Hazel berpura-pura tidak melihat perubahan ekspresi pegawai itu dan melambaikan tangannya dengan lembut. "Nggak apa-apa, aku telepon dulu saja."Dia mengeluarkan ponselnya, mencari nomor ponsel Ervan dan menghubunginya.Panggilan dijawab dengan cepat dan suara Ervan terdengar penuh keterkejutan, "Nyonya?""Ervan, apa Om ada di perusahaan? Aku membawakannya makan siang dan dia sudah ada di bawah."Ervan langsung terkesiap, yang terlihat jelas di ruang rapat yang sunyi.Mata Sergio menyapu ke arahnya seperti pisau dingin. Ervan segera merendahkan suaranya dan berkata kepada Hazel, "Nyonya, mohon tunggu sebentar."Dia menghadapi tatapan mata Sergio yang seakan ingin membunuhnya, lalu berbisik di telinganya, "Tuan, Nyonya datang membawakan makan siang dan sudah di bawah."Ekspresi Sergio tiba-tiba berubah ketika mendengar ini.Dia duduk dari kursi dan menatap Ervan dengan dingin. "Kenapa nggak bilang dari tadi?"Ervan tersenyum pahit dan ingin menjelaskan, tetapi Sergio tidak memberinya ke
Hazel yang mencoba bersabar pun akhirnya tidak bisa menahan amarahnya lagi.Senyuman cerah muncul di bibirnya. "Kalau aku berhasil, apa yang akan kamu lakukan?"Ejekan di mata Regina makin dalam. "Kalau kamu benar-benar berhasil, aku akan melakukan apa pun yang kamu mau!"Di mata Regina, Sergio jelas bukan tipe orang yang haus akan wanita.Selama bertahun-tahun bekerja di Perusahaan Hardwin, dia belum pernah melihat orang yang berhasil merayu Sergio.Bisa dibilang, selain Nyonya Sergio yang misterius, tidak ada wanita lain di sekitar Sergio.Alis Hazel terkembang dan matanya yang lembap berbinar cerah. Perlahan, dia berjalan melewati Regina.Regina tertegun dan tanpa sadar berbalik. Lalu, dia melihat Sergio berjalan keluar dari lift khusus untuk presdir.Wanita yang barusan dia ejek memeluk lengan Sergio sambil berkata, "Om!"Sergio menunduk dan menatapnya. Tatapannya yang selalu terlihat dingin, kini dipenuhi oleh senyuman, "Hazel, kenapa tiba-tiba datang ke mari?"Hazel mengangkat ko
Ada keheningan di luar pintu kantor Sergio. Lalu, suara hati-hati Ervan terdengar, "Tuan, Tuan Garda sudah sampai dan sudah menunggu di ruang rapat."Sergio memandang Hazel dengan tatapan meminta maaf. "Hazel, aku minta sopir antar kamu ke kampus dulu. Nanti sore kita ngobrol lagi, ya?"Hazel diam-diam menghela napas lega dan mengangguk mengiakan, "Om, lakukan saja pekerjaanmu. Jangan tunda pekerjaanmu karena aku."Sergio mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, berdiri dan beranjak pergi.Setelah Sergio pergi, Ervan masuk dan berkata dengan hormat kepada Hazel, "Nyonya, Tuan meminta saya mengantar Nyonya ke kampus."Hazel kembali tersadar dan berdiri dari sofa. "Ya, terima kasih, Pak Ervan.""Jangan sungkan, Nyonya. Ini memang sudah jadi tugas saya."Ervan membawa Hazel ke bawah dengan lift eksklusif. Begitu pintu lift terbuka, banyak mata melihat ke arah mereka.Ervan menatapnya dengan dingin dan berkata dengan suara yang dalam, "Apa yang kalian lakukan? Kalian nggak punya kerja
Setelah sampai di kampus, Hazel menarik Winda menuju ruang kelas. Dia mencari kursi untuk duduk dan mulai bergosip.Mata Winda terlihat berbinar. "Apa kemarin malam kamu pemikiranmu sudah terbuka? Ini masalah Tuan Sergio. Cepat ceritakan."Begitu teringat apa yang terjadi kemarin malam, wajah Hazel terasa panas dan langsung memerah.Dia menghindari tatapan Winda, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kelas sudah mau mulai. Kamu bawa bolpoin berapa, aku pinjam satu, dong."Winda langsung bisa menebak isi pikiran Hazel, jadi dia langsung merangkul leher Hazel dan tidak membiarkannya menghindar."Hazel, katakan dengan jujur dan jangan menghindar. Cepat ceritakan kepadaku."Pipi Hazel menggelembung, lalu dia mengatakan, "Nggak ada yang perlu diceritakan. Sudah mau mulai kelasnya.""Aku nggak peduli. Jangan harap kamu bisa pergi sebelum aku bisa dengar ceritamu."Hazel tidak berdaya dan menyerah untuk memberontak, hanya menjatuhkan kepalanya di pundak Winda.Dia berpikir sejenak dan bertanya, "
Hazel mengangguk, lalu menjawab, "Ya, sepertinya memang cuma bisa begitu."Saat pulang ke rumah nanti, dia akan menanyakannya kepada Sergio.Apa yang dikatakan Winda juga sangat masuk akal. Daripada menyiksa diri seperti ini, lebih baik tanyakan secara langsung.Setidaknya dia tidak perlu berpikir macam-macam.Saat keraguan dalam hati teratasi, hati Hazel juga menjadi lega dan dia bisa fokus mengikuti kelas.Setelah dua jam mata kuliah berakhir, waktu sudah siang.Ketika Hazel sedang mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi, dia mendengar suara marah Winda. "Keterlaluan. Mereka benar-benar keterlaluan!"Hazel menariknya menuju kantin, lalu bertanya, "Ada apa?"Winda menyerahkan ponselnya pada Hazel, lalu mencibir, "Lihat sendiri, benar-benar nggak tahu malu. Mereka mesra-mesraan sampai di kampus. Sekarang semua orang bilang kalau kamu dicampakkan."Hazel mengambil ponsel Winda dan melihatnya, menyadari bahwa apa yang Winda tunjukkan adalah unggahan terbaru di forum kampus.It
Ekspresi Justin dan Darra langsung berubah saat mendengar apa yang dikatakan Hazel.Justin menjadi marah. "Hazel, coba katakan lagi!""Aku lagi malas ngomong." Hazel menyilangkan tangan dan menatapnya. "Kenapa, kamu ingin memukulku, keponakanku?"Hazel secara khusus menekankan kata terakhir dengan menyunggingkan senyuman sinis.Ketika Justin mendengar kata keponakan, wajahnya langsung muram, sorot matanya berubah dingin dan tinjunya mengepal."Hazel, sudah cukup! Kalau kamu nggak merayu Om Sergio, mana mungkin Om Sergio bakal tertarik sama kamu!""Justin, kamu masih sepayah itu rupanya. Apa kamu tahu seberapa serius bahaya dari mengatakan itu kepada perempuan?"Winda ingin menampar Justin kuat-kuat.Sebagai teman Hazel, dia lebih tahu dari siapa pun betapa besar ketidakadilan yang Hazel derita karena Justin.Dia memang sudah sejak lama tidak menyukai Justin, bajingan sialan ini.Hazel menghentikannya tepat waktu, mengangkat tangannya dan menampar Justin dengan keras."Justin, sebelumny
Justin dan Darra terpaku di tempatnya.Mata mereka terbelalak dan rasa takut menyeruak di dalam hati mereka.Sergio berdiri di depan Justin, menatapnya dengan sorot dingin. "Justin, minta maaf."Justin ketakutan oleh sorot mata dingin dan tajam Sergio. Dia bahkan kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri."Om, aku ....""Minta maaf! Jangan sampai aku mengulanginya lagi."Justin menatap Sergio selama beberapa saat. Pada akhirnya, dia tidak tahan lagi dan menundukkan kepalanya."Tante, maaf.""Yang keras! Kamu nggak dikasih makan?"Wajah Justin memerah dan dia mengulangi dengan nada lebih keras, "Tante, maaf."Sergio akhirnya menarik pandangannya kembali dengan puas, lalu berjalan ke depan Hazel."Hazel, maaf aku datang terlambat. Kamu jadi diganggu begini."Hazel kembali tersadar dari keterkejutannya. Saat ini, sorot matanya terlihat bingung. "Om, kenapa bisa ada di sini?"Hazel tersenyum dan mengusap kepala Hazel, baru menjawab, "Kamu akan tahu nanti."Hazel makin bingung, tidak paham m
Menatap mata Sergio yang dalam dan gelap, hati Hazel bergetar.Dia membuang muka dengan panik, menarik Sergio dan hendak pergi."Om, ayo pergi."Dia terlalu malas untuk terus terlibat dengan Justin dan yang lainnya.Mata Sergio tertuju pada tangan Hazel yang memegang pergelangan tangannya, tanpa sadar sudut mulutnya tertarik membentuk senyum tipis.Dia menatap Justin dan Darra dengan dingin dan membiarkan Hazel membawanya pergi.Setelah berjalan agak jauh, Hazel berhenti dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Om, kenapa Om datang ke kampus?"Sergio tersenyum dan mengusap bagian atas rambut Hazel. "Tebak."Hazel menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu. Om, cepat katakan saja!"Sergio masih menolak mengungkapkan sepatah kata pun, hanya mengatakan bahwa Hazel akan mengetahuinya sore nanti.Hazel tidak punya pilihan selain menyerah.Meski Winda tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia terus mengamati interaksi antara Hazel dan Sergio.Entah seberapa keras dia berpikir, dia merasa bahwa Serg
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya