Semua Bab Istri Kesayangan Bos Arogan: Bab 21 - Bab 30

126 Bab

Mau Tidur di Sampingku?

“Uhuk! Uhuk!” Kalimat yang Alister ucapkan membuat Naomi tersedak. Ia terbatuk hebat hingga air matanya keluar. Alister langsung berdiri dan mengambilkan segelas air untuknya. Setelah batuknya mereda, Alister membantunya minum perlahan-lahan. “Ck! Sudah kubilang hati-hati!” sembur Alister sembari meletakkan gelas air mineral yang isinya tinggal setengah di tempat semula. “Kenapa Tuan ingin aku berhenti bekerja? Bukannya sejak awal kita sudah sepakat kalau aku boleh tetap bekerja asal tidak ada yang tahu hubungan kita? Aku tidak mau berhenti bekerja!” protes Naomi yang menolak mentah-mentah keinginan Alister. Meskipun kebutuhannya sudah dipenuhi oleh Alister, tetap saja berhenti bekerja tidak semudah itu. Selain untuk menabung, bekerja juga dapat menghilangkan kejenuhannya. Ia terbiasa bekerja bahkan sejak masih bersekolah karena itu untuk menutupi biaya sekolahnya juga. “Kamu sedang hamil dan tidak boleh kelelahan. Memangnya apa lagi yang kamu butuhkan? Aku sudah memenuhi semua k
Baca selengkapnya

Sentuhan Ajaib

“Maksudku, tidur di kursi pasti tidak nyaman. Kemarin malam Tuan sudah tidur di kursi semalaman. Kalau Tuan tidak mau, mungkin lebih baik Tuan tidur di sofa saja.” Tatapan ambigu Alister membuat Naomi cepat-cepat meralat permintaannya. “Atau Tuan pulang saja. Aku sudah membaik dan ada banyak perawat yang bisa membantuku kalau aku memerlukan sesuatu,” imbuh Naomi lagi. Alister yang selalu marah-marah selama berada di sini menunjukkan jika lelaki itu keberatan menemaninya. Naomi tak ingin membebani orang lain. Apalagi jika orang itu merasa keberatan. Lebih baik ia mengurus dirinya sendiri. Lagipula dirinya tidak selemah itu. “Siapa kamu berani mengaturku?” sahut Alister dengan tangan terlipat di depan dada. Naomi berdeham pelan. “Aku hanya menawarkan saja. Kalau Tuan tidak mau juga tidak apa-apa.” Naomi kembali memejamkan mata. Seharusnya, ia tak perlu menawarkan apa pun pada lelaki itu. Toh, Alister tidak mungkin menerima tawarannya. Sebelum suasana hatinya semakin memburuk, le
Baca selengkapnya

Suami Posesif

Naomi spontan menarik tangannya ketika Attar hendak menyentuh tangannya. Gerakannya yang mendadak pasti membuat adiknya semakin curiga. Ia pun berdeham pelan, menutupi kegugupannya sekaligus menyembunyikan tangannya. “Bukan. Ini bukan karena infus. Aku sedikit terluka saat bekerja. Tapi, hanya luka kecil dan sudah hampir sembuh. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan,” elak Naomi sembari tertawa kecil. “Kamu mau mencoba ini? Ini enak sekali. Kamu pasti menyukainya.”Naomi berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menawari Attar makanan yang dibawanya. Ia tidak mau adiknya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ekspresi sang adik seakan menunjukkan jika pemuda itu tidak percaya padanya. “Benarkah?” tanya Attar lagi. Ia merasa luka itu mirip dengan bekas jarum infus, seperti yang ada di tangannya. “Iya. Mana mungkin Kakak diinfus? Kamu ada-ada saja. Ini hanya luka kecil. Sebentar lagi juga hilang,” balas Naomi sembari berpura-pura sibuk dengan makanan di depannya. Jika ia menatap adi
Baca selengkapnya

Jangan Membandingkanku dengan Siapa pun!

Naomi hanya ingin bergurau. Namun, melihat ekspresi Alister yang semakin menggelap membuatnya sadar telah salah bicara. Ia lupa kalau suaminya ini bukanlah orang yang bisa diajak bercanda. Ia pun berdeham pelan. “Emm ... lupakan saja. Aku hanya asal bicara.”“Apa maksudmu bertanya seperti itu?” Alister yang tadinya hendak menggendong Naomi ke ranjang mengurungkan niatnya. Ia membungkuk di depan Naomi dengan kedua tangan yang mencengkram kursi roda wanita itu. “Kamu merasa dia lebih baik dariku?!”Naomi mengerjapkan mata. Berjarak sedekat ini dengan Alister membuatnya kesulitan bernapas. Ia tak menyangka lelaki itu akan mempermasalahkan hal yang tidak penting seperti ini. “Emm ... itu ... aku hanya bercanda. Tidak usah dipikirkan, oke?”Alister semakin memangkas jarak dengan ekspresi tak bersahabat sama sekali. Kemudian, lelaki itu berbisik rendah di depan wajah istrinya. “Jangan pernah membandingkanku dengan siapa pun.”“I-iya,” jawab Naomi terbata. Naomi spontan menahan napas ketika
Baca selengkapnya

Hadiah Ulang Tahun yang Benar

Senyum yang tersungging di bibir Naomi perlahan pudar karena bentakan Alister yang mengejutkannya. Ia spontan bergerak mundur tanpa sadar. Bentakan itu membuatnya sedih. Namun, ia berusaha terlihat baik-baik saja meskipun rasanya ingin menangis. Naomi meletakkan kue buatannya pada meja di sampingnya. Kemudian, menatap Alister dengan sorot datar. “Aku belum memberi ucapan selamat ulang tahun untuk Tuan. Anggap saja ini sebagai balasan karena Tuan sudah menemaniku selama berada di rumah sakit.”Melihat respon Alister yang tidak sesuai ekspektasinya, Naomi agak menyesal telah membuatkan kue untuk lelaki itu. Tahu begini, lebih baik ia membuat kue untuk dirinya sendiri saja. Bisa-bisa lelaki itu akan menganggapnya ‘sangat perhatian’ sampai repot-repot membuat kue. Naomi pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba ia ingin membuatkan kue untuk Alister. Padahal ia tahu seberapa menyebalkannya lelaki itu. Atau mungkin ini karena pengaruh kehamilannya? Anaknya ingin membuatnya lebih perhatian pada
Baca selengkapnya

Kedatangan Amara

Entah mimpi apa dirinya semalam sampai mendapat kiriman uang sebanyak ini. Berulang kali Naomi menghitung jumlah angka nol di belakang angka lima. Ia pun sampai mengucek matanya, khawatir salah lihat. Namun, nominal yang tertera tetap tidak berubah. 50 juta! Naomi sampai mengecek kembali apakah benda pipih di tangannya ini benar-benar ponselnya atau bukan. Ponsel itu memang miliknya. Namun, entah bagaimana bisa ada yang mengirimnya uang sebanyak ini. Bahkan, gajinya sebulan pun tidak sampai 10% dari nominal yang masuk ke rekeningnya. Bukannya senang karena saldo rekeningnya membengkak, Naomi malah panik. Ia takut ada penjahat yang salah mentransfer uang dan nanti akan membuatnya terseret masalah. Namun, entah bagaimana caranya mengembalikan uang ini. Nama pengirimnya juga tidak jelas. “Atau aku lapor polisi saja ya? Sekarang ‘kan banyak modus kejahatan,” gumam Naomi yang masih panik. Ketika Naomi masih bergelut dengan pikirannya, ia dikejutkan oleh ponselnya yang berdering nyaring
Baca selengkapnya

Jangan Sampai Alister Tahu

“Kebetulan kamu ada di sini, bisa kita bicara sebentar?” tutur Amara yang hanya melirik Naomi sekilas sebelum melangkah melewati wanita itu. “Aku—oke.”Tadinya Naomi hendak menolak karena ia harus segera pergi. Akan tetapi, sebelum ada izin dari Alister dirinya tidak akan diizinkan pergi ke mana pun. Akhirnya, ia memutuskan berbalik dan mengikuti langkah Amara yang kini sudah masuk ke kamarnya. Ketika Naomi menyusul masuk, Amara sedang memperhatikan isi kamar tersebut. Seolah baru pertama kali memasuki kamar ini. Atau mungkin, terakhir kali Amara datang, tatanan tempat ini tidak seperti yang sekarang. Tidak mungkin juga Amara belum pernah datang kemari. Setelah puas menelisik sekitarnya, Amara melangkah ke arah meja rias Naomi dan meletakkan tas mahalnya di atas meja. Kemudian, wanita itu duduk di bangku yang tersedia di depan meja rias. Sedangkan Naomi masih berdiri di depan pintu. “Kenapa masih berdiri di sana? Bukannya kamu baru keluar dari rumah sakit? Alister akan marah besa
Baca selengkapnya

Kamu Lupa Pulang?

Naomi yang sedang menutup pintu berjingkat kaget mendengar suara Attar. Ia sudah berusaha tidak mengeluarkan suara sama sekali. Tahu begini, ia tidak akan masuk ke kamar adiknya lagi. “Kakak mau berangkat kerja. Kebetulan hari ini masuk shift malam.”Naomi tidak menemukan alasan lain yang lebih masuk akal dari ini. Meski alasan ini pasti menimbulkan banyak pertanyaan di benak Attar. Apalagi sekarang sudah nyaris tengah malam dan dirinya tidak pernah keluar rumah selarut ini sebelumnya. “Shift malam? Sejak kapan? Memangnya restoran itu buka 24 jam sekarang?” Attar mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. “Bukan di sana. Kakak bekerja di tempat lain juga.” Naomi kembali menambah kebohongannya. Ini baru awal. Entah bagaimana ke depannya. Naomi tidak bisa memprediksi akan sebanyak apa kebohongan yang dirinya lakukan di depan adiknya. Kebohongan yang membuatnya merasa bersalah setiap detiknya. Namun, tidak ada pilihan lain. “Kakak bekerja double demi pengobatanku?” Raut bersalah b
Baca selengkapnya

Menjadi Istri yang Baik

“Aku tahu kamu sudah bangun. Jangan pura-pura tidur.” Alister kembali berbisik di samping telinga Naomi seraya mengeratkan rengkuhannya. Naomi berdeham pelan. “Aku tidak pura-pura tidur kok. Tadi Tuan tanya apa?”Amara memintanya tidak mengatakan kedatangan wanita itu kemarin. Naomi pun tak berniat menceritakan kedatangan Amara sama sekali. Bukan karena ancaman yang wanita itu berikan padanya. Namun, menurutnya itu memang tidak penting. “Pura-pura tidak dengar, hm? Amara mengancammu?” tebak Alister tepat sasaran. Untuk kesekian kalinya, tebakan Alister sangat tepat sasaran. Lelaki itu mungkin mengetahui kedatangan Amara dari anak buahnya. Namun, tentang ancaman itu. Tidak ada yang tahu selain dirinya. Karena mereka berbicara di kamar dengan pintu tertutup rapat. “Mengancam apa? Tidak—huek!” Naomi langsung melepaskan diri dari rengkuhan Alister dan berlari ke toilet. Seperti biasa, morning sicknessnya kembali datang. Namun, sekarang waktunya sangat pas. Anaknya seolah ingin menyel
Baca selengkapnya

Kamu Menyukainya?

Pintu kamar Naomi terbuka dan muncullah Alister dari sana. Naomi terlonjak dan terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menetralkan ekspresinya. [“Naomi, kamu sedang bersama siapa? Sepertinya barusan aku mendengar suara pria.”]Naomi kembali dikejutkan oleh suara Kelvin dari sebrang sana. Kedatangan Alister membuatnya hampir lupa jika sedang bertelepon dengan lelaki itu. Ia berdeham pelan sebelum menyahut. “Emm ... aku bersama Attar. Dia baru pulang dari rumah sakit.”Alister menutup pintu. Kemudian, berjalan mendekati Naomi dengan tatapan penuh makna yang terhunus pada wanita itu. Naomi yang salah tingkah karena tatapan Alister spontan mengalihkan pandangan untuk menutupi kegugupannya [“Oh, ternyata suara Attar. Kupikir kamu sedang bersama orang lain. Attar sudah pulang dari rumah sakit? Boleh aku bicara sebentar dengannya? Sudah lama kami tidak berbincang.”]Naomi merutuk dalam hati. Alasannya malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Ia berkata seperti itu agar Kelvin t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status