Bukan Dakota Spencer namanya jika tidak membawa banyak sekali barang. Pergi menemani Dylan ke Singapore, seperti ingin pindahan. Wanita cantik itu banyak sekali membawa barang. Lebih tepatnya dia banyak membawa barang-barang yang dia beli bersama dengan Dylan.“Dakota, kita hanya satu minggu di Singapore, kenapa kau membawa banyak sekali barang-barang?” Dylan yang sudah datang ke penthouse Dakota, menghela napas kasar melihat barang-barang yang dibawa Dakota.“Banyak persiapan. Aku harus selalu tampil cantik. Kau keberatan?” Dakota mendongakkan kepalanya, menatap Dylan yang jauh lebih tinggi.Dylan mencuri kecupan di bibir Dakota. “Aku akan siapkan satu pesawat khusus untuk menampung barang-barangmu. Apa pun yang kau inginkan, akan aku turuti.”Pipi Dakota sedikit merona mendengar apa yang dikatakan oleh Dylan. Namun buru-buru, dia berusaha untuk bersikap tenang. Dia tidak mau membuat Dylan menjadi penuh percaya diri.“Di depan Xander dan Audrey, jangan terus menerus mencium bibirku,”
Dakota tidak bisa berkutik mengingat ancaman Dylan. Dia ingin memesan satu kamar khusus untuknya, tapi dia khawatir Dylan malah melakukan hal yang macam-macam. Hal tersebut yang membuatnya akhirnya pasrah satu kamar dengan Dylan. Pun Dakota sudah memberikan ancaman agar Dylan tahu batasan. Well, jawaban Dylan dengan santai tidak akan melampui batas jika tanpa izin darinya.Dylan Caldwell memang sudah tidak waras. Nasib sial menghampiri Dakota. Mulai dari dipaksa menemani pria itu perjalanan bisnis, hingga dipaksa untuk tinggal di kamar yang sama dengan pria itu. Ah! Rasanya Dakota ingin sekali mencekik pria menyebalkan itu.“Kau ingin terus duduk di sofa dengan bibir tertekuk?” Dylan menatap Dakota yang sejak tadi duduk di sofa, sambil melipat tangan di depan dada—dengan posisi bibir tertekuk. Dakota melengos, tak menggubris ucapan Dylan.Dylan menghampiri Dakota sambil mengulurkan tangannya. “Sudah waktunya makan malam. Kita akan makan malam di Chinese Restaurant yang cukup terkenal
Langit malam di Singapore sangat indah. Malam sudah larut. Sepulang dari restoran, Dylan mengajak ke salah satu klub malam sebentar untuk minum. Tentu yang minum hanya Dylan dan Xander saja. Dakota tidak minum karena menemani Audrey yang dilarang minum oleh Xander. Saat memasuki kamar, Dakota lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi. Wanita cantik itu mengganti pakaian dengan piyama, tapi dia tidak nyaman memakai piyama. Dia lebih suka memakai dress khusus tidur. Namun ada masalah yaitu dia satu kamar dengan Dylan.“Astaga, aku harus pakai apa?” gumam Dakota gelisah.Dari luar Dylan mengetuk pintu. “Dakota, apa kau masih lama di kamar mandi?”“Tunggu sebentar,” seru Dakota cepat.Dakota mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar mandi. “Ah, sudahlah. Aku pakai gaun tidur seperti biasa saja. Aku malas pakai piyama.”Dakota mengambil keputusan untuk memakai gaun tidur yang nyaman. Dia kurang suka memakai piyama. Biasanya dia memakai piyama jika musim dingin. Meski AC dingin, tetap saja cua
Cuaca terik panas di Singapore sudah hal biasa. Dakota dan Audrey sama-sama menemani Dylan dan Xander berkunjung ke lokasi di mana project hotel mereka dibangun. Hotel yang kebetulan lokasinya dekat dengan sungai di Singapore.Dakota ingin memilih berbelanja, daripada menemani Dylan, tapi perkataan Audrey yang mencemaskan Xander, membuat Dakota akhirnya memutuskan untuk ikut. Entah cemas Dakota sangat berbeda dengan cemas Audrey. Jika Audrey cemas hal buruk menimpa Xander di project, lain halnya dengan Dakota yang cemas ada jalang yang mengganggu Dylan.Sial. Tidak bisa lagi ditutupi bahwa Dakota selalu kesal dan marah ada jalang yang mengganggu Dylan. Padahal statusnya dengan Dylan hanyalah kekasih pura-pura. Tidak lebih dari itu. Apakah dirinya sudah mulai jatuh hati pada Dylan? Tidak, buru-buru, Dakota menepis pikiran tersebut.Dakota telah tiba di lokasi. Audrey dan Xander melihat ke bangunan sisi kiri, dan Dylan melihat ke bangunan sisi kanan. Tadi Dylan ingin mengajak Dakota mel
Mata dan bibir Dakota melebar mendengar pertanyaan Dylan. Sebuah pertanyaan yang membuatnya salah tingkah. Bahkan jantungnya berdetak tak karuan. Jemari saling menaut, tatapannya fokus pada Dylan yang sekarang mengebas rambutnya yang basah. Mereka saling menatap satu sama lain. Tatapan yang memiliki makna khusus layaknya magnet yang saling tarik menarik. “Kenapa kau hanya diam, Nona Spencer?” tanya Dylan lagi yang sontak membuat Dakota menjadi salah tingkah tak menentu.Dakota menelan salivanya susah payah. Jantungnya berdebar tak karuan seakan ingin lompat dari tempatnya. “D-Dylan, c-cukup kau jangan bercanda.”Dakota tidak tahu harus menjawab seperti apa. Satu-satunya jawaban yang bisa dirinya ucapkan adalah jangan bercanda. Come on! Dakota tak bisa langsung percaya begitu saja. Bajingan Caldwell bisa saja hanya membuatnya tersipu, setelah itu membuangnya ke tempat sampah.Dakota pernah dilukai dan dihancurkan. Dia tahu bagaimana rasanya sakit hati berlarut-larut. Tenggelam dalam
Malam semakin larut. Dakota yang sedang tertidur pulas, merasakan ada yang bergerak gelisah di sampingnya. Mata wanita itu terbuka—dan menatap Dylan yang seperti tengah bermimpi. Pun keringat membanjiri kening pria tampan itu.“Dylan?” Dakota menyentuh pipi Dylan, dan betapa terkejutnya dia, suhu tubuh Dylan panas. Pria itu sedang sakit! Dakota menjadi panik karena Dylan demam. Dia ingin menghubungi dokter, tapi ini sudah tengah malam. Jika dia menghubungi rumah sakit, pasti dokter dari rumah sakit akan datang lama. Dakota menjadi dilemma.“Aku harus mencari obat.” Dakota menuju ke kotak obat yang tersimpan, untungnya di sana dia menemukan obat penurun demam. Dia segera mengambil obat itu dan air hangat—dan kembali menghampiri Dylan.“Dylan, minumlah obatmu.” Dakota membantu Dylan minum obat.Dylan menurut, minum obat pemberian Dakota. Tepat di kala Dylan sudah minum obat, Dakota segera mengambil handuk kecil, mengompres kening Dylan. Wanita itu sekarang menjadi cemas dan khawatir.
Dakota merasa dirinya sudah tidak beres. Setiap kali sentuhan Dylan, tidak mampu dia tolak. Dia sudah berusaha untuk menghindar, tapi tetap saja tidak bisa. Dylan paling berengsek selalu mencuri-curi ciuman darinya. Sialnya bagaikan gayung bersambut—Dakota malah membalas ciuman pria berengsek itu. Sungguh! Dakota merasa otaknya sedang tidak baik-baik saja.Akan tetapi tidak bisa dipungkiri. Hadirnya Dylan yang selalu bertindak konyol, telah membuat Dakota move on dari mantan kekasihnya. Sekarang yang ada di dalam pikiran Dakota adalah kegilaan Dylan yang gencar mengejarnya. Berkali-kali sudah dirinya tolak, tapi tetap saja Dylan tak kunjung menyerah. Malah yang ada Dylan menunjukkan jelas seolah pria itu serius pada Dakota.“Ck! Dakota, aku mengajakmu berbelanja bukan untuk melamun sambil tersenyum-senyum tidak jelas,” gerutu Audrey yang sedang memilih baju.Saat ini Audrey dan Dakota sedang berada di sebuah mall di Singapore yang berada di Orcard. Audrey mengajak Dakota ke mall di ka
“Apa? Audrey dan Xander besok akan ke Sydney?”Dakota terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dylan. Sepulang dari restoran, dia langsung kembali ke hotel. Sekarang di kala ingin tidur, Dakota dikejutkan dengan ucapan Dylan. Pasalnya dia sama sekali tidak tahu Audrey dan Xander esok hari akan ke Sydney. Tadi saat jalan-jalan ke mall, Audrey tidak bilang apa pun padanya.Dylan mengangguk. “Ya, Audrey pasti baru tahu malam ini. Xander ada project di Sydney. Xander harus mengurus project-nya.”Dakota menatap serius Dylan. “Dan kau juga akan ke Sydney?”Dylan mencubit hidung mancung nan mungil Dakota. “Nope, kita akan tetap berada di Singapore.”“Kita tidak ikut ke Sydney?” ulang Dakota memastikan.Dylan menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku masih memiliki urusan di Singapore.”“Kenapa kau tidak bilang di awal kalau di pertengahan kita akan berpisah dengan Audrey dan Xander?” protes Dakota kesal.“Ini semua mendadak. Aku sendiri tidak tahu kalau akhirnya Xander akan ada project di Sydne
Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek
“Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah
Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga
Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan
Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan
Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor
Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S
Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel
Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban