“Aku dan Xander sudah di Sydney. Malam ini aku akan menemani Xander bertemu dengan client-nya. Bagaimana Singapore? Kau masih betah di sana?” tanya Audrey yang baru saja melakukan panggilan “Singapore membosankan karena tidak ada dirimu.” Dakota mengeluh sambil bibir yang menekuk.Audrey tertawa dari balik teleponnya. “Come on, ada Dylan di sana. Aku yakin kau tidak akan mungkin bosan.” Dakota mendengkus tak suka. “Jika aku tahu pada akhirnya aku dan Dylan ditinggal hanya berdua saja, aku lebih baik memilih untuk tidak ikut ke Singapore.”“Memangnya bisa? Bukankah Dylan sudah menjebakmu, mengajakmu secara paksa?” Audrey terkekeh meledek dari seberang sana. Dakota berdecak jengkel di kala diledek oleh Audrey. “Jika benar kehidupan kedua ada, maka pasti aku telah melakukan kesalahan di masa lalu, hingga karma buruk datang di masa kini. Sial sekali aku dipertemukan oleh Dylan.”Tawa Audrey meledak mendengar ucapan konyol Dakota. “Sudahlah, kau ini ada-ada saja. Aku harus tutup dulu.
Makan malam berlangsung sangat menjengkelkan. Dakota berusaha menahan dadanya yang terasa sangat panas. Dia makan dengan anggun, tapi dia tak henti memberikan tatapan tajam pada Maria Choi yang terus menggoda Dylan. Pembahasan tentang kerja sama bisnis, tapi malah Maria seolah mencari kesempatan agar bisa dekat dengan Dylan.“Tuan Caldwell, mungkin sepertinya kita harus sering bertemu. Nanti saat di Roma, kita harus bertemu berdua agar lebih intim membahas kerja sama,” kata Maria seraya menyentuh tangan Dylan.Dakota berdecak sambil menyingkirkan sendiri tangan Maria di tangan Dylan. “Kau tidak bisa berduaan dengan kekasihku. Meski kalian rekan bisnis, tapi asisten kekasihku haruslah menemaninya. Ah, dan jika aku memiliki waktu pasti aku akan bersama kekasihku. Tolong, kau jaga tanganmu dengan baik. Jangan dekat-dekat dengan kekasihku. Jaga batasan. Dylan sudah memiliki kekasih.”Dakota tidak peduli dengan ucapannya. Dia langsung mengutarakan apa yang sudah sejak tadi dia tahan-tahan.
Kejadian dicumbu Dylan membuat Dakota terus salah tingkah. Beberapa kali Dakota berusaha mengingat kejadian malam itu, tapi nyatanya tidak kunjung bisa. Dia mengingat jelas bagaimana Dylan menyentuhnya. Bibir hangat Dylan mencumbu kedua payudaranya, membuat otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Sungguh! Sejak kejadian itu, bayang-bayang sentuhan Dylan selalu ada di depan mata—seolah tidak bisa ditolak sama sekali.Seperti pagi ini, yang ada di pikiran Dakota adalah bayang-bayang memikirkan tentang Dylan. Dia tidak ingin memikirkan kejadian itu, tapi nyatanya sangat sulit terlupakan. Bahkan kenangan tersebut sangatlah teringat jelas di benaknya. Dia tak bisa lari dari sebuah kenangan yang sudah tersemat di dalam pikirannya.“Apa yang kau pikirkan, Nona Spencer?” Dylan berdeham, menatap Dakota yang senyum-senyum sendiri.Dakota tersentak membuyarkan lamunannya mendengar ucapan Dylan. “Kau mengejutkanku, Dylan!” serunya jengkel.Dylan memiringkan kepalanya, menatap manik mata i
Dylan dan Boy saling mengobrol hangat. Mereka membahas tentang bisnis. Maria tak jarang menatap Dylan dengan tatapan kagum memuja. Sayangnya, setiap kali Maria memberikan tatapan pada Dylan, selalu saja Dakota tiba-tiba memeluk lengan Dylan erat seakan tidak ingin lepas.Dakota cemburu bahkan sangat cemburu. Itu terlihat jelas di wajah wanita cantik itu. Dakota tidak membiarkan celah sedikit pun pada Maria untuk dekat-dekat dengan Dylan. Pesta berlangsung dengan meriah, sayangnya tatapan Dakota dan Maria saling melemparkan tatapan peperangan.Maria tidak menyukai Dakota. Itu terlihat jelas. Namun, Dakota tidak peduli sama sekali. Hal yang paling Dakota pikirkan sekarang adalah menjauhkan Dylan dari Maria.“Aku rasa malam akan semakin meriah jika kita melakukan permainan,” ucap Maria seraya menggerakan gelas berkaki tinggi di tangannya.Boy menoleh menatap Maria. “Permainan apa yang kau maksud, Maria?”Dylan mengamati Maria, menunggu jawaban dari wanita itu.Maria menyesap wine di tang
Dylan mendorong tubuh Dakota masuk ke dalam kamar hotel mereka seraya menautkan bibir. Ciuman panas itu sudah tercipta sejak di dalam pintu lift. Kali ini mereka tidak lagi bisa menahan diri. Lidah mereka saling menyesap satu sama lain. Bibir menaut bagaikan aliran Listrik kuat, yang menyengat.“Akh,” desah Dakota di kala Dylan mencium bibirnya begitu hebat.Tangan Dylan menjamah payudara Dakota, membelai dengan penuh kelembutan. Erangan halus lolos di bibir Dakota, membuat Dylan tak henti melancarkan aksinya. Pria tampan itu menyelipkan tangannya, ke dalam dress Dakota, meremas pelan payudara wanita itu.“D-Dylan,” desah Dakota.Dylan melepas tautan bibir itu seraya terus memilin puting payudara Dakota. “Kau ingin menolak sentuhanku?” Pipi Dakota merona malu. “A-aku—”Dylan menunduk mengecupi leher wanita itu, meninggalkan jejak kemerahan di sana.“Ah, Dylan!” erang Dakota seraya meremas bahu kekar Dylan.Dylan melucuti dress yang dipakai Dakota, dan hanya menyisakan celana dalam be
Sinar matahari menelusup masuk ke dalam sela-sela jendela, menyentuh pipi mulus Dakota. Perlahan wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali. Matanya mulai terbuka. Tepat di kala mata sudah terbuka, tubuhnya terasa sangat remuk. Dakota belum pernah merasakan sekujur tubuhnya sakit seperti ini.Dakota menyipitkan mata melihat sinar matahari menembus sela-sela jendela kamar. Beberapa detik otak Dakota berusaha mencerna di mana dirinya berada. Dia mengendarkan pandangannya menatap ke sekitar dirinya berada di kamar hotel di mana dia menginap dengan Dylan.Tunggu! Seketika raut wajah Dakota berubah melihat pakaian berceceran di lantai. Otaknya berusaha mengingat apa yang terjadi. Detik itu juga dia langsung mengingat tentang kejadian tadi malam. Mulai dari datang ke klub malam, lalu bermain truth or dare, dan terakhir … ah, ini gila! Dakota menepuk keningnya mengingat semuanya. Tatapan Dakota mulai teralih pada sosok pria tampan yang bertelanjang dada, dan hanya terbalut oleh selimut teb
Dakota seperti menelan ucapannya sendiri. Dia selalu mengatakan tak mungkin jatuh cinta pada Dylan Caldwell, tapi ternyata takdir berkata lain. Kenyataan sekarang adalah Dakota telah jatuh-jatuh sedalamnya pada sosok Dylan. Tak bisa menampik bahwa Dylan mampu membuat Dakota mencintai pria itu.Pagi itu, Dakota duduk di ranjang seraya tersenyum semeringah bahagia. Selam aini Dakota hanya mengizinkan mantan kekasihnya dulu sekedar mencium bibirnya saja. Dia tak mengizinkan mantan kekasihnya melakukan lebih. Sebab, kala itu Dakota berpikir kuno yaitu hanya suami yang boleh menyentuh tubuhnya. Sekarang semua pikiran kunonya telah hilang setelah memiliki hubungan dengan Dylan. Dakota sama sekali tak menyesal telah memberikan tubuhnya pada sosok yang amat dia cintai. Dylan berbeda dengan mantan kekasihnya. Dia yakin akan hal itu. Tak akan mungkin Dylan melukainya. Jika Dylan hanya mempermainkannya, tak mungkin pria itu mengejarnya tanpa sedikit pun menyerah.“Kau sedang membayangkan apa?”
Segala barang belanjaan Dakota telah dibawa oleh anak buah Dylan. Ya, hari ini tiba waktunya Dakota dan Dylan kembali ke Roma. Perjalanan bisnis di Singapore telah berakhir. Dylan segera mengajak Dakota kembali ke Roma, karena selain urusan pekerjaan, pria itu juga akan segera menemui keluarga Dakota—membahas tentang pernikahan.“Sayang, kalau nanti kita sudah berada di Roma, apa rencanamu? Apa kau akan sibuk dengan pekerjaanmu?” tanya Dakota seraya menoleh menatap Dylan. Dia sekarang bersama dengan Dylan berada di dalam mobil menuju bandara.Dylan menarik tubuh Dakota, membawanya masuk ke dalam pelukannya. “Aku akan bertemu dengan kedua orang tuamu, membahas tentang pernikahan kita. Ah, tapi sebelumnya, aku harus membayar utang padamu. Cincin lamaran dan melamar dengan cara romantis. Itu akan aku lakukan saat kita tiba di Roma.”Dakota tersipu malu. “Beri tahu aku sebesar apa cintamu padaku?”Dylan tersenyum mendengar pertanyaan Dakota. Dia mencubit gemas pipi Dakota sambil berkata,
Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek
“Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah
Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga
Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan
Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan
Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor
Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S
Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel
Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban