Semua Bab Istri Kesayangan Bos Arogan: Bab 11 - Bab 20

126 Bab

Dia dan Istri Pertamanya

“Aku tidak menyangka ternyata dia mengajakmu.” Amara kembali bersuara sembari menatap Naomi yang diam membisu di hadapannya. Alih-alih menanggapi kata-kata Amara, Naomi malah sibuk menelisik penampilan wanita di hadapannya ini. Riasan tebal menghiasi wajah Amara seperti biasa. Namun ada yang sedikit berbeda. Pakaian wanita itu tampak lebih mewah dari yang pernah ia lihat. Seolah-olah Amara akan menghadiri pesta. Sejak pernikahannya dengan Alister berlangsung, ini adalah kali pertama Naomi berhadapan dengan Amara lagi. Wanita ini mengabaikannya begitu saja setelah dirinya menikah dengan Alister. Berulang kali dirinya berusaha menghubungi Amara namun tak ada respon sama sekali hingga akhirnya ia bosan melakukannya. “Kenapa diam? Alister ada di dalam atau tidak?” Karena Naomi tak kunjung menjawab, Amara kembali membuka suara dengan alis menukik. Wanita bergaun hitam dengan potongan cukup terbuka itu melipat kedua tangan di depan dada. Tampak tak sabar menunggu jawaban Naomi. “Eh? Iya
Baca selengkapnya

Ditemani Lelaki Asing

“Apa?! Kenapa mendadak sekali?” pekik Naomi spontan karena terkejut. “Mohon maaf untuk itu. Tapi, Tuan Alister ingin Nyonya bersiap sekarang. Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Setelah waktu makan siang nanti, saya akan kembali dan menjemput Nyonya. Saya permisi,” jawab Romi seraya pamit undur diri dan pergi dari sana. Naomi menatap kepergian Romi sembari menggerutu kesal. Bukan karena kesal pada lelaki itu, namun pada orang yang memerintah Romi untuk menemuinya. Sepertinya Alister hanya ingin mengerjainya dengan memaksanya ikut namun lebih banyak meninggalkannya. Bukannya kembali ke kamar untuk berkemas, Naomi malah melanjutkan langkah dan pergi keluar kawasan hotel. Kemarin, ia menemukan sebuah kedai makanan yang tidak terlalu mewah di dekat sini. Naomi memutuskan pergi ke sana untuk sarapan. Naomi sengaja memilih meja paling pojok yang berdekatan dengan jendela agar dapat menikmati pemandangan di luar. Ia hanya memesan sepiring sandwich dan secangkir cokelat hangat. Pesananny
Baca selengkapnya

Pasangan Serasi

Seperti biasanya, Naomi memang tidak terlalu memperhatikan wajah pengunjung restoran ketika mencatat ataupun mengantar pesanan mereka. Ia tidak menyadari jika lelaki di hadapannya adalah orang yang sama dengan orang yang ia temui kemarin di kedai roti itu. Naomi hanya menyunggingkan senyum tipis setelah menetralkam keterkejutannya tanpa menanggapi kata-kata Raga. Kemudian, meletakkan seluruh pesanan Raga di meja dengan hati-hati. Lelaki itu hanya memesan secangkir kopi dan sepotong lemon cake. “Ternyata kita tinggal di kota yang sama? Kebetulan sekali,” tutur Raga yang kembali membuka pembicaraan. “Aku baru tahu kamu bekerja di sini. Padahal sebelumnya aku sering berkunjung ke sini dan sepertinya aku belum pernah melihatmu.” “Mungkin saat Tuan berkunjung, aku sedang berada di tempat lain,” jawab Naomi seraya kembali menegakkan tubuhnya dan memeluk nampan yang ia bawa. “Apa kamu ada waktu luang? Mungkin kamu bersedia menemani salah satu pelanggan setia ini?” balas Raga dengan sen
Baca selengkapnya

Calon Kekasih

Naomi pikir Kelvin lah yang mendatanginya. Ia nyaris mengiyakan tawaran tersebut. Namun, ketika ia mengangkat kepala, bukan lelaki itu yang berada di depannya. Melainkan sosok yang belakangan ini seolah selalu berada di sekelilingnya—Raga. Naomi hanya mengenal Raga se lewat. Ia tidak mungkin mengiyakan tawaran lelaki itu sekalipun benar-benar membutuhkan bantuan. “Tidak perlu, terima kasih. Aku sedang menunggu jemputan.”“Aku tahu kamu sedang buru-buru. Aku hanya menawarkan bantuan kalau kamu mau. Tenang saja, aku bukan orang jahat,” jawab Raga yang masih mempertahankan senyuman di wajahnya. “Sekarang sudah larut malam, agak sulit mencari kendaraan umum.”Naomi mulai tertarik dengan tawaran Raga meski hatinya masih ragu. “Bisakah kamu mengantarku ke rumah sakit?” Pada akhirnya, ia memilih menekan keraguannya dan menerima tawaran lelaki itu daripada harus menunggu lebih lama lagi. “Oke, aku ambil mobilku dulu,” jawab Raga seraya berlari kembali ke restoran. Tak berselang lama, lelaki
Baca selengkapnya

Dia Cemburu?

Manik mata Naomi membola sempurna, tak menyangka Raga akan berkata seperti itu pada Alister. Ia tidak tahu kedua orang itu saling mengenal. Dan lagi, dirinya dan Raga juga baru bertemu beberapa hari lalu. Bagaimana bisa lelaki itu meng-klaim dirinya sebagai calon kekasih? “Hanya calon kekasih? Apa yang perlu dibanggakan?” sahut Alister dengan sebelah alis terangkat. Lelaki itu tersenyum miring dan menatap Raga dengan sorot mencemooh. Namun, ketika bertatapan dengan Naomi, tatapannya berubah tajam. “Tapi, sebentar lagi akan menjadi kekasihku. Aku hanya ingin memperkenalkannya padamu. Bersiaplah, posisimu akan tergeser.” Raga menurunkan intonasi bicaranya saat mengatakan kalimat terakhir. “Ayo, Cantik. Lebih baik kita cari makanan enak.”Naomi semakin dibuat terkejut ketika Raga merangkul pundaknya. Ia pun hendak meralat omongan ngelantur lelaki itu, namun Raga sudah menariknya menjauh dari sana. Setelah sosok Alister tak terlihat lagi, Naomi langsung menyingkirkan tangan Raga dari pu
Baca selengkapnya

Peduli?

Sembari menggerutu, Naomi berusaha memindahkan tubuh besar Alister ke samping agar dirinya bisa bergerak. Dalam keadaan normal, ia tidak akan berani melakukan ini. Namun, sekarang Alister sedang setengah sadar dan tidak akan mengingat gerutuannya. Setelah berhasil memindahkan Alister ke sampingnya, Naomi langsung membuka selimut dan beranjak dari ranjang. Sekali lagi ia mengecek suhu tubuh Alister dengan menyentuh kening lelaki itu. Panas membara yang dirinya rasakan sebelumnya semakin terasa. Alister juga berkeringat sangat banyak hingga membasahi pakaiannya. “Kamu mau ke mana? Tidurlah!” titah Alister dengan suara serak, namun matanya tetap terpejam. “Aku tidak bisa membiarkan orang sakit di dekatku. Kalau terjadi sesuatu, aku pasti disalahkan!” jawab Naomi sebelum memutar langkah dan beranjak dari kamar. Bisa saja Naomi melanjutkan tidur tanpa memedulikan Alister. Namun, ia terbiasa merawat adiknya saat sakit dan itu membuatnya tak bisa mengacuhkan orang sakit. Terlebih Alis
Baca selengkapnya

Wanita Kesayangan

Sebelum Naomi sempat bertanya, Alister sudah menariknya memasuki salah satu mobil lelaki itu. Romi sudah berada di bangku kemudi dan bersiap mengantarkan sang tuan ke tempat tujuan. Dan Naomi tak tahu mereka akan pergi ke mana. “Aku sudah baik-baik saja, kalau itu yang ingin kamu tahu,” tutur Alister memecah keheningan di mobilnya. Sedangkan matanya masih fokus menatap ponsel di tangannya. “Syukurlah kalau begitu,” jawab Naomi. Keheningan kembali tercipta setelah itu. Mobil yang mereka tumpangi melaju cepat membelah jalanan. Naomi tidak mempertanyakan ke mana mereka akan pergi. Lagi pula bisa dipastikan jika Alister tidak akan menjawab dan dirinya pun memilih diam. Naomi pikir Alister akan mengajaknya ke luar kota lagi seperti waktu itu. Namun, ternyata mobil itu bergerak memasuki area rumah sakit dan berhenti di depan lobi rumah sakit itu. Rumah sakit ini adalah tempat adiknya dirawat, tempat di mana dirinya beberapa bertemu dengan Alister juga. Lamunan Naomi buyar ketika menyad
Baca selengkapnya

Mulai Curiga

Terbangun seorang diri dengan ranjang dan penampilan yang berantakan bukanlah hal yang aneh lagi bagi Naomi. Tidak ada sapaan selamat pagi apalagi pelukan hangat. Pernikahannya ini sebatas simbiosis mutualisme, tidak lebih dari itu. Meskipun masih ingin melanjutkan tidurnya, ia memaksakan bangun agar tidak terus berkhayal memiliki kehidupan rumah tangga yang manis. Sebenarnya Naomi bekerja di shift 2 hari ini, namun Attar akan melakukan terapi pertamanya pagi ini. Setelah Naomi dan Alister pulang semalam, Romi mendatangi Naomi dan mengatakan sudah mendaftarkan Attar untuk menjalani terapi. Bahkan, agenda terapi untuk pemuda itu juga sudah tersedia. Padahal ia belum sempat mengatakan terkait terapi itu pada siapa pun. “Tuan Alister berpesan kalau Nyonya boleh menemani adik Nyonya di rumah sakit. Karena selama beberapa hari ke depan Tuan Alister berada di luar kota,” tutur supir yang biasa mengantar Naomi sembari membukakan pintu mobil untuk wanita itu. “Eh?” gumam Naomi yang
Baca selengkapnya

Menantu Tak Dianggap

[Kamu temui saya sekarang atau saya yang menemui kamu!]Setelah panggilan dari nomor asing itu tiba-tiba terputus secara sepihak. Tiba-tiba muncul notifikasi pesan dari nomor yang sama. Suara familiar yang sempat Naomi dengar tadi membuatnya tahu jika sang penelpon adalah ibu dari Alister yang entah pantas disebut mertuanya atau tidak. Sepertinya orang-orang kaya itu begitu mudah mendapat nomor teleponnya. Dulu, orang-orang yang menghubunginya adalah orang-orang penuh ketenangan. Namun, sekarang bertambah juga dengan orang yang suka mengancam. Anehnya, Miranda juga dengan mudah mengetahui tempatnya berada. Naomi pikir tidak akan mendapat gangguan lagi dari Miranda. Namun, ternyata ia salah besar. Sebenarnya ia malas menemui Miranda yang pastinya hanya akan memperlakukannya sebagai pembantu. Namun, jika dirinya tidak patuh, wanita paruh baya itu pasti benar-benar mendatanginya. “Attar, maaf sekali sepertinya Kakak tidak bisa lama-lama di sini,” tutur Naomi pada sang adik. “Tadi bos
Baca selengkapnya

Aku Suaminya

“Selamat, Tuan. Istri Anda sedang mengandung.”Dokter yang menangani Naomi tiba-tiba menjabat tangan Raga dan mengucap selamat atas kehamilan wanita itu. Raga yang belum mencerna keadaan spontan membalas uluran tangan dokter itu dengan ekspresi terkejut bukan main. Ternyata, wanita yang ia targetkan sudah menikah?Setelah tersadar dari keterkejutannya, Raga hendak meralat, “Tapi, Dok. Saya bukan—”“Aku suaminya.”Raga dan sang dokter spontan menoleh ke sumber suara. Menatap seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian kasual serba hitam lengkap dengan masker hitam yang baru datang. Raga menyipitkan matanya melihat sosok itu. Meski berpakaian misterius, ia tahu siapa yang berdiri di sana. Alister Hardikusuma. Tumbuh bersama sejak kecil membuat Raga dapat mengenali Alister dengan mudah. Penyamaran seperti ini tidak membuat lelaki itu sulit dikenali olehnya. Ekspresi Raga kontan berubah ketika bertemu pandang dengan Alister yang juga menatapnya tak kalah tajam. Mengabaikan tatapan Raga,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status