Dylan tidak bisa tidur tenang, karena tak tidur bersama dengan Dakota. Pria itu terpaksa memberikan ruang untuk Dakota tidur di kamar tamu. Pagi menyapa hal yang dilakukan Dylan adalah menuju kamar tamu sambil membawa kunci cadangan. Kali ini Dylan tidak bisa lagi mentoleransi. Dia harus tetap membuka pintu kamar tamu, meskipun masih dikunci rapat oleh Dakota. “Dakota?” Dylan menggedor pintu, tapi tidak ada respon apa pun.“Dakota?” Lagi, Dylan memanggil, dan tidak ada respon apa pun. Rasa khawatir dalam diri Dylan menyergap. Buru-buru, pria itu membuka pintu kamar tamu menggunakan kunci cadangan. Lantas, berhasil! Pintu kamar tamu berhasil terbuka. Detik itu juga Dylan masuk—dan seketika dia terkejut mendapati Dakota yang begitu pucat terbaring di lantai.“Dakota?” Dylan panik, langsung menggendong Dakota dengan gaya bridal, dan membawa kekasihnya itu ke kamar mereka. Hal yang dilakukan Dylan adalah mengompres kening Dakota agar suhu tubuhnya berkurang dari demam. “Ya Tuhan, Dakot
Malam semakin larut Dakota terlelap begitu pulas dalam pelukan Dylan. Dua insan saling mencintai itu berpelukan penuh kehangatan. Namun, tiba-tiba ada dering ponsel yang membuat kedua insan itu terbangun.“Dylan, ponselmu berdering,” ucap Dakota dengan mata yang masih terpejam.Dylan berdecak kesal ada yang mengganggunya di tengah malam seperti ini. Pria itu memutuskan untuk menggeser tombol merah, menolak panggilan. Dia tidak mau sampai ada yang mengganggunya dengan Dakota.Suara dering ponsel kembali berbunyi …“Sayang, jawab saja teleponmu. Mungkin itu penting,” ucap Dakota yang kini sudah membuka mata—dan duduk di ranjang sambil mengikat rambutnya asal.Dylan mengembuskan napas kasar. Dia menyambar ponselnya yang sejak tadi tak henti berdering. Dia bersumpah jika sampai yang menghubunginya Lino, maka dia akan memarahi asistennya itu yang tak kenal waktu.Lampu nakas Dylan nyalakan. Tatapan Dylan menatap terkejut nomor rumah sakit di mana Dylan kecil dirawat menghubunginya. Debar j
“Dakota?” Audrey terkejut melihat Dakota berlari menuju toilet dalam keadaan mual. Kepanikan melanda, dia takut hal buruk menimpa sepupunya itu.Hueeekkk … Hueeekkk …Dakota memuntahkan semua yang ada di dalam isi perutnya, ke wastafel. Perutnya kosong, membuatnya hanya memuntahkan cairan saja. Kepala Dakota berputar, beruntung dia memegang pinggir wastafel. Dia memutar keras, membasuh mulutnya dengan air bersih.“Dakota? Kau kenapa?” Audrey membantu Dakota untuk berdiri.Dakota memijat keningnya. “Sepertinya aku kelelahan, Audrey. Belakangan ini masalah selalu datang.”“Kita duduk sekarang.” Audrey membantu membawa Dakota ke kamar. Tampak raut wajah Dakota sangat pucat. Jika saja tidak ada Audrey, sudah pasti Dakota tersungkur tak sanggup untuk berdiri.“Dakota, apa kau ingin aku panggilkan dokter?” tanya Audrey di kala dia dan Dakota sudah tiba di kamar. Dia membantu Dakota untuk duduk di sofa kamar.Dakota mengambil bantal kecil, menyandarkan punggungnya seraya memeluk bantal. “Tid
Pernikahan Dylan dan Dakota semakin dekat. Segala persiapan telah sempurna. Hanya saja kondisi berbeda, tidak seperti di awal-awal persiapan pernikahan. Namun, meski demikian rencana pernikahan tetap berlangsung. Tidak sama sekali dibatalkan ataupun ditunda.Ivory tetap menjalankan tugasnya sebagai wedding organizer Dylan dan Dakota. Akan tetapi, yang lebih banyak mengurus adalah orang kepercayaan Ivory, karena wanita itu masih menjaga Dylan kecil di rumah sakit. Ya, sampai detik ini Dylan kecil masih tetap berada di rumah sakit. Dokter belum mengizinkan Dylan kecil untuk keluar dari rumah sakit.Dakota pernah menawarkan untuk menunda pernikahan. Dia tidak tega melihat Dylan kecil masih dirawat di rumah sakit. Namun, permintaan Dakota ditolak oleh Dylan. Pria tampan itu meyakinkan untuk tetap melanjutkan pernikahan sesuai dengan rencana awal.Dakota tahu alasan utama Dylan tak ingin menunda pernikahan, adalah karena Dylan tak ingin melukai hati Dakota. Pun sampai detik ini kedua orang
Dylan menatap Ivory yang membelai lembut pipi Dylan kecil dari balik kaca. Dia belum masuk ke dalam. Dia memilih untuk berada di luar. Dalam hati, dirinya benar-benar merasa bersalah. Anaknya masih berada di rumah sakit, tapi dia malah menikah dengan wanita lain. Dia menyadari betapa buruk dirinya.Dylan memiliki alasan tidak menunda pernikahan. Tentu alasan utamanya adalah menjaga perasaan Dakota dan keluarga. Dalam hal seperti ini memang harus ada yang dia korbankan. Pria itu memilih untuk mengutamakan Dakota. Pun dia bertanya pada dokter kesehatan Dylan kecil masih dikatakan stabil. Hal tersebut yang membuatnya mengambil keputusan untuk tidak menunda pernikahan.“Kenapa kau tidak masuk?” suara berat mendekat ke arah Dylan.Dylan mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu, menatap Xander datang sambil membawakan buah. “Kau di sini?”Xander menyerahkan buah di tangannya pada Dylan. “Aku mampir ke sini untuk melihat anak dari sahabatku yang bodoh.”Dylan tersenyum samar. “Thanks, Xa
Tubuh Dakota membeku terkejut melihat hasil test pack-nya menunjukkan dirinya positive hamil. Kakinya bagaikan jelly yang lemah tak berdaya. Matanya memerah nyaris mengeluarkan air mata. Perasaan yang dialami Dakota sekarang ini benar-benar campur aduk.“Dakota, sebentar lagi kau akan menjadi seorang ibu.” Audrey kembali berseru, dan menunjukkan jelas kebahagiaannya. Tidak ada respon apa pun dari Dakota di kala Audrey berseru. Yang dilakukan wanita itu hanya terdiam dengan mata yang memerah nyaris mengeluarkan air mata. Mungkin jika keadaannya tidak ada Ivory, maka pasti Dakota bisa saja bahagia. Namun sekarang dia seakan dihantam kebingungan hebat.Audrey menatap bingung pada Dakota yang tak sama sekali bahagia. “Dakota, kau kenapa? Kau tidak senang dirimu hamil?” tanyanya yang tak mengerti.Bulir air mata Dakota jatuh membasahi pipinya. Dia segera menyeka air matanya dan berkata, “Bukan aku tidak bahagia, tapi aku bingung, Audrey.”Mendengar apa yang dikatakan Dakota, membuat Audr
Angin berembus cukup kencang menerpa kulit mulus dan indah Dakota. Wanita cantik itu berdiri di balkon kamar menengadah ke langit melihat bulan dan bintang yang sangat indah. Harusnya Dakota merasakan kedinginan, tapi panasnya hati dan pikiran seakan membuat dingin di luar tak mempan di tubuhnya.“Nona,” sapa sang pelayan melangkah menghampiri Dakota.Dakota menatap sang pelayan. “Apa Dylan sudah pulang?”Sang pelayan menggelengkan kepalanya. “Belum, Nona. Tuan Dylan masih belum pulang. Saya ke sini ingin memberikan teh madu hangat untuk Anda.”Dakota tersenyum menerima teh mandu hangat itu. “Terima kasih.”“Dengan senang hati, Nona. Kalau begitu saya permisi.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Dakota.Dakota menyesap teh madu hangat buatan sang pelayan. Dia menatap lurus ke depan, cuaca di luar sudah sangat gelap, tapi Dylan tak kunjung pulang. Apakah mungkin Dylan menginap di rumah sakit? Banyak pertanyaan muncul di dalam pikiran Dakota. Ingin ras
Ketegangan menyelimuti ruang megah di mana keluarga Spencer dan keluarga Caldwell berkumpul. Batalnya pernikahan Dylan dan Dakota, membuat suasana menjadi tegang—dan sama sekali tak bersahabat.Brandy menceritakan semuanya pada Darren dan juga Helen tentang keadaan yang sebenarnya. Ayah Dylan itu memilih untuk bercerita, karena baik Dylan dan Dakota masih sama-sama tak mau mengeluarkan suara.Brandy bercerita tentang Dylan memiliki anak dari mantan tunangannya di masa lalu. Pun dia menceritakan tentang kondisi kesehatan anak kandung Dylan itu. Keluarga Dakota berhak tahu apalagi setelah kejadian batalnya pernikahan yang sudah diatur sedemikian rupa.Helen yang terkejut mengis mendengar kabar ini. Dia menangis dalam pelukan putranya. Hal yang membuat Helen menangis adalah dia mencemaskan keadaan Dakota. Dia sangat yakin hati putrinya begitu hancur.Darren masih diam di tempatnya dengan aura yang menunjukkan jelas kemarahan nyata. Pria paruh baya tampan itu memberikan izin pada Dylan me
Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek
“Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah
Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga
Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan
Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan
Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor
Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S
Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel
Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban