Home / Romansa / Heart Stealing (Mencuri Hati) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Heart Stealing (Mencuri Hati) : Chapter 11 - Chapter 20

100 Chapters

Bab 11. Sarapan di Kafe Baru

“Jadi benar kau dan Dylan menjalin hubungan?” Audrey datang pagi-pagi ke penthouse Dakota, untuk menanyakan kepastian tentang kabar Dakota menjalin hubungan dengan Dylan.Dakota meminum susu kaca yang dibuatkan pelayan. “Pasti ibuku sudah cerita pada Bibi Miranda tentang aku dan Dylan. Iya, kan?” tanyanya menduga.Dakota yakin pasti ibunya sudah heboh pada ibu Audrey, menceritakan tentang dirinya yang bilang sedang menjalin hubungan dengan Dylan. Ah! Benar-benar sangat menyebalkan.Audrey duduk di depan Dakota dengan tatapan serius. “Ya, Bibi Helen cerita begitu semangat pada ibuku. Dan ibuku bertanya padaku.”“Lalu kau jawab apa?”“Hm, aku jawab, aku harus mengonfirmasi dulu padamu. Aku tidak tahu. Kau belum bercerita apa pun padaku.”Dakota menghela napas panjang. “Fine, aku akan cerita padamu, tapi aku mohon jangan cerita pada siapa pun. Ini rahasia antara kita berdua. Janji?”Audrey terdiam sejenak berusaha berpikir. “Rahasia apa, Dakota?”“Janji dulu, Audrey.”“Oke-oke. Aku janji
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 12. Bertemu Mantan

Pelafalan nama sangat jelas, memanggil nama ‘Dakota’. Sang pemilik nama mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Tampak seketika tubuh Dakota membeku melihat sosok pria tampan dan gagah yang sangat dia kenali mendekat ke arahnya. Pandangan itu dulunya pernah menjadi kesukaan Dakota, tapi sekarang telah berubah menjadi asing dan benci.“Dakota, aku senang sekali melihatmu,” ucap pria tampan itu pada Dakota.Dylan tampak menunjukkan ketidaksukaannya pada pria yang menatap Dakota, dengan tatapan dalam dan penuh rasa kagum serta suka. Dylan memeluk pinggang Dakota dengan sangat possessive. Dia menunjukkan bahwa Dakota hanya miliknya.“Ryan?” Dakota menyebut nama pria itu.Ryan tersenyum, tapi senyumannya memudar melihat cara Dylan memeluk pinggang Dakota. “D-Dakota, senang bisa melihatmu. Pria di sampingmu kekasihmu?”Mendengar pertanyaan Ryan membuat Dakota langsung menoleh, menatap Dylan. “Ya, ini Dylan Caldwell, kekasihku.”Ryan mengangguk di balik senyuman getir. Dia terpaksa mengu
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 13. Pertengkaran

Menemani Dylan ke Singapore? Wtf! Dakota mengumpati kecurangan Dylan, agar dirinya bisa ikut dalam perjalanan bisnis pria itu. Sungguh! Hal tergila yang dilakukan Dylan Caldwell adalah menghubungi ayah Dakota untuk meminta izin. Rasanya Dakota ingin memaki Dylan yang menggunakan cara licik, tapi semua percuma ayahnya sudah terlanjur percaya pada Dylan.Dakota menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Memejamkan mata singkat seraya meloloskan umpatan kasar. Minggu depan jadwalnya sangat padat, tapi terpaksa harus libur karena paksaan dari pria sialan itu.Suara dering ponsel berbunyi. Dakota mengambil ponselnya melirik nomor sang sekretaris yang menghubunginya. Embusan napas panjang lolos di bibirnya. Dia sedang malas bicara, tapi malah sekretarisnya menghubunginya. Dia ingin menolak panggilan telepon itu, tapi dia khawatir ada hal penting yang dibahas oleh sekretarisnya. Akhirnya, Dakota memutuskan untuk menjawab panggilan telepon itu.“Ada apa?” tanya Dakota kala panggilan terhubung.“Selam
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 14. Ciuman Panas

Keheningan membentang dari dalam mobil. Dylan mengemudikan mobil sambil melirik Dakota yang masih marah padanya. Wanita cantik itu membuang wajahnya menoleh ke luar jendela—tak mau melihat Dylan sama sekali.Dylan ingin mengajak bicara Dakota, tapi karena posisi sedang di jalan, membuatnya memutuskan untuk menunda. Dia tidak ingin bertengkar dengan Dakota. Pria tampan itu sangat mengenali sifat dari wanita yang dia sukai.Setibanya di parkiran, Dakota segera masuk ke dalam penthouse-nya. Dylan turun menyusul. Pria itu memerintahkan pelayan membawakan barang-barang belanjaan Dakota. Dylan masih tetap tenang meski Dakota marah padanya. “Dakota.” Dylan menarik tangan Dakota, di kala tiba di kamar wanita itu.“Aku ingin istirahat. Pulanglah.” Dakota menyingkirkan tangan Dylan, yang menyentuh tangannya.Alih-alih melepaskan malah kini Dylan memeluk pinggang Dakota. “Aku tidak akan pergi. Aku masih akan di sini. Kau sedang cemburu, bagaimana bisa aku meninggalkanmu yang sedang cemburu.”M
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 15. Tinggal Satu Kamar

Bukan Dakota Spencer namanya jika tidak membawa banyak sekali barang. Pergi menemani Dylan ke Singapore, seperti ingin pindahan. Wanita cantik itu banyak sekali membawa barang. Lebih tepatnya dia banyak membawa barang-barang yang dia beli bersama dengan Dylan.“Dakota, kita hanya satu minggu di Singapore, kenapa kau membawa banyak sekali barang-barang?” Dylan yang sudah datang ke penthouse Dakota, menghela napas kasar melihat barang-barang yang dibawa Dakota.“Banyak persiapan. Aku harus selalu tampil cantik. Kau keberatan?” Dakota mendongakkan kepalanya, menatap Dylan yang jauh lebih tinggi.Dylan mencuri kecupan di bibir Dakota. “Aku akan siapkan satu pesawat khusus untuk menampung barang-barangmu. Apa pun yang kau inginkan, akan aku turuti.”Pipi Dakota sedikit merona mendengar apa yang dikatakan oleh Dylan. Namun buru-buru, dia berusaha untuk bersikap tenang. Dia tidak mau membuat Dylan menjadi penuh percaya diri.“Di depan Xander dan Audrey, jangan terus menerus mencium bibirku,”
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 16. Mengikuti Ide Audrey

Dakota tidak bisa berkutik mengingat ancaman Dylan. Dia ingin memesan satu kamar khusus untuknya, tapi dia khawatir Dylan malah melakukan hal yang macam-macam. Hal tersebut yang membuatnya akhirnya pasrah satu kamar dengan Dylan. Pun Dakota sudah memberikan ancaman agar Dylan tahu batasan. Well, jawaban Dylan dengan santai tidak akan melampui batas jika tanpa izin darinya.Dylan Caldwell memang sudah tidak waras. Nasib sial menghampiri Dakota. Mulai dari dipaksa menemani pria itu perjalanan bisnis, hingga dipaksa untuk tinggal di kamar yang sama dengan pria itu. Ah! Rasanya Dakota ingin sekali mencekik pria menyebalkan itu.“Kau ingin terus duduk di sofa dengan bibir tertekuk?” Dylan menatap Dakota yang sejak tadi duduk di sofa, sambil melipat tangan di depan dada—dengan posisi bibir tertekuk. Dakota melengos, tak menggubris ucapan Dylan.Dylan menghampiri Dakota sambil mengulurkan tangannya. “Sudah waktunya makan malam. Kita akan makan malam di Chinese Restaurant yang cukup terkenal
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 17. Batas yang Dibuat Dakota  

Langit malam di Singapore sangat indah. Malam sudah larut. Sepulang dari restoran, Dylan mengajak ke salah satu klub malam sebentar untuk minum. Tentu yang minum hanya Dylan dan Xander saja. Dakota tidak minum karena menemani Audrey yang dilarang minum oleh Xander. Saat memasuki kamar, Dakota lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi. Wanita cantik itu mengganti pakaian dengan piyama, tapi dia tidak nyaman memakai piyama. Dia lebih suka memakai dress khusus tidur. Namun ada masalah yaitu dia satu kamar dengan Dylan.“Astaga, aku harus pakai apa?” gumam Dakota gelisah.Dari luar Dylan mengetuk pintu. “Dakota, apa kau masih lama di kamar mandi?”“Tunggu sebentar,” seru Dakota cepat.Dakota mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar mandi. “Ah, sudahlah. Aku pakai gaun tidur seperti biasa saja. Aku malas pakai piyama.”Dakota mengambil keputusan untuk memakai gaun tidur yang nyaman. Dia kurang suka memakai piyama. Biasanya dia memakai piyama jika musim dingin. Meski AC dingin, tetap saja cua
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 18. Kecelakaan Kecil

Cuaca terik panas di Singapore sudah hal biasa. Dakota dan Audrey sama-sama menemani Dylan dan Xander berkunjung ke lokasi di mana project hotel mereka dibangun. Hotel yang kebetulan lokasinya dekat dengan sungai di Singapore.Dakota ingin memilih berbelanja, daripada menemani Dylan, tapi perkataan Audrey yang mencemaskan Xander, membuat Dakota akhirnya memutuskan untuk ikut. Entah cemas Dakota sangat berbeda dengan cemas Audrey. Jika Audrey cemas hal buruk menimpa Xander di project, lain halnya dengan Dakota yang cemas ada jalang yang mengganggu Dylan.Sial. Tidak bisa lagi ditutupi bahwa Dakota selalu kesal dan marah ada jalang yang mengganggu Dylan. Padahal statusnya dengan Dylan hanyalah kekasih pura-pura. Tidak lebih dari itu. Apakah dirinya sudah mulai jatuh hati pada Dylan? Tidak, buru-buru, Dakota menepis pikiran tersebut.Dakota telah tiba di lokasi. Audrey dan Xander melihat ke bangunan sisi kiri, dan Dylan melihat ke bangunan sisi kanan. Tadi Dylan ingin mengajak Dakota mel
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 19. Perasaan Tak Menentu

Mata dan bibir Dakota melebar mendengar pertanyaan Dylan. Sebuah pertanyaan yang membuatnya salah tingkah. Bahkan jantungnya berdetak tak karuan. Jemari saling menaut, tatapannya fokus pada Dylan yang sekarang mengebas rambutnya yang basah. Mereka saling menatap satu sama lain. Tatapan yang memiliki makna khusus layaknya magnet yang saling tarik menarik. “Kenapa kau hanya diam, Nona Spencer?” tanya Dylan lagi yang sontak membuat Dakota menjadi salah tingkah tak menentu.Dakota menelan salivanya susah payah. Jantungnya berdebar tak karuan seakan ingin lompat dari tempatnya. “D-Dylan, c-cukup kau jangan bercanda.”Dakota tidak tahu harus menjawab seperti apa. Satu-satunya jawaban yang bisa dirinya ucapkan adalah jangan bercanda. Come on! Dakota tak bisa langsung percaya begitu saja. Bajingan Caldwell bisa saja hanya membuatnya tersipu, setelah itu membuangnya ke tempat sampah.Dakota pernah dilukai dan dihancurkan. Dia tahu bagaimana rasanya sakit hati berlarut-larut. Tenggelam dalam
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

Bab 20. Tergila-gila  

Malam semakin larut. Dakota yang sedang tertidur pulas, merasakan ada yang bergerak gelisah di sampingnya. Mata wanita itu terbuka—dan menatap Dylan yang seperti tengah bermimpi. Pun keringat membanjiri kening pria tampan itu.“Dylan?” Dakota menyentuh pipi Dylan, dan betapa terkejutnya dia, suhu tubuh Dylan panas. Pria itu sedang sakit! Dakota menjadi panik karena Dylan demam. Dia ingin menghubungi dokter, tapi ini sudah tengah malam. Jika dia menghubungi rumah sakit, pasti dokter dari rumah sakit akan datang lama. Dakota menjadi dilemma.“Aku harus mencari obat.” Dakota menuju ke kotak obat yang tersimpan, untungnya di sana dia menemukan obat penurun demam. Dia segera mengambil obat itu dan air hangat—dan kembali menghampiri Dylan.“Dylan, minumlah obatmu.” Dakota membantu Dylan minum obat.Dylan menurut, minum obat pemberian Dakota. Tepat di kala Dylan sudah minum obat, Dakota segera mengambil handuk kecil, mengompres kening Dylan. Wanita itu sekarang menjadi cemas dan khawatir.
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status