Ini juga tujuan Sergio mencari Rafael dan Vexal.Di antara mereka bertiga, Rafael lah yang paling paham soal wanita.Sedangkan Vexal, dia hanya pelengkap saja. Di usianya, dia bahkan belum pernah menjalin hubungan, jadi dia pasti tidak bisa membantu apa pun.Sergio berpikir sejenak dan memberi tahu keduanya tentang hubungannya dengan Hazel dalam dua hari terakhir.Dia menyalakan sebatang rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Kabut yang dihembuskannya menyebar di udara, mengaburkan wajahnya yang dingin dan tajam.Rafael merenung sejenak lalu berkata dengan nada dilebih-lebihkan, "Sergio, kamu payah sekali. Sudah menikah lama, kenapa baru ciuman sekali?"Sergio, "..."Apakah ini intinya?Setelah menerima tatapan maut dari Sergio, Rafael segera mengalah, "Ya, ya, aku salah. Tolong jelaskan lebih lanjut. Apa sikap Hazel tiba-tiba jadi aneh? Apa nggak ada tanda-tandanya sebelumnya?"Sergio berpikir keras, lalu menggelengkan kepalanya, "Nggak."Jelas-jelas mereka sempat makan malam bersama kema
Jam sepuluh malam Sergio masih belum kembali.Setelah mandi, Hazel berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur.Dia bangun dengan kesal, lalu menelepon Sergio.Ini adalah panggilan ke sepuluh yang dia lakukan kepada Sergio. Namun, Sergio tidak menjawab panggilannya sekali pun.Mendengar nada sibuk di ujung telepon, pikiran Hazel langsung bergerak liar.Jangan bilang Sergio marah karena apa yang terjadi siang tadi!Hazel juga tidak sengaja ....Saat itu perasaannya sedang kalut, tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi Sergio.Jadi saat Sergio mendekat, dia menghindar tanpa sadar.Sebenarnya Hazel sangat menyesal saat melihat sorot mata Sergio yang penuh keterkejutan siang tadi.Terlepas dari apakah Sergio memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya saat ini Hazel adalah istri sahnya.Dia harus bertanya dengan jelas. Jika Sergio benar-benar memiliki wanita lain di hatinya, setidaknya Sergio harus menjelaskannya padanya.Jika tidak ada ....Apa yang harus dilakukan jika Sergi
Mendengar jawaban Sergio, Hazel hampir menangis, tetapi dia tetap mencoba berunding dengannya, "Om, aku nggak bisa napas. Bisakah Om melonggarkan pelukan Om?"Sergio perlahan mengendurkan pelukannya, tetapi masih terus memeluknya.Dia tidak terlihat akan melepaskan Hazel.Hazel, "..."Jika bukan karena mencium bau alkohol yang menyengat dari tubuh Sergio, Hazel akan curiga kalau Sergio berpura-pura mabuk.Dia menarik napas dalam-dalam dan terus bertanya, "Bisakah Om duduk di sofa dulu? Aku capek berdiri terus."Sergio akhirnya dengan enggan mengangkat wajahnya dari bahu Hazel.Dia menggerakkan matanya ke bawah dan melihat Hazel berdiri dengan kaki telanjang tanpa mengenakan sandal rumah. Seketika, tatapannya langsung membeku.Matanya tertuju pada kaki putih Hazel dan jakunnya bergerak naik turun beberapa kali. Lalu, dia menggendong Hazel.Hazel langsung berteriak ketika tubuhnya tiba-tiba melayang di udara, dengan gugup memeluk leher Sergio.Baru setelah Sergio membaringkannya di sofa,
Menatap mata Sergio yang dalam dan gelap, hati Hazel gemetar.Wajah tampan Sergio begitu dekat, bahkan hampir menyentuhnya.Kalau Sergio bergerak sedikit saja, dia pasti sudah bisa mencium Hazel.Hazel membuang muka dengan panik, ketakutan yang dia rasakan menekan perasaan itu, membuatnya secara tidak sadar ingin melarikan diri.Namun, dia lupa kalau tangan Sergio masih menggenggam erat tangannya.Sergio saat ini dalam posisi setengah membungkuk. Begitu Hazel mundur, tubuh Sergio pun kembali condong ke depan.Dalam sekejap, tubuh Sergio terjatuh ke atas sofa dan menekan Hazel yang berada di bawahnya.Waktu seolah berhenti ....Suasana yang tercipta begitu tenang.Satu-satunya hal yang terdengar adalah suara detak jantung.Irama detak jantung yang terdengar lebih keras dari yang lainnya.Sergio menatap Hazel dengan sorot tergila-gila, jari-jarinya tanpa sadar menyentuh pipi halus dan lembut Hazel.Di mata sedalam kolam kuno itu, ada cinta mendalam yang telah terpendam selama bertahun-ta
Sergio tertegun, tidak menyangka Hazel akan menanyakan pertanyaan seperti itu.Dia melengkungkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan mengusap bagian atas rambut Hazel dengan lembut. Sorot matanya lembut dan penuh kasih."Hazel, kenapa tanya begitu? Aku baik padamu hanya karena kamu adalah kamu.""Hanya karena ... aku adalah aku?" gumam Hazel pelan.Sergio mengangguk, tatapan matanya dalam. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Hazel. "Kamu awalnya memang milikku, dari awal sampai akhir."Kalimat ini tidak dijelaskan lebih lanjut, membuat Hazel tidak bisa memahaminya.Belum sempat dia bertanya, Sergio menunduk dan mencium bibirnya.Bibir Hazel lembut dan halus, yang berkilau lembap di bawah sorot cahaya. Saat ini, bibirnya terlihat makin halus karena ciuman tadi.Aroma manis di bibir Hazel sepertinya membuat Sergio ketagihan.Sergio merasa tidak cukup tidak peduli seberapa lama dia mencium Hazel.Hazel merasa lemas dan berbaring di sofa, tidak berani bergerak.Pipi putihnya mul
Usai berganti pakaian, Sergio membantu merapikan selimut Hazel. Dia bahkan tidak sarapan dan langsung meminta sopir mengantarnya pergi ke rumah sakit.Sopir mengangguk setuju, menyalakan mesin mobil dan melaju ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Sergio langsung menuju bangsal Erlina.Erlina sedang duduk di ranjang rumah sakit sambil sarapan. Saat melihat Sergio, matanya langsung berbinar.Dia mengangkat selimut dengan tidak sabar dan turun dari tempat tidur. "Kak Sergio, kamu akhirnya datang. Aku sangat bosan terus tinggal di sini. Bisakah kamu membantuku keluar dari rumah sakit?"Nada centilnya memberikan kesan kalau hubungan mereka terlihat sangat erat.Sergio mengerutkan kening, menghindari uluran tangan Erlina dan langsung bertanya langsung ke pokok permasalahan, "Apa kemarin kamu bilang sesuatu sama Hazel?"Senyuman di bibir Erlina membeku dan sikapnya kembali normal dengan cepat.Dia mengedipkan matanya yang indah dan polos, menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Ngga
Sergio mencibir, lalu bertanya, "Istimewa? Kepadamu? Nona Erlina, pertama-tama, aku sudah menolakmu sejak lama. Kedua, aku nggak pernah menerima barang yang kamu berikan padaku. Terakhir, bunuh diri hanya akan berguna pada orang yang peduli padamu. Trikmu ini nggak mempan padaku."Setiap kata yang diucapkan Sergio bagaikan sebilah belati tajam, menusuk keras ke dalam hati Erlina.Erlina tak kuasa menahan tangisnya, air matanya berjatuhan.Dia maju selangkah, mencoba meraih lengan Sergio.Namun sebelum Erlina sempat mendekat, Sergio sudah mundur dua langkah dan sorot matanya makin dingin. "Maaf, aku sudah menikah dan harus menjaga jarak dengan orang lain selain istriku. Kalau ada yang ingin kamu katakan, berdiri saja di sana."Erlina diam-diam menggertakkan giginya, memandang Sergio dan berkata, "Apa menurutmu Hazel menikahimu karena dia menyukaimu? Dia hanya ingin memanfaatkanmu untuk membalas dendam pada Justin!"Mata Sergio sedikit menyipit dan sudut bibirnya melengkung membentuk sen
Saat bangun, Hazel menyadari bahwa dia terbaring sendirian di ranjang yang empuk.Melihat langit-langit yang sudah dikenalnya, tubuh Hazel langsung kaku, kenangan tadi malam tiba-tiba membanjiri pikirannya.Memikirkan sorot mata Sergio yang penuh nafsu, napas panas dan ciuman yang begitu dalam, rona merah perlahan merayapi pipinya.Hazel berguling-guling di tempat tidur beberapa kali sambil memegang selimut dan terus mengipasi dirinya dengan tangannya.Meski begitu, panas di wajahnya tidak kunjung hilang.Dia beranjak dari tempat tidur, mandi sebentar dan turun ke bawah.Sekarang masih pagi, tetapi Sergio sudah tidak terlihat di lantai bawah. Dia pasti sudah berangkat kerja.Saat melihat Hazel turun, Adam segera menghampiri dan menyapa sambil tersenyum, "Nyonya, sarapan sudah siap. Saya akan segera membawanya keluar."Hazel menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Nggak perlu, Pak Adam. Aku nggak nafsu mapan. Lagian juga mau ke kampus."Adam tiba-tiba menjadi serius, "Mana boleh nggak sa
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya