Ekspresi Justin dan Darra langsung berubah saat mendengar apa yang dikatakan Hazel.Justin menjadi marah. "Hazel, coba katakan lagi!""Aku lagi malas ngomong." Hazel menyilangkan tangan dan menatapnya. "Kenapa, kamu ingin memukulku, keponakanku?"Hazel secara khusus menekankan kata terakhir dengan menyunggingkan senyuman sinis.Ketika Justin mendengar kata keponakan, wajahnya langsung muram, sorot matanya berubah dingin dan tinjunya mengepal."Hazel, sudah cukup! Kalau kamu nggak merayu Om Sergio, mana mungkin Om Sergio bakal tertarik sama kamu!""Justin, kamu masih sepayah itu rupanya. Apa kamu tahu seberapa serius bahaya dari mengatakan itu kepada perempuan?"Winda ingin menampar Justin kuat-kuat.Sebagai teman Hazel, dia lebih tahu dari siapa pun betapa besar ketidakadilan yang Hazel derita karena Justin.Dia memang sudah sejak lama tidak menyukai Justin, bajingan sialan ini.Hazel menghentikannya tepat waktu, mengangkat tangannya dan menampar Justin dengan keras."Justin, sebelumny
Justin dan Darra terpaku di tempatnya.Mata mereka terbelalak dan rasa takut menyeruak di dalam hati mereka.Sergio berdiri di depan Justin, menatapnya dengan sorot dingin. "Justin, minta maaf."Justin ketakutan oleh sorot mata dingin dan tajam Sergio. Dia bahkan kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri."Om, aku ....""Minta maaf! Jangan sampai aku mengulanginya lagi."Justin menatap Sergio selama beberapa saat. Pada akhirnya, dia tidak tahan lagi dan menundukkan kepalanya."Tante, maaf.""Yang keras! Kamu nggak dikasih makan?"Wajah Justin memerah dan dia mengulangi dengan nada lebih keras, "Tante, maaf."Sergio akhirnya menarik pandangannya kembali dengan puas, lalu berjalan ke depan Hazel."Hazel, maaf aku datang terlambat. Kamu jadi diganggu begini."Hazel kembali tersadar dari keterkejutannya. Saat ini, sorot matanya terlihat bingung. "Om, kenapa bisa ada di sini?"Hazel tersenyum dan mengusap kepala Hazel, baru menjawab, "Kamu akan tahu nanti."Hazel makin bingung, tidak paham m
Menatap mata Sergio yang dalam dan gelap, hati Hazel bergetar.Dia membuang muka dengan panik, menarik Sergio dan hendak pergi."Om, ayo pergi."Dia terlalu malas untuk terus terlibat dengan Justin dan yang lainnya.Mata Sergio tertuju pada tangan Hazel yang memegang pergelangan tangannya, tanpa sadar sudut mulutnya tertarik membentuk senyum tipis.Dia menatap Justin dan Darra dengan dingin dan membiarkan Hazel membawanya pergi.Setelah berjalan agak jauh, Hazel berhenti dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Om, kenapa Om datang ke kampus?"Sergio tersenyum dan mengusap bagian atas rambut Hazel. "Tebak."Hazel menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu. Om, cepat katakan saja!"Sergio masih menolak mengungkapkan sepatah kata pun, hanya mengatakan bahwa Hazel akan mengetahuinya sore nanti.Hazel tidak punya pilihan selain menyerah.Meski Winda tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia terus mengamati interaksi antara Hazel dan Sergio.Entah seberapa keras dia berpikir, dia merasa bahwa Serg
Mungkin ini memang sudah waktunya bagi mereka untuk berbicara secara terbuka.Sergio berdiri di sana, menatap punggung Hazel untuk waktu yang lama. Sorot matanya begitu dalam, tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.Di sisi lain, Hazel dan Winda memasuki kelas dan mencari tempat duduk.Semua orang membicarakan siapa yang akan datang kali ini.Dulu, setiap ada acara publisitas, pihak kampus akan mengungkap identitas tamu terlebih dahulu.Namun, acara kali ini terkesan sangat misterius dan tidak ada yang tahu siapa yang datang.Saat Darra dan Justin masuk, mereka langsung melihat Hazel dan Winda.Ekspresi mereka langsung muram ketika memikirkan semalu apa ketika mereka dipermalukan oleh Hazel barusan.Terutama Darra.Sejak Justin dan Hazel memutuskan pertunangan, dia mencoba mencari kesempatan untuk menunjukkan kemesraannya dan Justin ketika di kampus.Bisa dikatakan dia ingin pamer, sekaligus menunjukkan kepemilikannya.Tentu saja, yang paling penting adalah memberi tahu semua orang
Setelah perkuliahan resmi dimulai, suara jarum yang terjatuh mungkin bisa terdengar.Hanya suara Sergio yang terus bergema di dalam ruangan.Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.Hendra memandang para mahasiswa yang duduk di antara penonton. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan menunjukkan ekspresi senang.Lebih baik lagi kalau para mahasiswa ini juga bersikap seperti ini ketika sedang kelas.Dia tahu bahwa pesona Sergio luar biasa, tetapi dia tidak menyangka pesonanya akan sehebat ini.Sergio berbicara selama sekitar satu jam. Dia mengatur ritmenya dengan sangat baik, juga menyelingi beberapa contoh dari pengalaman pribadinya.Semua siswa mendengarkan dengan penuh minat.Setelah memasuki bagian akhir, para mahasiswa merasa kalau materi yang dibicarakan Sergio masih belum cukup.Sergio duduk di atas panggung. Matanya seolah mengamati setiap mahasiswa yang hadir, tetapi sorot matanya itu tidak pernah lepas dari Hazel.Melihat Hazel yang memegang dagu dan menatapnya, Sergio
Untuk sekali lagi, ruangan yang tadinya ramai kembali dilanda keheningan yang mematikan.Segera setelah itu, suara para mahasiswa yang dipenuhi keheranan dan keterkejutan mulai terdengar dan memicu gelombang keriuhan.Melihat situasi ini, Hendra langsung meminta mereka untuk tenang. "Semuanya harap tenang. Alasan kenapa kampus kita bisa mendatangkan seorang Tuan Sergio adalah karena istri Tuan Sergio. Jadi, kalian jangan punya pikiran macam-macam."Hazel tiba-tiba mendongak saat mendengar ini.Sergio masih melihat ke arahnya dan lekukan mulutnya menunjukkan ekspresi gembira.Kedua mata mereka pun saling bertemu di udara.Hazel bisa dengan jelas merasakan ada sesuatu yang berbeda.Seorang mahasiswa bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apa istri Anda juga kuliah di Universitas Palapa?"Sergio membuka bibir tipisnya dan menjawab pertanyaan mahasiswa tersebut, "Ya. Istri saya juga kuliah di Universitas Palapa."Siswa yang menanyakan pertanyaan tersebut menjadi makin penasaran dan kembali bert
Suasana di antara Sergio dan Hendra sedikit muram saat mereka keluar ruangan.Hendra pun mencoba membuka topik sambil memuji Sergio."Sergio, presentasimu kali ini sangat sukses. Hebat! Aku nggak sangka kamu akan menyetujui ideku yang tiba-tiba ini. Terima kasih banyak. Terima kasih banyak ...."Sergio menjawab dengan acuh dan sikapnya sangat dingin.Namun, Hendra tak peduli dan masih menyunggingkan senyum cerah.Dia menepuk bahu Sergio kuat-kuat, lalu bertanya, "Apa ada masalah antara kamu dan Hazel?"Sergio akhirnya bereaksi. Dia mengangkat kelopak matanya dan melirik ke arahnya. "Nggak juga, cuma salah paham kecil saja."Hendra berkata dengan sungguh-sungguh, "Wajar kalau suami istri punya masalah. Bicarakan baik-baik. Wanita memang suka merajuk, mereka perlu dimanja dan dibujuk."Sorot mata Sergio penuh dengan ketidak berdayaan. "Aku harap dia bisa lebih berani dan percaya diri."Hazel terlalu pengertian dan patuh.Orang yang belum mengenalnya mungkin mengira dia dingin dan pendiam
Karena tidak sadar akan tindakan yang barusan dilakukan, Hazel makin tidak tahu harus berkata apa kepada Sergio.Dia secara tidak sadar ingin mundur dan melarikan diri.Namun begitu ide itu muncul di benaknya, Sergio sepertinya sudah bisa menebaknya. Dia langsung merangkul pinggang ramping Hazel, mengambil alih kendali.Sergio menekan bagian belakang kepala Hazel dan memperdalam ciuman mereka, tidak membiarkan Hazel lolos.Pada saat ini, banyak siswa yang keluar kelas dan melihat pemandangan ini.Semua orang membeku di tempat, mata mereka penuh keterkejutan dan keheranan.Ini, ini, ini ... bukankah ini idola kampus dan Tuan Sergio?Melihat adegan keduanya berciuman, semua orang tiba-tiba teringat akan perkataan Sergio yang mengatakan kalau dia sudah menikah.Kecurigaan yang mengerikan tiba-tiba muncul di benak mereka.Setelah ciuman berakhir, Hazel menyadari banyak orang yang melihat mereka dengan sorot mata haus akan gosip.Pipi Hazel memerah dan dia membenamkan wajahnya dalam-dalam k
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya