Home / CEO / Menikahi CEO Dingin / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Menikahi CEO Dingin : Chapter 51 - Chapter 60

83 Chapters

bab 51 Mengakui kesalahan nggak mudah

Rumah tangga sebenarnya bukanlah hal sederhana. Dibutuhkan kekuatan untuk membangunnya. Sama seperti bangunan rumah biasa, harus ada pondasi yang kokoh untuk mendasarinya. Melayari bahtera rumah tangga juga harus menggunakan semua daya dan upaya. Akan ada banyak gelombang besar bahkan badai yang menerjang. Tidak hanya perjalanan mulus yang akan didapatkan, bukan hanya sekedar berbahagia dan bersenang-senang di atas ranjang. Namun rumah tangga juga menuntut komunikasi, pengertian, dan banyak kesabaran.Seperti Alvaro, yang kali ini berusaha meneguhkan hati untuk bersabar menghadapi sikap dingin Bunga. Alvaro sebenarnya dalam hati tidak menerima pertanyaan-pertanyaan yang baru saja dilontarkan Bunga kepadanya. Tidak mungkin dia tidak akan percaya pada Bunga, sang istri yang sudah mulai dicintainya. Tapi, kalau sang istri sendiri merahasiakan sesuatu kepadanya?Alvaro memegang dadanya, kekecewaan hari ini datang bertubi-tubi kepadanya. Kekecewaan karena menghabiskan masa kecil jauh dari
Read more

bab 52 surprise

Tanpa jeda, Alvaro merengkuh tubuh Bunga. Dia menangis dalam pelukan perempuan itu. Dia tidak lagi merasa malu. Bunga paham, menangis itu lelaki tentu sangat mahal harganya. Tangisan lelaki sebenarnya tidak ada salahnya, walaupun sebagian dari lelaki merasa kalau tangisan yang mereka keluarkan sama artinya dengan kelemahan, menggadaikan harga diri di depan dunia, atau apapun itu. Tapi, menangis sebenarnya bukanlah hal lemah. Tangisan bagi lelaki adalah pertanda kalau dia sudah berdiri dengan kuat menahan segala dalam waktu yang lama.Bunga membalas pelukan Alvaro, membiarkan lelaki itu tersuruk di dalam pelukannya. Bunga mengecup lembut baju Alvaro. Perasaan kasih menerpanya pada lelaki yang menjadi suaminya itu. “Bersabarlah, kau harus membagi semua bebanmu denganku. Kalau kau tidak mengatakannya sejak awal, aku tidak akan pernah tahu apa yang kau hadapi. Seharusnya kau mengatakan padaku langkah apa yang ingin kau lakukan sehingga kita bisa menjalaninya bersama, kan?” ujar Bunga meng
Read more

bab 53 Serangan pagi

“Hei, hei, kau malah tertawa. Apa pikiranmu sudah kemana-mana mendengarnya? Kau sekarang sudah nakal?” canda Alvaro. Jawaban itu membuat Bunga lebih tertawa lagi, kali ini sampai terkakah-kakah. Dia tahu sang suami sedang kesulitan.“Mungkin kau mau aku membantumu memasukkan,” ujar Bunga. Sekarang mereka berdua terpingkal-pingkal. Alvaro tentu saja tidak ahli ketika memasangkan kalung itu ke leher Bunga. Baru kali ini Alvaro menghadiahkan seorang wanita, dan itu adalah istrinya sendiri. Kalau gugup, tentu saja tidak, dia sudah terbiasa dengan Bunga. Hanya saja, tidak terbiasa.“Sudah! Akhirnya bisa. Buka matamu sekarang,” ujar Alvaro. Dia menatap takjub pada Bunga yang dilihatnya di dalam cermin meja rias.Bunga membuka matanya, melihat kalung yang dipasangkan Alvaro di lehernya. Kalung berlian itu mengkilat dengan liontin berbentuk hati. Memang benar, kalung itu tampak sangat cantik dikenakannya. “Oh, Sayang. Ini cantik sekali, terimakasih. Apa ini sogokan?” goda Bunga.Satu hal yang
Read more

bab 54 Lelaki Tukang Gosip

Usai mandi dan sarapan pagi, Alvaro dan Bunga bersiap pergi ke rumah Kakek Bram. Alvaro sudah berjanji untuk meminta maaf atas sikap lancangnya pada Kakek Bram. “Kita berangkat sekarang?” tanya Bunga. Dia sudah siap.Bunga mengenakan pakaian santai, dan Alvaro masih saja suka melihatnya. “Okay, kita berangkat. Nanti, pulang dari rumah Kakek kita mampir ke rumah Papa dan Mama.” Alvaro merangkul bahu Bunga. Mereka berjalan ke garasi, dan Alvaro membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.Baru saja mereka berbelok memasuki jalan raya, telepon genggam Alvaro berbunyi. Alvaro meminta Bunga mengambilkan telepon genggam itu. Ketika nama Zendaya muncul di layar, Bunga langsung berusaha bersikap biasa. “Ini dari ... Ibu, Ibu Zendaya,” ujar Bunga.“Sambungkan saja ke audio mobilnya, Sayang,” pinta Alvaro. Alvaro ingin menjaga perasaan Bunga. Dengan menyambungkan ke audio mobil, Alvaro akan menerimanya di hadapan Bunga. Berharap Bunga bisa mendengar semuanya dan tidak
Read more

bab 55 bertemu sahabat

“Ah ... eh ... ah ... eh, kau ini. Ada apa denganmu. Apa di kantor pusat itu harus menggunakan bahasa yang berbeda? Sampai kau jadi grogi seperti itu?” tanya Nabila. Bunga hanya hanya bisa meringis, tak tahu harus berkata apa.“Jadi, kau dari olahraga pagi? Apa sekarang sudah rajin?” tanya Bunga. Daripada Bunga harus menahan rasa, dia memutuskan lebih baik menggoda Nabila. Ternyata berhasil, sekarang wajah Nabila yang tampak sedikit merah merona.“Aku sebenarnya kemari dengan ... dia tadi ke toilet ... maksudku dengan Aditya. Tapi kau jangan marah padaku,” ungkap Nabila jujur, walaupun raut cemas tampak di wajahnya. Perasaan tak nyaman menerpa Nabila. Dia sebenarnya tahu kalau dulu Bunga menyimpan kekaguman pada Aditya. Semenjak Bunga pindah ke kantor pusat, Nabila mendadak jadi lebih dekat dengan Aditya.Bunga langsung tertawa, tentu saja dia tidak mungkin kesal dan marah pada Nabila. Bunga sendiri sudah menikah dan sudah mulai mencintai Alvaro, sang suam
Read more

bab 56 Cucu untuk mama

Bunga langsung melambaikan tangannya pada Kakek Bram ketika melihat lelaki itu sedang tersenyum menyambut kedatangan mereka berdua. Kakek Bram sedang duduk di ruang tamu sendirian, menatap ke Raha pintu masuk gerbang rumahnya, seolah lelaki itu memang sedang menantikan Alvaro untuk datang kembali kepadanya.“Pagi, Kakek. Apa kabar? Kakek sudah sarapan?” tanya Bunga dengan ramah sambil menjabat tangan Kakek Bram. Lelaki tua itu langsung tersenyum lebar, kebahagiaan tampak di wajahnya. Dia tahu kalau Bunga memang wanita yang tepat untuk Alvaro. Dalam hati, Kakek Bram memuji, Bunga berhasil membawa Alvaro kembali kepadanya.“Masuklah, masuklah dulu kalian,” ujar Kakek Bram yang menyambut mereka berdua ke pintu. Bunga dan Alvaro tentu saja langsung masuk, mengikuti Kakek Bram.Sampai di dalam, Bunga langsung menatap pada Alvaro. Pandangannya seolah menuntut Alvaro untuk segera menyampaikan maksud kedatangan mereka ke rumah itu. “Kakek, aku ingin minta maaf pada Kakek,” pinta Alvaro. Dia l
Read more

bab 57 Perkataan sinis mertua

Sampai di rumah, Alvaro dan Bunga melepas penat mereka di ruang keluarga. Berdua menghabiskan malam di akhir minggu bersama orang yang sangat dicintai tentunya terasa begitu bahagia. “Mau menonton apa?” tanya Bunga . Dia sudah siap dengan minuman ringan dan semangkuk popcorn di tangannya.“Wow, kau sudah siap? Ayo kita bermalam minggu,” sambut Alvaro. Dia menepuk area kursi di sampingnya, pertanda mempersilahkan Bunga untuk duduk.Bunga menaruh minuman ringan yang dibawanya kemudian menaruh mangkuk popcorn di atas meja yang ada di samping sofa itu. “Kita nonton drama Korea saja,” pinta Bunga . Alvaro menggaruk kepala belakangnya. Dia tentu lebih memilih film action atau film superhero dibandingkan dengan drama Korea. Tapi Alvaro tidak mau menganggu kebahagiaan Bunga . Dia memilih menerimanya saja, dibanding nanti Bunga tertidur ketika film masih separuh jalan.“Baiklah, enjoy you seat, Nyonya Al,” sambut Alvaro. Dia merangkul pundak Bunga yang sudah menjatuhkan badan di sampingny
Read more

bab 58 Perempuan spek bidadari

Selama hidupnya, Alvaro memang belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Alvaro pun dibesarkan oleh Kakek Bram yang tak henti memberikan kasih sayang kepadanya. Alvaro adalah segalanya bagi Kakek Bram. Kakek Bram tidak pernah marah ataupun kesal pada Alvaro . Kakek Bram yang dikenal dingin dan tegas ketika memimpin perusahaan tiba-tiba bisa menjadi seorang Kakek yang hangat dan penuh perhatian pada Alvaro .Sekarang, Alvaro memang menemukan Sarah, sang ibu yang sudah lama dipertanyakannya pada sang kakek. Tentu tidak terbayang sama sekali di benak Alvaro kalau sang ibu ternyata berwatak keras dan tidak mampu menghormati orang lain. Sarah yang kelihatan anggun dan berkelas ternyata tidak mampu menunjukkan keanggunan itu ketika merasa kecewa menemukan kenyataan kalau Alvaro sudah menikah dengan Bunga.‘Kalau gadis itu adalah gadis yang dijodohkan Bram dengan Al, sudah pasti akan sangat sulit bagiku untuk menguasai Al,’ batin Sarah. Sebenarnya semua yang terjadi dalam kehidupan Al
Read more

bab 59 Saat Bunga Manja

Bunga masih duduk di tempat tidur, rasa kantuk belum lagi hilang dari matanya. Pikirannya pun masih melayang, setengah sudah berada di alam sadar, namun setengahnya masih ada di alam mimpi. Hampir saja kepala Bunga tertunduk karena kembali ketiduran, kecupan lembut bibir Alvaro tiba-tiba mengejutkannya.“Mmmhhhh, Sayaaang. Aku masih mengantuk,” ujar Bunga dengan manja. Dia ingin segera menjatuhkan kembali badannya ke sisi tempat tidur.“Hey, no, no, no. Bangun, Nyonya Alvaro. Kau tidak boleh bermalas-malasan,” ujar Alvaro sembari menyangga tubuh Bunga agar dia tak kembali berbaring.“Sayang, apa sih? Mengganggu, tau? Aku kan jarang bangun siang,” rengek Bunga. Tentu saja itu benar, Bunga memang jarang bisa bangun siang. Setiap hari kerja, sebelum matahari terbit pun Bunga biasanya sudah terbangun. Hanya saja, sejak dulu setiap kali hari Minggu, Bunga tak pernah bisa bangkit dari tempat tidurnya lebih lagi. Dia begitu menikmati hari libur.Bunga berkelit dari pegangan tangan Alvaro, di
Read more

bab 60 Rahasia kecil pasangan muda

Setiap kali terbangun di pagi hari, sebenarnya Bunga secara otomatis langsung berpikir mengenai makanan apa yang harus disediakannya untuk sarapan bersama sang suami. Begitu pula pagi ini ketika Bunga membuka mata. Dia langsung duduk dan menggosok matanya pelan.“Apa itu? Berpikir? Pasti tentang sarapan pagi,” goda Alvaro . Lelaki itu ternyata sudah terbangun lebih dulu. Dia langsung berjalan menuju meja dan mengambilkan air putih yang sudah tersedia di dalam gelas untuk Bunga.“Minum air putih dulu sebelum memikirkan berbagai hal lainnya. Sekarang tidak harus memikirkan sarapan, pasti pelayan sudah memasak untuk sarapan kita,” ujar Alvaro .“Ah, ya. Aku lupa kalau sudah ada pelayan, Sayang,” ujar Bunga. Bunga sebenarnya merasa bersyukur karena Alvaro menyediakan beberapa orang pelayan sekaligus di mansion itu. Sekarang tugas Bunga jauh lebih ringan, terutama di hari kerja.Bunga bergelayut di pundak suaminya. “Terimakasih ya, Sayang,” ujar Bunga. Alvaro menatap ke arah Bunga, kenin
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status