Share

Bab 224

Author: Jus Pir
Boris menyipitkan matanya sedikit. Ada sedikit kelembutan di raut wajah serta tatapannya. “Kalau Mama merasa cocok berarti cocok.”

“Lihat saja, Boris juga ngomong seperti itu. Zola, kamu masih mau tolak?” kata Rosita sambil tersenyum.

Zola juga melihat ke arah Boris. Dia mengulurkan tangan dan menarik sudut baju Boris, lalu berkata dengan suara pelan, “Boris, cepat bilang ke Mama, aku benar-benar nggak butuh.”

Bagaimanapun juga, tidak lama lagi mereka akan bercerai. Jadi rasanya lebih tidak pantas lagi Zola menerima gelang itu. Namun, Boris malah meraih tangan Zola dan berkata, “Kalau Mama kasih, kamu terima saja. Lagi pula, dia punya banyak perhiasan.”

Usai berkata, Boris memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan tanpa menunggu jawaban Zola lagi. Kulit Zola begitu putih. Gelang giok memberikan kesan klasik dan bermartabat. Namun, Zola memiliki aura yang dingin dan bersinar. Saat Zola memakai gelang itu, ternyata begitu cocok.

Rosita sangat senang melihat adegan itu. “Zola, meskipun
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 225

    Tyara pergi ke Morrison Group untuk mencekal Boris dengan alasan mau menemui psikiater. Setelah susah payah, akhirnya dia berhasil mencekal Boris. Dia pun mengikuti pria itu sampai ke mobil.Boris tidak menunjukkan emosi apa pun juga tidak berkomentar mengenai perbuatan Tyara. Tyara mengerutkan bibir dan bertanya dengan suara pelan, “Boris, kamu kelihatannya nggak senang. Aku sudah buat kamu marah, ya?”Boris melirik Tyara sekilas. Sorot matanya begitu dingin, membuat nyali Tyara seketika menciut. Tyara memberanikan diri untuk terus berkata, “Boris, aku bukannya sengaja mau ganggu kamu. Aku hanya nggak sabar ingin berbagi denganmu saran yang diberikan dokter padaku setelah aku ngobrol dengan dokter. Dokter bilang keadaanku nggak akan selalu seperti ini. Selama aku terus jalani pengobatan, aku pasti akan membaik.”“Hmm.” Boris hanya bergumam pelan.Ekspresi Tyara sedikit melembut. Dia menatap Boris sambil tersenyum tipis. “Boris, kamu kenapa? Kamu kelihatannya lagi nggak senang. Apakah

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 226

    Mobil Boris sudah berada di bawah gedung perusahaan Zola. Dia mematikan mesin dan berhenti di pinggir jalan. Sesaat, dia menatap pintu gedung sambil melamun.Saat ini, sosok yang dikenalnya keluar dari gedung dengan senyum gembira di wajahnya. Sekalipun Boris tidak tahu apa yang orang itu bicarakan dengan pria di sebelahnya, Boris dengan jelas merasakan betapa bahagianya perempuan itu saat ini.Mata Boris menyipit. Tanpa sadar tangannya di setir mobil menegang. Dia pun mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Zola.Boris melihat dengan mata kepalanya sendiri Zola mengeluarkan ponselnya, lalu senyuman di wajahnya tiba-tiba sirna. Setelah itu, dia mendengar suara perempuan itu. “Halo?”“Kamu lagi di mana?” tanya Boris.“Baru pulang kerja, mau pergi makan. Ada apa?” Nada bicaranya datar, hampir tidak ada gejolak emosi.Hal itu membuat Boris mendengus sinis. “Kalau nggak ada apa-apa aku nggak boleh telepon kamu?” tanya Boris lagi.“Boris, bukan itu maksudku.” Zola mengerutkan bibirnya dan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 227

    Suara Zola yang dingin membuat bibir tipis Boris terangkat hingga membentuk seulas senyum dingin. Dia mengerutkan kening dan berkata, “Menurutku itu nggak bisa digunakan sebagai alasan untuk bercerai. Tapi kamu yakin ingin terus bicara denganku seperti ini? Sekarang kamu ke sini, aku pilih untuk percaya kamu kali ini.”Zola tertawa tanpa daya. “Boris, kamu masih belum tahu di mana letak masalah di antara kita? Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan sepenuhnya hanya dengan aku pergi dan masuk ke mobilmu. Ini ketidakpercayaan terhadap satu sama lain. Sekalipun hari ini aku pergi ke mobilmu, bagaimana dengan lain kali?”“Jadi kamu nggak mau ke mobilku, lebih memilih pergi makan bareng Mahendra?”“Aku nggak tahu kamu akan datang. Tapi aku sudah buat janji dengannya. Jadi aku nggak mau ingkar janji.”“Zola!” Suara Boris menjadi sangat dingin. “Kamu benar-benar ingin buat aku marah?”“Kalau kamu marah hanya karena hal sekecil ini, maka aku benar-benar nggak tahu harus berbuat apa lagi.”Ba

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 228

    Pasti ada sebabnya mengapa sebuah proyek yang sudah berjalan, bahkan berjalan dengan baik, tiba-tiba terhenti.Mahendra tetap berkata dengan nada cemas, “Barusan Pak Wanto telepon dan beritahu aku. Dia nggak bilang alasannya. Hanya bilang perintah dari atasan.”Perintah dari atasan? Siapa maksudnya? Zola mengerutkan bibirnya. Sorot matanya menjadi dingin. “Oke, aku mengerti.”“Zola, apakah Boris melakukan ini agar kamu nggak cerai dengannya?” Pada akhirnya, Mahendra tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.Zola tidak menjawab, dia hanya berkata, “Pihak Stonerise mungkin juga sudah tahu. Kita lihat apa yang mereka katakan dulu.”Mahendra tidak terus menuntut jawaban Zola. Dia hanya bergumam pelan dan berpesan, “Zola, jangan panik dulu. Aku coba cari tahu dulu apa alasannya.”“Oke, maaf sudah merepotkan kamu.”Setelah menutup telepon. Zola menjatuhkan ponselnya dan turun dari tempat tidur. Dia membuka tirai jendela kamar tidurnya dengan wajah tanpa ekspresi. Dia melihat cuaca yang b

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 229

    Kamu yang hentikan proyek kerja sama?”“Iya, aku.”Boris tidak berniat menyembunyikan atau menyangkal. Dia menjatuhkan pena di tangannya dan bersandar di kursinya. Kemudian, dia mengambil sebatang rokok dan menyalahkannya. Sikapnya begitu acuh tak acuh.Zola menyipitkan matanya. Raut wajahnya sedikit membeku. Sebenarnya dia sudah memenangkan diri ketika menunggu di luar. Namun sekarang, rasa tidak senang dan amarah di dalam hatinya meluap kembali ketika dia melihat sikap Boris. Dia berusaha menahan rasa kesalnya dan bertanya, “Boris, kenapa kamu lakukan ini? Bukan hanya aku yang dapat keuntungan dari proyek ini. Stonerise juga mengandalkan proyek ini untuk membayar seluruh karyawannya tahun ini. Pada akhirnya, yang rugi bukan hanya aku dan Stonerise. Morrison Group juga.”Raut wajah Boris berubah sedikit, tapi tidak ada banyak reaksi. Sikapnya tetap acuh tak acuh. “Nggak ada alasan. Aku hanya merasa nggak puas dengan proyek ini dan nggak mau bekerja sama lagi.”Hanya merasa tidak puas

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 230

    Boris menggertakkan giginya, membuat rahangnya mengeras, benar-benar seperti akan hancur pada detik berikutnya. Matanya yang hitam juga begitu dingin.Boris menyipitkan mata dan berkata, “Keluar dari sini mumpung aku nggak ingin lakukan apa pun padamu.”Akan tetapi, Zola tetap berdiri di tempat, sama sekali tidak bergerak. Tampaknya dia juga tidak berniat pergi.“Karena aku nggak bisa yakinkan kamu untuk teruskan kerja sama, aku seharusnya punya hak untuk suruh kamu tandatangani surat gugatan cerai yang aku kirimkan ke kamu dan bawa pergi surat itu, bukan?”“Zola, kamu nggak mengerti apa yang aku katakan? Kamu benar-benar ingin buat aku marah?”“Boris, bukannya kamu bilang kamu nggak ingin lihat aku lagi? Kalau begitu cepat tandatangani surat itu dan selesaikan perceraian kita. Dengan begitu, aku nggak akan pernah muncul di hadapanmu lagi dan buat kamu kesal.”“Zola!” Boris meneriakkan nama Zola dengan suara berat dan serak. Hanya satu kata, tapi terasa jelas betapa marahnya dia saat i

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 231

    Di saat ada kesempatan, Zola berkata dengan suara dingin, “Tyara, seharusnya orang yang paling senang ketika aku mengajukan cerai adalah kamu, ‘kan?” Kenapa? Apa kamu nggak ingin menikah dengannya? Kalau begitu, aku bisa menarik kembali keputusanku. Tapi kamu jangan menyesal.”“Kamu berani?!” seru Tyara dengan mata terbelalak.Zola hanya tersenyum sinis dan berkata, “Jangan coba-coba memprovokasiku. Kalau nggak, aku juga nggak bisa menjamin apa yang akan aku lakukan. Kamu juga sudah lihat kalau dia yang nggak mau cerai. Jadi, menurutmu seberapa besar peluangmu untuk bersaing denganku?”Wajah Tyara membeku, tetapi dia tetap berusaha tenang sambil berkata, “Apa yang bisa kamu banggakan? Boris nggak setuju cerai denganmu karena ingin kamu melahirkan anak saja. kamu pikir kamu….”“Aaaa!” Tyara berteriak di lorong lift yang sepi. Ucapannya belum selesai diselesaikan, tetapi Zola tiba-tiba meraih kerahnya dan mendorongnya ke dinding. Dengan mata yang tampak dingin dia berkata, “Coba ulangi s

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 232

    “Bu Tyara mengatakan beberapa hal yang nggak menyenangkan dan membuat Ibu marah sehingga memukulnya.”Meski Jesse tidak melihatnya secara langsung, dia juga bisa menebaknya. Mungkin karena dia sudah setahun mengenal Zola dan tahu bahwa perempuan itu tidak akan memulai konflik dengan tanpa alasan.“Apa dia terluka atau lumpuh?” tanya Boris dengan dingin.“Nggak, Ibu hanya memberikan peringatan pada Bu Tyara.”Ekspresi Boris semakin dingin dan berkata, “Mulai hari ini, kamu nggak perlu lagi melaporkan semua tentang Zola pada saya.”Kali ini Jesse dibuat tercengang. Namun, dia tetap mengangguk dan menjawab, “Baik, Pak.”Apakah benar-benar tidak perlu melaporkan apa pun lagi? Jesse merasa ragu tetapi pada akhirnya dia tidak berani bertanya dan langsung keluar dari ruangan.Karena keputusan Boris, kini perusahaan Zola dalam keadaan krisis. Karena proyek ini menarik perhatian banyak pihak. Kabar tentang Boris mengakhiri kerja sama karena Zola membuat situasi semakin tegang.Pemilik Stonerise

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status