Semua Bab Jeratan Mantan Suami: Bab 221 - Bab 230

554 Bab

Bab 221

Si penelepon mungkin mengatakan sesuatu yang membuat Rosita puas. Rosita langsung tersenyum. “Oke, kalau begitu aku terpaksa terima. Nanti aku hubungi lagi.”Kemudian, Rosita mengakhiri panggilan. Dia meletakkan ponselnya dengan senyum lebar merekah di wajahnya. Dia menatap Zola dan memulai topik yang menjadi tujuannya menemui Zola hari ini.“Zola, kamu terbiasa tinggal di luar?” tanya Rosita.Zola menatap ibu mertuanya. Sudah beberapa hari sejak dia pindah. Tidak mungkin keluarga Morrison tidak tahu soal itu. Hanya saja, baik Hartono maupun Rosita tidak menanyakan hal itu pada Zola. Jadi Zola juga tidak berinisiatif membicarakan hal itu. Sebenarnya, Zola sedikit bingung ketika mendengar pertanyaan ibu mertuanya.Zola mengerutkan bibir dan bertanya, “Ma, Mama dan Kakek akan menyalahkan aku, nggak?”“Tentu saja nggak, Sayang. Kenapa kamu berpikir seperti itu? Memangnya biasa aku jahat sama kamu, ya?”Rosita tersenyum tipis. Dari kata-katanya ada kelembutan. Zola segera menggelengkan kep
Baca selengkapnya

Bab 222

orang itu adalah Selena dan Lydia. Selena memakai pakaian yang membuatnya terlihat lembut dan bermartabat. Tutur kata dan tingkah lakunya menunjukkan aura seorang perempuan dari keluarga terhormat. Dia tersenyum lembut dan menyapa, “Tante.”Kemudian, Selena melihat ke arah Zola. Bukannya menyapa, dia malah memberitahu ibunya. “Ma, ada Tante Rosita dan Zola.”Lydia segera menoleh ketika mendengar perkataan Selena. Dia pun tersenyum. “Lama nggak jumpa. Kebetulan bisa bertemu di sini hari ini.”“Iya, kebetulan sekali. Aku nggak menyangka akan bertemu dengan kamu dan Selena di sini.” Rosita bersikap biasa-biasa saja, tidak terlalu ramah juga tidak terlalu ketus.Lydia hanya tersenyum. Setelah berbasa-basi dengan besannya, dia baru berkata dengan nada tidak senang, “Zola, kenapa kamu nggak sopan sekali? Lihat aku sama sekali nggak panggil.”Suasana hati dan ekspresi Zola telah kembali normal. Dia melihat Lydia dan memanggilnya, “Ma ....”Melihat situasi ini, Rosita segera berkata, “Jangan t
Baca selengkapnya

Bab 223

“Lihat, Selena benar-benar pengertian.” Hanya ada sedikit pujian dalam kata-kata Rosita, sama sekali berbeda dengan pujiannya terhadap Luna.Boris juga mengerti maksud ibunya. Tentu saja dia tidak akan membantah perkataan ibunya. Dia hanya bertanya dengan suara pelan, “Bukannya mau beli sesuatu?”“Kalau begitu ayo kita pergi dulu.”Usai berkata, Rosita meraih tangan Zola dan membawanya keluar. Setelah keluar dari toko, dia baru menjelaskan dengan lembut kepada Zola.“Zola, bukannya Mama sengaja sembunyikan dari kamu. Mama hanya ingin dia yang bayar belanjaan kita hari ini. Kamu jangan marah sama Mama, ya?”Rosita sudah berkata seperti itu. Bagaimana Zola masih bisa benar-benar marah? Tentu saja Zola tidak bisa marah.“Mama mau beli apa?” tanya Zola.“Kita pergi lihat-lihat dulu,” kata Rosita sembari menunjuk ke arah toko barang mewah tidak jauh dari mereka.Rosita adalah seorang kolektor perhiasan terkenal di kalangannya. Dia memiliki berbagai perhiasan edisi terbatas dan yang sudah ti
Baca selengkapnya

Bab 224

Boris menyipitkan matanya sedikit. Ada sedikit kelembutan di raut wajah serta tatapannya. “Kalau Mama merasa cocok berarti cocok.”“Lihat saja, Boris juga ngomong seperti itu. Zola, kamu masih mau tolak?” kata Rosita sambil tersenyum.Zola juga melihat ke arah Boris. Dia mengulurkan tangan dan menarik sudut baju Boris, lalu berkata dengan suara pelan, “Boris, cepat bilang ke Mama, aku benar-benar nggak butuh.”Bagaimanapun juga, tidak lama lagi mereka akan bercerai. Jadi rasanya lebih tidak pantas lagi Zola menerima gelang itu. Namun, Boris malah meraih tangan Zola dan berkata, “Kalau Mama kasih, kamu terima saja. Lagi pula, dia punya banyak perhiasan.”Usai berkata, Boris memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan tanpa menunggu jawaban Zola lagi. Kulit Zola begitu putih. Gelang giok memberikan kesan klasik dan bermartabat. Namun, Zola memiliki aura yang dingin dan bersinar. Saat Zola memakai gelang itu, ternyata begitu cocok.Rosita sangat senang melihat adegan itu. “Zola, meskipun
Baca selengkapnya

Bab 225

Tyara pergi ke Morrison Group untuk mencekal Boris dengan alasan mau menemui psikiater. Setelah susah payah, akhirnya dia berhasil mencekal Boris. Dia pun mengikuti pria itu sampai ke mobil.Boris tidak menunjukkan emosi apa pun juga tidak berkomentar mengenai perbuatan Tyara. Tyara mengerutkan bibir dan bertanya dengan suara pelan, “Boris, kamu kelihatannya nggak senang. Aku sudah buat kamu marah, ya?”Boris melirik Tyara sekilas. Sorot matanya begitu dingin, membuat nyali Tyara seketika menciut. Tyara memberanikan diri untuk terus berkata, “Boris, aku bukannya sengaja mau ganggu kamu. Aku hanya nggak sabar ingin berbagi denganmu saran yang diberikan dokter padaku setelah aku ngobrol dengan dokter. Dokter bilang keadaanku nggak akan selalu seperti ini. Selama aku terus jalani pengobatan, aku pasti akan membaik.”“Hmm.” Boris hanya bergumam pelan.Ekspresi Tyara sedikit melembut. Dia menatap Boris sambil tersenyum tipis. “Boris, kamu kenapa? Kamu kelihatannya lagi nggak senang. Apakah
Baca selengkapnya

Bab 226

Mobil Boris sudah berada di bawah gedung perusahaan Zola. Dia mematikan mesin dan berhenti di pinggir jalan. Sesaat, dia menatap pintu gedung sambil melamun.Saat ini, sosok yang dikenalnya keluar dari gedung dengan senyum gembira di wajahnya. Sekalipun Boris tidak tahu apa yang orang itu bicarakan dengan pria di sebelahnya, Boris dengan jelas merasakan betapa bahagianya perempuan itu saat ini.Mata Boris menyipit. Tanpa sadar tangannya di setir mobil menegang. Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Zola.Boris melihat dengan mata kepalanya sendiri Zola mengeluarkan ponselnya, lalu senyuman di wajahnya tiba-tiba sirna. Setelah itu, dia mendengar suara perempuan itu. “Halo?”“Kamu lagi di mana?” tanya Boris.“Baru pulang kerja, mau pergi makan. Ada apa?” Nada bicaranya datar, hampir tidak ada gejolak emosi.Hal itu membuat Boris mendengus sinis. “Kalau nggak ada apa-apa aku nggak boleh telepon kamu?” tanya Boris lagi.“Boris, bukan itu maksudku.” Zola mengerutkan bibirnya dan
Baca selengkapnya

Bab 227

Suara Zola yang dingin membuat bibir tipis Boris terangkat hingga membentuk seulas senyum dingin. Dia mengerutkan kening dan berkata, “Menurutku itu nggak bisa digunakan sebagai alasan untuk bercerai. Tapi kamu yakin ingin terus bicara denganku seperti ini? Sekarang kamu ke sini, aku pilih untuk percaya kamu kali ini.”Zola tertawa tanpa daya. “Boris, kamu masih belum tahu di mana letak masalah di antara kita? Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan sepenuhnya hanya dengan aku pergi dan masuk ke mobilmu. Ini ketidakpercayaan terhadap satu sama lain. Sekalipun hari ini aku pergi ke mobilmu, bagaimana dengan lain kali?”“Jadi kamu nggak mau ke mobilku, lebih memilih pergi makan bareng Mahendra?”“Aku nggak tahu kamu akan datang. Tapi aku sudah buat janji dengannya. Jadi aku nggak mau ingkar janji.”“Zola!” Suara Boris menjadi sangat dingin. “Kamu benar-benar ingin buat aku marah?”“Kalau kamu marah hanya karena hal sekecil ini, maka aku benar-benar nggak tahu harus berbuat apa lagi.”Ba
Baca selengkapnya

Bab 228

Pasti ada sebabnya mengapa sebuah proyek yang sudah berjalan, bahkan berjalan dengan baik, tiba-tiba terhenti.Mahendra tetap berkata dengan nada cemas, “Barusan Pak Wanto telepon dan beritahu aku. Dia nggak bilang alasannya. Hanya bilang perintah dari atasan.”Perintah dari atasan? Siapa maksudnya? Zola mengerutkan bibirnya. Sorot matanya menjadi dingin. “Oke, aku mengerti.”“Zola, apakah Boris melakukan ini agar kamu nggak cerai dengannya?” Pada akhirnya, Mahendra tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.Zola tidak menjawab, dia hanya berkata, “Pihak Stonerise mungkin juga sudah tahu. Kita lihat apa yang mereka katakan dulu.”Mahendra tidak terus menuntut jawaban Zola. Dia hanya bergumam pelan dan berpesan, “Zola, jangan panik dulu. Aku coba cari tahu dulu apa alasannya.”“Oke, maaf sudah merepotkan kamu.”Setelah menutup telepon. Zola menjatuhkan ponselnya dan turun dari tempat tidur. Dia membuka tirai jendela kamar tidurnya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia melihat cuaca yang b
Baca selengkapnya

Bab 229

Kamu yang hentikan proyek kerja sama?”“Iya, aku.”Boris tidak berniat menyembunyikan atau menyangkal. Dia menjatuhkan pena di tangannya dan bersandar di kursinya. Kemudian, dia mengambil sebatang rokok dan menyalahkannya. Sikapnya begitu acuh tak acuh.Zola menyipitkan matanya. Raut wajahnya sedikit membeku. Sebenarnya dia sudah memenangkan diri ketika menunggu di luar. Namun sekarang, rasa tidak senang dan amarah di dalam hatinya meluap kembali ketika dia melihat sikap Boris. Dia berusaha menahan rasa kesalnya dan bertanya, “Boris, kenapa kamu lakukan ini? Bukan hanya aku yang dapat keuntungan dari proyek ini. Stonerise juga mengandalkan proyek ini untuk membayar seluruh karyawannya tahun ini. Pada akhirnya, yang rugi bukan hanya aku dan Stonerise. Morrison Group juga.”Raut wajah Boris berubah sedikit, tapi tidak ada banyak reaksi. Sikapnya tetap acuh tak acuh. “Nggak ada alasan. Aku hanya merasa nggak puas dengan proyek ini dan nggak mau bekerja sama lagi.”Hanya merasa tidak puas
Baca selengkapnya

Bab 230

Boris menggertakkan giginya, membuat rahangnya mengeras, benar-benar seperti akan hancur pada detik berikutnya. Matanya yang hitam juga begitu dingin.Boris menyipitkan mata dan berkata, “Keluar dari sini mumpung aku nggak ingin lakukan apa pun padamu.”Akan tetapi, Zola tetap berdiri di tempat, sama sekali tidak bergerak. Tampaknya dia juga tidak berniat pergi.“Karena aku nggak bisa yakinkan kamu untuk teruskan kerja sama, aku seharusnya punya hak untuk suruh kamu tandatangani surat gugatan cerai yang aku kirimkan ke kamu dan bawa pergi surat itu, bukan?”“Zola, kamu nggak mengerti apa yang aku katakan? Kamu benar-benar ingin buat aku marah?”“Boris, bukannya kamu bilang kamu nggak ingin lihat aku lagi? Kalau begitu cepat tandatangani surat itu dan selesaikan perceraian kita. Dengan begitu, aku nggak akan pernah muncul di hadapanmu lagi dan buat kamu kesal.”“Zola!” Boris meneriakkan nama Zola dengan suara berat dan serak. Hanya satu kata, tapi terasa jelas betapa marahnya dia saat i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
56
DMCA.com Protection Status