Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Kesayangan Bos Arogan: Chapter 61 - Chapter 70

124 Chapters

Mendadak Amnesia

“Kamu marah? Aku salah apa?”Ingin sekali Naomi berteriak di depan wajah Alister. Meluapkan kekesalannya seharian ini. Namun, tentu saja ia tidak bisa. Tanpa sadar sorot mata Naomi berubah tajam. Setelah membuatnya sedih seharian ini. Suaminya itu masih bisa bertanya begitu. Seolah-olah Alister benar-benar lupa dengan pesan balasan yang dikirimnya beberapa jam lalu. Lelaki itu mungkin lupa, atau lebih tepatnya berpura-pura lupa. Namun, Naomi tidak akan melupakan pesan menohok yang membuatnya sadar untuk tak merepotkan lelaki itu. Seharusnya, tadi ia berpesan pada Attar agar tidak mengizinkan Alister masuk. Namun, itu akan membuat adiknya curiga. Naomi pun tak menyangka Alister akan menyusulnya kemari. Apalagi dengan membawa makanan yang diinginkannya sebagai sogokan. Sayangnya, ia tak menginginkan makanan itu lagi. “Kenapa aku harus marah, Tuan? Aku tidak marah,” jawab Naomi pada akhirnya. “Aku sudah ngantuk dan ingin istirahat. Tuan pulang saja. Supaya besok tidak terlambat bekerj
Read more

Hadiah Pernikahan

‘Alister Hardikusuma dan Amara Hardikusuma menghadiri undangan makan malam dari Mustika Grup setelah Hardikusuma Grup resmi menjalin kerja sama dengan Mustika Grup.’Seperti itulah yang sang pembawa berita sampainya. Kamera wartawan terus menyorot Alister dan Amara yang berbaur di antara pasangan konglomerat lainnya. Naomi tak mengenal orang-orang yang berada di sana meskipun mereka cukup sering berseliweran di layar kaca. Fokusnya tertuju pada Amara yang menggandeng erat Alister. Seulas senyum miris tersungging di bibir Naomi. “Bukankah semalam dia bilang lembur sampai pulang lebih larut? Tapi, kenyataannya dia sedang pergi bersama Nyonya Amara,” batinnya. “Kenapa harus berbohong? Kalau jujur pun aku tidak mungkin marah.” Naomi mengalihkan pandangannya dari televisi dan menatap lantai. “Ternyata dia memang sibuk. Pantas saja dia marah karena aku meminta yang aneh-aneh. Padahal dia bisa jujur. Aku akan mengerti.”“Tuan Alister dan istrinya sangat terkenal, wartawan selalu menyorot m
Read more

Ikatan Batin

“Kamu mengenaliku? Baguslah. Jadi, aku tidak perlu mengenalkan diri lagi,” tutur Pamela.sembari melipat kedua tangan di depan dada. Manik matanya menyorot Naomi dan Attar dari atas sampai bawah dengan sorot menilai. “Tuan putri miskin dan saudaranya yang lumpuh. Kalian benar-benar tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kami.” Tatapan Naomi berubah tajam. Kedua tangan wanita itu kontan mengepal sempurna. Tak terima dengan penghinaan yang Pamela lontarkan. “Jangan menghina adikku! Dia tidak lumpuh! Apa yang kamu inginkan? Tolong jangan ganggu kami.” Tawa sumbang lolos dari bibir Pamela yang dipoles lipstik merah darah. “Ini tempat umum. Kamu tidak berhak mengusirku!” Tiba-tiba Pamela menarik lengan Naomi. Memaksa wanita itu berdiri dengan gerakan kasar. Hingga kaki Naomi tak sengaja terkatuk kaki bangku taman itu. “Apa yang kamu lakukan sampai Alister sudi membelamu?! Karena kamu, dia tega menyakitiku!” Attar hendak menolong Naomi, namun malah terjatuh dari kursi roda. Tak menyer
Read more

Perlindungan Nyata

“Cari tahu apa yang terjadi pada Naomi. Cari tahu apa dia kecopetan, ponsel dan semua identitasnya hilang. Berikan informasi lenagkapnya padaku. Secepatnya! Jangan ada yang terlewat!” perintah Alister pada seseorang di sebrang sana. Dari tempat duduknya, Alister menatap Naomi yang masih betah memejamkan mata. Beberapa peralatan medis terpasang di tubuh wanita itu. Kepala Naomi yang terbentur cukup kuat dibalut perban panjang. Begitu juga dengan beberapa luka di tubuh wanita itu. Naomi mengalami gegar otak ringan dan beberapa luka di bagian tubuh lain. Namun, tidak ada luka serius. Kandungan wanita itu juga baik-baik saja. Begitu mengetahui jika salah satu korban kecelakaan semalam adalah istrinya, Alister langsung ikut ke rumah sakit menggunakan ambulance. Sejak semalam, Alister telah meminta orangnya mencari barang-barang Naomi yang mungkin tertinggal di lokasi kecelakaan. Namun, tidak ada satu pun barang wanita itu yang ditemukan di sana. Sedangkan ponsel dan dompet Naomi entah b
Read more

Mantan Kekasih Suamimu?

Attar yang sedari kemarin membuatnya cemas setengah mati tiba-tiba muncul di depannya dengan wajah penuh luka. Namun, ada hal lain yang membuat Naomi lebih terkejut. Ia spontan turun dari ranjang. Nyaris membuat infusnya lepas jika Alister tidak membantunya dengan sigap.Tak hanya membantu membawakan infus Naomi, Alister juga memapah wanita itu perlahan-lahan. Seharusnya Naomi belum boleh turun dari ranjang. Tetapi, wanita itu tidak akan mendengarkannya. “Sudah kukatakan kalau dia pasti baik-baik saja, ‘kan?”Naomi tidak menggubris bisikan Alister. Wanita itu terus fokus menatap Attar. Menatap perubahan tak terduga yanh terjadi pada adiknya. Ia menyentuh wajah penuh lebam itu dengan mata berkaca-kaca. “Sejak kapan kamu bisa berjalan?”Kekhawatiran yang sedari kemarin menggerogoti dada Naomi benar-benar lenyap. Menghilang bersama kedatangan sang adik. Namun, melihat adiknya bisa berjalan lagi meski masih pincang dalam waktu secepat ini terasa seperti mimpi baginya. “Sejak aku diculik
Read more

Darah Daging yang Bukan Miliknya

“Tuan, ada apa?” tanya Naomi bingung. “Berikan penjelasan tentang penculikan kalian kemarin supaya memudahkan penyelidikan,” respons Alister seraya bergeser dan mempersilakan kedua polisi yang bersamanya mendekati Naomi. “Selamat pagi, Nyonya. Kami ingin meminta keterangan Nyonya mengenai penculikan dan penganiayaan yang dialami oleh Nyonya Naomi dan Tuan Attar,” ujar salah seorang berseragam kepolisian itu. Beberapa pertanyaan dari kedua polisi tersebut. Naomi dan Attar pun menjawab apa adanya. Tanpa ada yang ditutupi ataupun ditambahkan. Setelah semua pertanyaan terjawab, kedua polisi itu langsung pamit pergi dan mengatakan akan melakukan penyelidikan selanjutnya. “Kenapa Tuan memanggil polisi?” Setelah para polisi itu pergi, Naomi kembali melontarkan pertanyaan. Naomi sudah mengerti apa yang akan Alister lakukan. Namun, ia tak menyangka lelaki itu akan berbuat sejauh ini. Hanya untuk masalah yang menimpa dirinya serta adiknya. Sedangkan yang Alister lawan adalah bagian dari ke
Read more

Amara Hamil?

“Ayah? Ayah siapa, Kak?” sahut Attar heran. Attar mengikuti arah pandang sang kakak. Setelah menyadari siapa yang dilihat Naomi, ekspresinya kontan mengeras. Melihat keberadaan pria paruh baya yang meninggalkan mereka begitu saja beberapa tahun silam. Dan tidak pernah kembali hingga detik ini. Attar menarik Naomi menjauh dari sana. Namun, wanita itu tetap bergeming. Sengaja tak ingin beranjak. Manik matanya masih menatap nanar ke arah seorang pria paruh baya yang berdiri di depan salah satu ruang perawatan. Sedang bercengkrama dengan seseorang melalui telpon. “Ayo pergi, Kak. Aku lapar,” bujuk Attar sembari kembali menarik sang kakak. Namun, wanita itu masih saja bergeming. “Setelah bertahun-tahun. Aku tidak menyangka kita malah bertemu Ayah di sini,” gumam Naomi dengan mata yang masih menyorot ke arah yang sama. Naomi nyaris melangkah mendekati sang ayah. Namun, seorang anak perempuan dengan pakaian pasien tiba-tiba muncul dari ruangan perawatan itu dan memeluk ayahnya. Atma—aya
Read more

Sebatas Manipulasi

“Kapan kamu bertemu dengannya? Apa yang dia katakan padamu?” tanya Alister penuh selidik. “Aku tidak bertemu dengan Nyonya Amara. Emm ... aku melihat pemberitaan kalian di TV. Perut Nyonya Amara terlihat agak membuncit, seperti orang hamil. Apa Nyonya Amara memang hamil?” Naomi kembali mengulang pertanyaannya. Sejak tak sengaja menonton pemberitaan tentang Alister dan Amara, Naomi seringkali memikirkan perut Amara yang tampak aneh. Wanita itu memiliki tubuh yang proposional. Dan bentuk perut Amara yang ia lihat waktu itu memang mirip dengan wanita hamil. Sama seperti dirinya. “Kamu mengikuti pemberitaan tentang kami?” tebak Alister dengan sebelah alis terangkat. “Tidak. Itu hanya kebetulan saja. Aku tidak sengaja melihat berita gosip tentang Tuan dan Nyonya. Biasanya juga tidak pernah,” jawab Naomi tanpa ragu. Meskipun Naomi merasa ada banyak hal yang janggal, ia tidak pernah berusaha mencari tahu tentang kehidupan Alister dan Amara. Apalagi sampai menjadi stalker berita gosip
Read more

Simpanan Orang Kaya

“Tuan yakin tidak akan melaporkannya? Apa tidak ada cara lain? Keluarga Tuan bisa terpecah karena masalah ini.” Naomi juga ingin Pamela mendapat balasan yang setimpal. Namun, di satu sisi ia tidak ingin keluarga Alister terus berseteru karena dirinya. Naomi menyimpan piring yang baru saja dicucinya di rak yang tersedia. Kemudian, membalikkan tubuhnya. Ia terkejut mendapati Alister yang sudah berdiri tepat di belakangnya. Padahal tadi lelaki itu berada di tempat yang agak jauh darinya. Alister sedikit membungkuk tepat di hadapan Naomi. Memangkas jarak di antara mereka hingga hidung keduanya bersentuhan. “Kamu ingin aku membunuhnya?” Naomi spontan mendorong dada Alister. “Tentu saja tidak, Tuan! Itu sama saja bertindak kriminal.” Tentu saja Naomi tidak akan menyetujui ide gila itu. Mudah sekali Alister bertanya seperti itu. Seolah-olah nyawa manusia tidaklah berarti. Jika Alister benar-benar melakukannya. Itu sama saja menabuh genderang perang. Dan yang akan masuk penjara adala
Read more

Kamu Harus Mati!

“Apa ibumu mengajarimu untuk menjadi simpanan pria kaya?” tuduh Atma sembari mencengkram pergelangan tangan Naomi. Naomi memberontak, berusaha melepas tangan Atma yang mencengkram tangannya. “Jangan membawa ibuku! Lepaskan aku! Kita tidak punya urusan apa pun lagi!”Naomi sudah sangat yakin tidak ada yang mengikutinya. Namun, tiba-tiba ayahnya datang. Seperti pria paruh baya itu sengaja bersembunyi dan menunggunya. Ia menatap sekelilingnya, ada beberapa pengunjung restoran yang hendak pulang juga. Namun, jika meminta tolong pada mereka, itu terlalu berisiko. “Kita bicara di tempat lain!” desis Atma seraya menarik Naomi menjauh dari sana menuju ke area yang lebih gelap dan sepi. Tanpa memedulikan langkah Naomi yang terseok-seok padahal mengetahui jika putrinya tengah mengandung. Naomi menyentak keras tangannya hingga cengkraman Atma terlepas. Pergelangan tangannya terasa ngilu dan perih. Namun, ia mengabaikannya. “Apa lagi yang Ayah inginkan? Ayah pergi meninggalkan kami begitu saja
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status