Beranda / CEO / Hazel Kesayangan Sergio / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Hazel Kesayangan Sergio: Bab 151 - Bab 160

444 Bab

Bab 151

"Sepertinya kondisimu kurang baik. Apa karena kamu kurang istirahat tadi malam?"Meski terlihat dingin, nada bicara Sergio penuh perhatian.Hazel tenggelam dalam rasa bersalah dan keningnya berkerut.Dia mengerutkan bibirnya. Rasa bersalah memenuhi hatinya, membuatnya tertekan hingga tidak bisa bernapas dengan baik."Om, aku minta maaf."Sergio duduk di sebelahnya, tetapi tidak sedekat sebelumnya, sedikit menjauh.Dia terdiam lama sebelum bertanya padanya, "Hazel, kamu takut padaku?"Hazel langsung menyangkal, "Nggak, kok!"Sergio memperlakukannya dengan sangat baik, mana mungkin Hazel takut kepadanya."Terus kenapa kamu menghindariku? Kamu menghindariku sejak tadi malam. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Bagian mana yang masih harus aku perbaiki?"Hazel menelan ludah dengan gugup, mengerucutkan bibir dan tidak berkata apa-apa.Dia tidak takut kepada Sergio, dia juga tidak menghindari Sergio.Hanya saja, dia khawatir ....Khawatir melakukan kesalahan yang sama seperti ibunya.Krisn
Baca selengkapnya

Bab 152

Setelah meninggalkan Grand Permata, Sergio langsung masuk ke dalam mobil.Ervan duduk di kursi pengemudi dan merasakan tekanan udara rendah datang dari kursi belakang, membuatnya bergidik.Dia mencoba menahan diri, tetapi akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Tuan, apa kita akan kembali ke perusahaan?"Sergio perlahan membuka matanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.Punggung Ervan langsung menegang, tidak berani bernapas keras-keras.Untungnya, Sergio segera membuang muka dan berkata kepadanya, "Pergi ke Locusa Bar.""Baik, Tuan."Meski agak terkejut, Ervan tetap mengikuti instruksi Sergio dan menyalakan mobil menuju Locusa Bar.Sergio menatap pemandangan di luar jendela mobil, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Rafael dan Vexal."Ketemu di Locusa Bar 20 menit lagi."Sekitar 20 menit kemudian, Ervan memarkir mobilnya di tempat parkir bawah tanah Locusa Bar.Sergio turun dari mobil, langsung keluar dari lift di tempat parkir menuju lantai paling atas dan masuk k
Baca selengkapnya

Bab 153

Ini juga tujuan Sergio mencari Rafael dan Vexal.Di antara mereka bertiga, Rafael lah yang paling paham soal wanita.Sedangkan Vexal, dia hanya pelengkap saja. Di usianya, dia bahkan belum pernah menjalin hubungan, jadi dia pasti tidak bisa membantu apa pun.Sergio berpikir sejenak dan memberi tahu keduanya tentang hubungannya dengan Hazel dalam dua hari terakhir.Dia menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Kabut yang dihembuskannya menyebar di udara, mengaburkan wajahnya yang dingin dan tajam.Rafael merenung sejenak lalu berkata dengan nada dilebih-lebihkan, "Sergio, kamu payah sekali. Sudah menikah lama, kenapa baru ciuman sekali?"Sergio, "..."Apakah ini intinya?Setelah menerima tatapan maut dari Sergio, Rafael segera mengalah, "Ya, ya, aku salah. Tolong jelaskan lebih lanjut. Apa sikap Hazel tiba-tiba jadi aneh? Apa nggak ada tanda-tandanya sebelumnya?"Sergio berpikir keras, lalu menggelengkan kepalanya, "Nggak."Jelas-jelas mereka sempat makan malam bersama kema
Baca selengkapnya

Bab 154

Jam sepuluh malam Sergio masih belum kembali.Setelah mandi, Hazel berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur.Dia bangun dengan kesal, lalu menelepon Sergio.Ini adalah panggilan ke sepuluh yang dia lakukan kepada Sergio. Namun, Sergio tidak menjawab panggilannya sekali pun.Mendengar nada sibuk di ujung telepon, pikiran Hazel langsung bergerak liar.Jangan bilang Sergio marah karena apa yang terjadi siang tadi!Hazel juga tidak sengaja ....Saat itu perasaannya sedang kalut, tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi Sergio.Jadi saat Sergio mendekat, dia menghindar tanpa sadar.Sebenarnya Hazel sangat menyesal saat melihat sorot mata Sergio yang penuh keterkejutan siang tadi.Terlepas dari apakah Sergio memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya saat ini Hazel adalah istri sahnya.Dia harus bertanya dengan jelas. Jika Sergio benar-benar memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya Sergio harus menjelaskannya padanya.Jika tidak ada ....Apa yang harus dilakukan jika Sergi
Baca selengkapnya

Bab 155

Mendengar jawaban Sergio, Hazel hampir menangis, tetapi dia tetap mencoba berunding dengannya, "Om, aku nggak bisa napas. Bisakah Om melonggarkan pelukan Om?"Sergio perlahan mengendurkan pelukannya, tetapi masih terus memeluknya.Dia tidak terlihat akan melepaskan Hazel.Hazel, "..."Jika bukan karena mencium bau alkohol yang menyengat dari tubuh Sergio, Hazel akan curiga kalau Sergio berpura-pura mabuk.Dia menarik napas dalam-dalam dan terus bertanya, "Bisakah Om duduk di sofa dulu? Aku capek berdiri terus."Sergio akhirnya dengan enggan mengangkat wajahnya dari bahu Hazel.Dia menggerakkan matanya ke bawah dan melihat Hazel berdiri dengan kaki telanjang tanpa mengenakan sandal rumah. Seketika, tatapannya langsung membeku.Matanya tertuju pada kaki putih Hazel dan jakunnya bergerak naik turun beberapa kali. Lalu, dia menggendong Hazel.Hazel langsung berteriak ketika tubuhnya tiba-tiba melayang di udara, dengan gugup memeluk leher Sergio.Baru setelah Sergio membaringkannya di sofa,
Baca selengkapnya

Bab 156

Menatap mata Sergio yang dalam dan gelap, hati Hazel gemetar.Wajah tampan Sergio begitu dekat, bahkan hampir menyentuhnya.Kalau Sergio bergerak sedikit saja, dia pasti sudah bisa mencium Hazel.Hazel membuang muka dengan panik, ketakutan yang dia rasakan menekan perasaan itu, membuatnya secara tidak sadar ingin melarikan diri.Namun, dia lupa kalau tangan Sergio masih menggenggam erat tangannya.Sergio saat ini dalam posisi setengah membungkuk. Begitu Hazel mundur, tubuh Sergio pun kembali condong ke depan.Dalam sekejap, tubuh Sergio terjatuh ke atas sofa dan menekan Hazel yang berada di bawahnya.Waktu seolah berhenti ....Suasana yang tercipta begitu tenang.Satu-satunya hal yang terdengar adalah suara detak jantung.Irama detak jantung yang terdengar lebih keras dari yang lainnya.Sergio menatap Hazel dengan sorot tergila-gila, jari-jarinya tanpa sadar menyentuh pipi halus dan lembut Hazel.Di mata sedalam kolam kuno itu, ada cinta mendalam yang telah terpendam selama bertahun-ta
Baca selengkapnya

Bab 157

Sergio tertegun, tidak menyangka Hazel akan menanyakan pertanyaan seperti itu.Dia melengkungkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan mengusap bagian atas rambut Hazel dengan lembut. Sorot matanya lembut dan penuh kasih."Hazel, kenapa tanya begitu? Aku baik padamu hanya karena kamu adalah kamu.""Hanya karena ... aku adalah aku?" gumam Hazel pelan.Sergio mengangguk, tatapan matanya dalam. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Hazel. "Kamu awalnya memang milikku, dari awal sampai akhir."Kalimat ini tidak dijelaskan lebih lanjut, membuat Hazel tidak bisa memahaminya.Belum sempat dia bertanya, Sergio menunduk dan mencium bibirnya.Bibir Hazel lembut dan halus, yang berkilau lembap di bawah sorot cahaya. Saat ini, bibirnya terlihat makin halus karena ciuman tadi.Aroma manis di bibir Hazel sepertinya membuat Sergio ketagihan.Sergio merasa tidak cukup tidak peduli seberapa lama dia mencium Hazel.Hazel merasa lemas dan berbaring di sofa, tidak berani bergerak.Pipi putihnya mul
Baca selengkapnya

Bab 158

Usai berganti pakaian, Sergio membantu merapikan selimut Hazel. Dia bahkan tidak sarapan dan langsung meminta sopir mengantarnya pergi ke rumah sakit.Sopir mengangguk setuju, menyalakan mesin mobil dan melaju ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Sergio langsung menuju bangsal Erlina.Erlina sedang duduk di ranjang rumah sakit sambil sarapan. Saat melihat Sergio, matanya langsung berbinar.Dia mengangkat selimut dengan tidak sabar dan turun dari tempat tidur. "Kak Sergio, kamu akhirnya datang. Aku sangat bosan terus tinggal di sini. Bisakah kamu membantuku keluar dari rumah sakit?"Nada centilnya memberikan kesan kalau hubungan mereka terlihat sangat erat.Sergio mengerutkan kening, menghindari uluran tangan Erlina dan langsung bertanya langsung ke pokok permasalahan, "Apa kemarin kamu bilang sesuatu sama Hazel?"Senyuman di bibir Erlina membeku dan sikapnya kembali normal dengan cepat.Dia mengedipkan matanya yang indah dan polos, menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Ngga
Baca selengkapnya

Bab 159

Sergio mencibir, lalu bertanya, "Istimewa? Kepadamu? Nona Erlina, pertama-tama, aku sudah menolakmu sejak lama. Kedua, aku nggak pernah menerima barang yang kamu berikan padaku. Terakhir, bunuh diri hanya akan berguna pada orang yang peduli padamu. Trikmu ini nggak mempan padaku."Setiap kata yang diucapkan Sergio bagaikan sebilah belati tajam, menusuk keras ke dalam hati Erlina.Erlina tak kuasa menahan tangisnya, air matanya berjatuhan.Dia maju selangkah, mencoba meraih lengan Sergio.Namun sebelum Erlina sempat mendekat, Sergio sudah mundur dua langkah dan sorot matanya makin dingin. "Maaf, aku sudah menikah dan harus menjaga jarak dengan orang lain selain istriku. Kalau ada yang ingin kamu katakan, berdiri saja di sana."Erlina diam-diam menggertakkan giginya, memandang Sergio dan berkata, "Apa menurutmu Hazel menikahimu karena dia menyukaimu? Dia hanya ingin memanfaatkanmu untuk membalas dendam pada Justin!"Mata Sergio sedikit menyipit dan sudut bibirnya melengkung membentuk sen
Baca selengkapnya

Bab 160

Saat bangun, Hazel menyadari bahwa dia terbaring sendirian di ranjang yang empuk.Melihat langit-langit yang sudah dikenalnya, tubuh Hazel langsung kaku, kenangan tadi malam tiba-tiba membanjiri pikirannya.Memikirkan sorot mata Sergio yang penuh nafsu, napas panas dan ciuman yang begitu dalam, rona merah perlahan merayapi pipinya.Hazel berguling-guling di tempat tidur beberapa kali sambil memegang selimut dan terus mengipasi dirinya dengan tangannya.Meski begitu, panas di wajahnya tidak kunjung hilang.Dia beranjak dari tempat tidur, mandi sebentar dan turun ke bawah.Sekarang masih pagi, tetapi Sergio sudah tidak terlihat di lantai bawah. Dia pasti sudah berangkat kerja.Saat melihat Hazel turun, Adam segera menghampiri dan menyapa sambil tersenyum, "Nyonya, sarapan sudah siap. Saya akan segera membawanya keluar."Hazel menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Nggak perlu, Pak Adam. Aku nggak nafsu mapan. Lagian juga mau ke kampus."Adam tiba-tiba menjadi serius, "Mana boleh nggak sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
45
DMCA.com Protection Status