati ruangan Mahendra, Zola melihat pintu ruangan pria itu terbuka. Dia pun berkata pada Rosita, “Ma, tunggu sebentar.”“Oke,” jawab Rosita.Zola berjalan ke depan pintu ruangan Mahendra dan mengetuk

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 221

    Si penelepon mungkin mengatakan sesuatu yang membuat Rosita puas. Rosita langsung tersenyum. “Oke, kalau begitu aku terpaksa terima. Nanti aku hubungi lagi.”Kemudian, Rosita mengakhiri panggilan. Dia meletakkan ponselnya dengan senyum lebar merekah di wajahnya. Dia menatap Zola dan memulai topik yang menjadi tujuannya menemui Zola hari ini.“Zola, kamu terbiasa tinggal di luar?” tanya Rosita.Zola menatap ibu mertuanya. Sudah beberapa hari sejak dia pindah. Tidak mungkin keluarga Morrison tidak tahu soal itu. Hanya saja, baik Hartono maupun Rosita tidak menanyakan hal itu pada Zola. Jadi Zola juga tidak berinisiatif membicarakan hal itu. Sebenarnya, Zola sedikit bingung ketika mendengar pertanyaan ibu mertuanya.Zola mengerutkan bibir dan bertanya, “Ma, Mama dan Kakek akan menyalahkan aku, nggak?”“Tentu saja nggak, Sayang. Kenapa kamu berpikir seperti itu? Memangnya biasa aku jahat sama kamu, ya?”Rosita tersenyum tipis. Dari kata-katanya ada kelembutan. Zola segera menggelengkan kep

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 222

    orang itu adalah Selena dan Lydia. Selena memakai pakaian yang membuatnya terlihat lembut dan bermartabat. Tutur kata dan tingkah lakunya menunjukkan aura seorang perempuan dari keluarga terhormat. Dia tersenyum lembut dan menyapa, “Tante.”Kemudian, Selena melihat ke arah Zola. Bukannya menyapa, dia malah memberitahu ibunya. “Ma, ada Tante Rosita dan Zola.”Lydia segera menoleh ketika mendengar perkataan Selena. Dia pun tersenyum. “Lama nggak jumpa. Kebetulan bisa bertemu di sini hari ini.”“Iya, kebetulan sekali. Aku nggak menyangka akan bertemu dengan kamu dan Selena di sini.” Rosita bersikap biasa-biasa saja, tidak terlalu ramah juga tidak terlalu ketus.Lydia hanya tersenyum. Setelah berbasa-basi dengan besannya, dia baru berkata dengan nada tidak senang, “Zola, kenapa kamu nggak sopan sekali? Lihat aku sama sekali nggak panggil.”Suasana hati dan ekspresi Zola telah kembali normal. Dia melihat Lydia dan memanggilnya, “Ma ....”Melihat situasi ini, Rosita segera berkata, “Jangan t

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status