Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Kesayangan Bos Arogan: Chapter 41 - Chapter 50

124 Chapters

Aku Menyukainya

“Kita naik motor, Tuan?” tanya Naomi spontan ketika melihat Alister malah menunggangi motor sport. Alister menepati janji yang katanya akan mengajaknya jalan-jalan hari ini. Seperti biasa, lelaki itu akan berjalan lebih dulu sedangkan Naomi menyusul. Naomi pikir mereka akan menggunakan mobil seperti biasa. Namun, ternyata lelaki itu malah sudah siap dengan motornya. Alister menoleh dengan sebelah alis terangkat. “Kenapa? Kamu tidak mau?”Naomi menggeleng samar. “Bukan begitu. Tapi, bukannya Tuan tidak mau ada yang mengenali kita?”Entah mereka akan bertemu dengan siapa di jalan nanti. Jika menggunakan mobil, Naomi masih bisa bersembunyi. Tetapi, dengan motor seperti ini, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Bahkan, saat menggunakan mobil saja, Alister selalu menggunakan topi dan masker. Belum bagi, menggunakan motor akan membuat Naomi terpaksa menempel dengan Alister. Pasti rasanya akan sangat canggung. Berbeda jika Attar atau Kelvin yang memboncengnya karena ia sudah terbiasa. Terl
Read more

Mengambil Bayaran

“Ke mana lagi, Tuan?” Naomi kembali melempar pertanyaan sembari memasuki mobil dan duduk di samping suaminya.“Suatu tempat yang menyenangkan. Ini perjalanan utama kita. Kamu akan tahu nanti,” jawab Alister misterius. Naomi masih mengerutkan keningnya, namun memilih tak bertanya lagi. Meskipun sangat penasaran. Naomi tahu Alister tidak akan menjawab sebelum mereka sampai di tempat tujuan dan ia mengetahui sendiri ke mana tujuan mereka. Entah di mana motor sport yang tadi mereka gunakan. Naomi tidak melihatnya lagi di parkiran salon. Sepertinya Alister sengaja menukarnya karena ingin menggunakan mobil. Lelaki itu sangat aneh. Jika akhirnya akan menggunakan mobil, untuk apa tadi malah memakai motor?Mobil itu melesat membelah jalanan yang lebih lenggang, meskipun saat ini adalah waktu makan siang. Sebab, jalur yang Alister tempuh mengarah ke pinggiran kota. Lelaki itu menghentikan mobil di tengah perjalanan untuk membeli makanan secara drive thru. “Makanlah, perjalanan kita masih pan
Read more

Aku Merindukanmu

“Bayaran apa, Tuan?” tanya Naomi gelagapan. Ia berdeham singkat untuk menetralkan kegugupannya, namun tak berhasil. Sebenarnya Naomi mengerti ke mana arah pembicaraan Alister. Namun, tentu saja ia tidak akan mengakuinya. Mereka baru sampai dua jam lalu di sini dan sekarang pun matahari masih bersinar terang. Rasanya tak pantas membahas hal-hal seperti itu. Alister terkekeh rendah sembari membuka kacamata dan melempar benda itu ke nakas. “Menurutmu bagaimana? Kemarilah! Apa kamu tidak pegal berdiri di sana terus?” Lelaki itu menepuk sisi ranjang yang kosong di sampingnya sembari menatap Naomi dengan sorot teduh yang membius. “Tuan, ini masih siang.” Naomi berkata dengan nada agak ketus dan kedua tangan terlipat di depan dada. Alister yang tadinya hanya terkekeh kini tergelak renyah. Tubuh lelaki itu sampai gemetar dengan mata menyipit. Membuat Naomi merona karena malu sendiri telah menyuarakan isi hatinya. Seharusnya, ia cukup diam saja dan berpura-pura tidak tahu. “Memangnya kena
Read more

Teman Tapi Mesra?

“Jangan lama-lama, Tuan. Nanti makanannya keburu dingi—Nyonya Amara?”“Apa yang dia lakukan di sini?” Suara Naomi kontan mengecil. Tadinya Naomi hanya ingin menatap suaminya yang semakin menjauh. Namun, ia malah tak sengaja melihat seseorang yang mirip Amara. Ah, bukan. Dia memang Amara. Naomi yakin itu karena ia sudah hapal perawakan jiga cara berpakaian Amara. Dan lagi, Naomi mendapati wanita itu sedang bersama seorang pria. Sayang sekali posisi pria itu membelakanginya hingga dirinya tak dapat melihat rupa sang pria. Keduanya tampak berbincang akrab dengan kedua tangan yang saling menggenggam di atas meja. Sepertinya pria itu adalah pria yang bersama Amara di supermarket tempo hari. Atau mungkin berbeda, entahlah, Naomi tidak terlalu memperhatikan perawakan pria itu. Yang membuatnya salah fokus dan penasaran adalah mereka yang tampak sangat akrab dan mesra. “Sebenarnya siapa pria itu?” gumam Naomi penasaran. Ia sampai melupakan hidangan di depannya dan fokus memperhatikan gerak
Read more

Wanita Baru

Seharusnya Naomi tidak perlu terkejut mendengarnya. Namun, dengan hubungan tersembunyi mereka, terasa aneh jika Alister mengajaknya menghadiri suatu pesta. Karena pastinya di sana ada banyak orang yang mengenal lelaki itu dan bertanya-tanya siapakah dirinya. “Tidak, Tuan. Aku ingin di sini saja. Aku lelah dan ingin istirahat. Tuan pergi sendiri saja ya? Aku akan menunggu Tuan pulang,” tolak Naomi secara halus. Ia mencoba sadar posisi sebelum mempermalukan dirinya sendiri di depan umum. Mungkin, terbongkarnya hubungan mereka tak akan menjadi masalah besar untuk Alister. Lelaki itu cenderung cuek dalam banyak hal. Namun, tidak dengan Naomi yang akan mendapat cemooh dari semua orang. Sebab, dikira sebagai wanita perebut. Duri dalam rumah tangga orang yang terkenal sangat harmonis di depan kamera. Entah seberapa banyak ujaran kebencian yang akan tertuju padanya. Sudah banyak masalah yang menghampiri hidupnya. Masalahnya dengan Attar pun belum tuntas. Naomi rak ingin menambah masalah ba
Read more

Di Balik Kuasa Suami Orang

Naomi meringis pelan karena orang asing yang tiba-tiba datang dan menarik rambutnya dari belakang. Ia lantas menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita muda dengan dandanan tebal sedang menatapnya dengan sorot menyelidik. “Tolong sopan sedikit. Aku tidak mengenalmu!” balas Naomi dengan tatapan agak menyipit karena kesal, namun ia tahan karena tak ingin mempermalukan dirinya sendiri. “Sombong sekali! Kamu pikir karena kamu bersama Tuan Alister, kamu akan terlindungi! Kamu tidak tahu dia sudah punya istri?!” Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada dan menatap Naomi dengan sorot mencemooh. Nada bicaranya tajam nan menusuk. Naomi memperhatikan sekitarnya. Ia berharap seluruh tamu benar-benar sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tak ada yang melihat ke arahnya. Kemudian, wanita itu kembali menatap wanita aneh di depannya. “Memangnya kenapa? Kamu iri?”Naomi tak ingin meladeni wanita ini. Akan tetapi, sepertinya wanita ini tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Ia kes
Read more

Takut Dia Tahu?

Manik mata Naomi membulat sempurna melihat siapa yang barusan tak sengaja menabraknya. Kelvin! Ia spontan hendak melepas tangannya dari genggaman Alister. Namun, lelaki itu seakan sengaja mengeratkan genggaman pada tangannya hingga membuat genggaman itu tak bisa terlepas. Kepanikan tampak sangat jelas dari wajah Naomi dan itu tertangkap oleh Alister yang memasang ekspresi datar. Bukan hanya Naomi yanh terkejut, tetapi juga Kelvin. Lelaki itu terbelalak dan seakan tak percaya dengan pertemuan mengejutkan ini. “Naomi ... Tuan Alister ... kalian—” Kelvin kehilangan suaranya, benar-benar terkejut melihat Naomi bersama Alister yanh notabenenya adalah bosnya. Apalagi melihat keduanya bergandengan tangan mesra. Menunjukkan jika ada sesuatu di antara keduanya. Kelvin tak terlalu bodoh untuk menafsirkan hal itu. “Dia istriku,” sahut Alister tegas. Sama seperti ketika membalas pertanyaan Alex semalam. Naomi memejamkan matanya sejenak. Seharusnya tidak seperti ini. Ia tidak menyangka akan d
Read more

Bersama Anak Kita

Naomi menyipitkan mata, menatap sosok yang sedang duduk di tepi danau. Memastikan apakah lelaki yang duduk di tepi danau itu adalah suaminya atau bukan. Jarak mereka masih lumayan jauh, dirinya berada di dataran yang lebih tinggi. Sebenarnya Naomi tak berniat menghampiri Alister. Namun, karena obrolan singkatnya dengan Nancy tadi, ia jadi penasaran dan akhirnya tergerak mencari Alister. Wanita itu ingin memastikan apakah Alister ada di danau atau tidak. Dan ternyata suaminya benar-benar ada di sini. Naomi ingin menghampiri Alister, tetapi ia ragu. Alister pasti masih marah dan lelaki itu sangat menyeramkan ketika marah. Namun, di sisi lain Naomi juga merasa bersalah. Sepertinya kata-kata pada lelaki itu tadi pagi terlalu kasar dan tidak sopan. Pelan-pelan Naomi melangkah tanpa suara. Mendekati Alister yang duduk membelakanginya. Ia ingin meminta maaf atas perkataan kasarnya. Naomi menghentikan langkah tepat di belakang Alister. Meremas kedua tangannya gugup. Dan lelaki itu belum me
Read more

Hanya Demi Perjanjian

“Attar?”Manik mata Naomi membulat sempurna. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Khawatir ada yang salah dengan indra penglihatannya. Namun, keberadaan adiknya itu benar-benar nyata. Bukanlah sekadar ilusi yang muncul karena terlalu rindu. Attar benar-benar ada di sini. Menatapnya dengan sorot sendu dari kursi roda yang pemuda itu miliki. Naomi membeku di tempatnya berdiri. Lidahnya kelu untuk berucap. Ia terkejut bukan main melihat kedatangan adiknya yang sangat mendadak. Alister yang sudah menyimpan koper mereka di kamar berdecak melihat Naomi yang hanya berdiri kaku di depan Attar. Ia langsung menghampiri dan menarik wanita itu ke arah Attar. Namun, atensinya teralih karena mendengar ringisan Naomi. “Kamu kenapa?” tanya Alister dengan mata memicing. Naomi dan Alister sama-sama memperhatikan kaki Naomi yang terdapat beberapa luka lecet memerah. Alister baru melihatnya karena sedari kemarin lelaki itu tidak memperhatikan kaki istrinya. Dan luka-luka itu malah baru terasa perih
Read more

Pengobat Rindu

Beberapa bulan lalu, Naomi pasti senang bukan main jika Alister pergi dalam waktu yang lama. Bahkan, berharap lelaki itu tak perlu cepat-cepat menemuinya. Namun, sekarang rasanya berbeda. Bukannya senang karena bebas melakukan apa pun. Ia malah kesepian. Seminggu telah berlalu sejak Alister pergi waktu itu. Hingga saat ini, Alister belum memberi kabar sama sekali. Lelaki itu menghilang bak ditelan bumi. Sedangkan Naomi tidak berani mengirim pesan apalagi menghubungi suaminya lebih dulu. Ia takut menggangguSelama seminggu ini pula Naomi rutin mengunjungi Attar lagi. Meskipun hubungan mereka belum benar-benar membaik. Tetapi, Attar sudah tidak lagi menunjukkan aura permusuhan padanya. Sayangnya, kunjungan itu tetap tak bisa membunuh kebosanan yang Naomi rasakan. Drrtt ... drrtt ...“Siapa yang menelpon malam-malam begini?” Naomi sudah bersiap memejamkan mata dan tidur. Meskipun malas, Naomi tetap meraih ponselnya yang berada di atas nakas dengan mata setengah terpejam. Siapa tahu sa
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status