Home / Romansa / Heart Stealing (Mencuri Hati) / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Heart Stealing (Mencuri Hati) : Chapter 41 - Chapter 50

100 Chapters

Bab 41. Pergi ke Kantor Ivory Jone

Dylan duduk di kursi kebesaranya. Pria tampan itu datang lebih awal di kantor. Dia bahkan meninggalkan Dakota yang masih tidur terlelap di ranjang. Dia meninggalkan Dakota hanya dengan notes yang mengatakan dirinya memiliki meeting penting di pagi hari. Padahal sebenarnya pikiran Dylan benar-benar sangat kacau.Hati Dylan dihantui rasa bersalah, karena tak bisa jujur pada Dakota. Dia bingung harus menjelaskan seperti apa. Ditambah hal gila baru saja muncul yaitu Ivory memiliki seorang putra yang masih bayi dan diberikan nama sepertinya.Dylan menyambar wine yang ada di hadapannya, menenggak wine itu hingga tandas. Otaknya sedang tidak bisa berfungsi dengan baik. Seakan semua yang ada di hadapannya ini adalah jalan buntu. Suara ketukan pintu terdengar …“Masuk!” titah Dylan tegas meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Tuan,” sapa Lino seraya masuk ke dalam ruang kerja tuannya.Dylan menatap tegas sang asisten. “Bagaimana? Kau sudah mendapatkan jawaban dari Ivory?”Li
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more

Bab 42. Tidak Ada Namanya Mantan Anak

“Ivory, kau jangan main-main denganku! Katakan berapa usia anakmu! Dan kenapa kau menamai anakmu sama dengan namaku?!” Suara Dylan membentak Ivory dengan keras. Dia sudah lelah dengan pikirannya.Mata Ivory berkaca-kaca menatap Dylan. “Apa urusannya denganmu, Dylan? Anakku adalah anakku! Kau tidak usah ikut campur! Kau urus saja rencana pernikahanmu! Tidak usah mengurus anakku!”Dylan tersenyum sinis. “Fine, aku akan mencari tahu sendiri. Aku akan meminta asistenku menyelidikimu. Jika kau belum pernah menikah atau belum pernah dekat dengan pria mana pun, maka aku akan melakukan test DNA.”Ivory terkejut mendengar ancaman Dylan. “Berengsek! Berani sekali kau melakukan test DNA pada anakku! Siapa kau, Sialan!”“Kau marah? Jika anakmu tidak memiliki urusan denganku, harusnya kau tidak usah marah!” seru Dylan dengan aura wajah penuh emosi.Air mata Ivory bercucuran jatuh membasahi pipinya. Dia benar-benar merasa disudutkan. Apa pun jawabannya pasti Dylan akan menyelidiki semuanya. Dia san
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more

Bab 43. Semua Telah Terungkap

Dylan berlari di koridor rumah sakit. Pria tampan itu menatap Ivory yang menangis di depan ruang pemeriksaan. Dia menghentikan kakinya yang tadi masih berlari. Tatapannya menangkap jelas Ivory yang terlihat tidak baik-baik saja. Sejak di mana Dylan tahu anak Ivory adalah anaknya, detik itu juga dunia Dylan seakan berubah.Dylan bergeming di tempatnya, bingung untuk berkata-kata. Lidahnya seakan kelu tak sanggup mengeluarkan kata. Padahal sekarang dia ingin sekali bertanya bagaimana keadaan anak laki-laki itu.Ceklek! Pintu ruang pemeriksaan terbuka. Ivory berlari menghampiri Dokter yang berdiri di ambang pintu. Pun Dylan ikut menghampiri sang dokter. Statusnya kini telah menjadi ayah. Dia ingin tahu keadaan anaknya. Walau tak dipungkiri perasaannya sekarang benar-benar campur aduk.“Bagaimana keadaan anakku, Dokter?” tanya Ivory dengan tangis yang tak kunjung reda.Sang dokter menatap Ivory dengan tatapan gelisah. “Nyonya Jone, maaf keadaan Dylan semakin memburuk. Mulai hari ini Dyla
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 44. Menjadi Peran yang Paling Jahat

Makan malam terselimuti dengan keheningan yang membentang. Dylan menatap Dakota yang hanya menggerak-gerakkan garpu dan pisau. Wanita itu sama sekali tidak menyentuh makanannya. Tampak jelas tatapan Dakota kosong menunjukkan ada beban berat yang dipikirkan oleh Dakota.“Dakota, habiskan makananmu. Kau bisa sakit,” ucap Dylan menegur sang kekasih yang tak kunjung menghabiskan makanannya.Dakota meletakan garpu dan pisau ke atas piring. “Aku tidak lapar. Aku ingin istirahat saja.” Dia bangkit berdiri, dan melangkah meninggalkan ruang makan. Dia langsung menuju kamar tanpa berkata apa pun lagi.Dylan mengembuskan napas panjang melihat Dakota sudah pergi dari hadapannya. Makanan tak sama sekali disentuh oleh Dakota. Dia tahu apa yang terjadi hari ini memang sangat berat. Bukan hanya Dakota yang terpukul, tapi Dylan juga berada di posisi bersalah.“Tuan,” sapa sang pelayan melangkah menghampiri Dylan.Dylan mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan yang ada di hadapannya. “Ada apa?”“
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 45. Saran dari Dokter

Dylan menatap seksama hasil dari laporan kesehatan anaknya. Pria tampan itu secara pribadi bertemu dengan sang dokter. Dia ingin bertanya lebih detail mengenai penyakit yang diderita oleh Dylan kecil. Meski test DNA belum keluar, tapi entah kenapa hatinya sudah sangat ingin dekat dengan Dylan kecil. “Apa jalan untuk menyembuhkan Dylan?” tanya Dylan tegas pada sang dokter.“Tuan, sebenarnya saya sudah meminta Nyonya Jone untuk mencari keluarga untuk menjadi donor tulang sumsum belakang, tapi beberapa orang yang dibawa Nyonya Jone tidak cocok. Ditambah Dylan Jone tidak memiliki saudara. Nyonya Jone mengatakan Dylan Jone adalah anak tunggal. Itu sangat sulit, Tuan,” tutur sang dokter menjelaskan.Dylan memejamkan mata singkat. “Lakukan pemeriksaan padaku. Aku ayahnya. Mungkin aku bisa menjadi pendonor untuk putraku.”“Anda yakin, Tuan?” tanya sang dokter memastikan.Dylan mengangguk. “Aku akan melakukan apa pun agar Dylan tetap selamat.”“Baiklah, tapi hal yang harus saya beri tahu ada
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 46. Hasil Test DNA

Dylan duduk di kursi kebesarannya yang ada di kantor. Pria tampan itu tak langsung pulang meski sudah larut malam. Yang dia lakukan sekarang adalah ke kantornya menenangkan pikirannya yang kacau. Hatinya tak tenang. Perkataan sang dokter terus terngiang di kepalanya. Tentu memiliki anak kedua dati Ivory adalah hal yang tak mungkin. Ada Dakota yang hatinya harus selalu dia jaga. Pun dia tak mungkin mengkhianati Dakota.“Tuan,” sapa Lino seraya masuk ke dalam ruang kerja Dylan.Dylan menatap asistennya itu. “Kau sudah mendapatkan hasil test DNA yang aku minta?”Lino mengangguk. “Sudah, Tuan. Hasil test DNA sudah keluar.”“Berikan padaku,” ucap Dylan dingin dan tegas—lalu Lino menyerahkan hasil test DNA tuannya itu.Dylan membuka amplop putih, mengambil selembar kertas, dan membaca seksama hasil test DNA itu. Tampak seketika Dylan terdiam membeku melihat ternyata hasil test DNA-nya dengan anak Ivory memiliki kecocokan lebih dari 99%.Dylan mengembuskan napas kasar seraya meletakan amplop
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 47. Apa Kau Masih Mencintai Dylan?

Dakota menatap cermin penampilannya sangat cantik seperti biasa, tapi tatapannya menatap kosong. Seakan menunjukkan banyak hal yang dipikirkan oleh Dakota. Jika biasanya hari-hari Dakota dipenuhi dengan kebahagiaan, kali ini seakan awan mendung berada di kehidupannya. Awan yang memberikan tanda adanya badai besar. Hanya saja, Dakota tidak bisa lari ke mana pun. Dia tetap terpaku di tempatnya, karena rasa cintanya yang besar pada Dylan.“Dakota, kau sudah siap?” tanya Dylan seraya melangkah menghampiri Dakota.Dakota menatap Dylan dari pantulan cermin. “Ya, aku sudah siap.”Dylan mendekat, memberikan pelukan pada Dakota dari belakang. “Kau yakin akan ikut denganku ke rumah sakit?”Dakota mengangguk pelan. “Ya, aku sangat yakin.”Dylan membalikkan tubuh Dakota, menghadapnya. Tatapan pria itu menatap hangat dan penuh kelembutan. “Sebelum kita pergi ke rumah sakit, aku ingin kau ingat satu hal. Apa pun yang terjadi, aku sangat mencintaimu. Tidak akan pernah ada yang bisa mengubah perasaan
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 48. Ayah Dylan Mulai Tahu

Sepulang dari rumah sakit, tidak banyak kata yang diucapkan oleh Dakota. Tatapan mata wanita itu menatap lurus ke depan dengan begitu lemah. Banyak hal yang seakan mengganggu ketenangan pikiran Dakota. Terutama kata-kata dari Ivory yang begitu menyesakkan jantungnya.Dakota langsung masuk ke kamar dan duduk di ranjang dengan wajah yang muram. Sementara Dylan berada di ruang kerja menjawab telepon dari Lino. Yang dibutuhkan Dakota sekarang ini adalah waktu. Wanita berparas cantik itu membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya yang sedang tidak baik-baik saja. Ini pertama kalinya Dakota merasa ingin sekali lenyap dari muka bumi.Suara dering ponsel berbunyi. Dakota sedikit melihat ke layar ponselnya tertera nama Audrey yang menghubunginya. Beberapa kali Dakota terdiam mendapatkan panggilan masuk dari Audrey.Dakota tidak langsung menjawab, dan juga tidak menolak panggilan telepon itu. Dia masih diam dan terus menatap dering ponsel yang tak henti berdering. Pikirannya benar-benar ber
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 49.  Salah Paham

Cuaca di kota Roma begitu cerah. Dylan melajukan mobil dengan kecepatan sedang membelah kota. Tujuan pria itu menuju ke rumah sakit. Ada hal yang harus dia bicarakan pada Ivory. Ya, untungnya Dakota memberikan izin padanya untuk pergi. Kekasihnya itu sama sekali tak mempermasalahkan dirinya pergi ke rumah sakit. Meski sebenarnya Dylan tahu perasaan Dakota tidak baik-baik saja, tapi pria itu sudah berjanji akan membereskan semuanya. Saat tiba di rumah sakit, Dylan segera memarkirkan mobilnya di halaman parkir. Pria tampan itu melangkah menuju ke ruang rawat Dylan kecil. Namun, seketika gerak Dylan terhenti melihat kedua orang tuanya berada di depan ruang rawat bersama dengan Ivory.“Mom? Dad?” Dylan menghampiri kedua orang tuanya. Dia sangat terkejut melihat kedua orang tuanya datang. Sebab, dia sama sekali tidak bercerita apa pun selain mengatakan pada sang ayah—tentang dirinya yang memiliki anak dari Ivory.Imani, ibu Dylan, memberikan tatapan penuh rasa kecewa pada Dylan. “Kau bera
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 50. Mual

Dylan tidak bisa tidur tenang, karena tak tidur bersama dengan Dakota. Pria itu terpaksa memberikan ruang untuk Dakota tidur di kamar tamu. Pagi menyapa hal yang dilakukan Dylan adalah menuju kamar tamu sambil membawa kunci cadangan. Kali ini Dylan tidak bisa lagi mentoleransi. Dia harus tetap membuka pintu kamar tamu, meskipun masih dikunci rapat oleh Dakota. “Dakota?” Dylan menggedor pintu, tapi tidak ada respon apa pun.“Dakota?” Lagi, Dylan memanggil, dan tidak ada respon apa pun. Rasa khawatir dalam diri Dylan menyergap. Buru-buru, pria itu membuka pintu kamar tamu menggunakan kunci cadangan. Lantas, berhasil! Pintu kamar tamu berhasil terbuka. Detik itu juga Dylan masuk—dan seketika dia terkejut mendapati Dakota yang begitu pucat terbaring di lantai.“Dakota?” Dylan panik, langsung menggendong Dakota dengan gaya bridal, dan membawa kekasihnya itu ke kamar mereka. Hal yang dilakukan Dylan adalah mengompres kening Dakota agar suhu tubuhnya berkurang dari demam. “Ya Tuhan, Dakot
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status