Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Kesayangan Bos Arogan: Chapter 71 - Chapter 80

124 Chapters

Kamu Harus Membantu Ayah

Srekk!Tepat ketika Pamela hendak menikam Naomi, Alister menarik wanita itu ke pelukannya. Membalikkan tubuh wanita itu dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Ujung pisau yang sangat tajam itu mengenai lengan Alister. Merobek kemeja putih dan menggores lengan lelaki itu hingga mengucurkan darah. “A-alister!” Pamela kontan melepas pisau di tangannya. Membiarkan benda bermata tajam itu terjatuh di lantai dan menimbulkan bunyi nyaring ke seluruh penjuru ruangan. Wanita itu tampak syok bukan main dan spontan melangkah mundur. Para polisi yang berjaga di sana bergegas mengamankan pisau yang Pamela gunakan dan kembali memborgol wanita itu. Kali ini dengan double borgol. Tidak ada yang menyadari sejak kapan borgol Pamela lepas dan di mana wanita itu mendapat pisau lipat. Sebab, sedari tadi sebenarnya wanita itu sudah diborgol. Ketegangan yang melingkupi ruangan besar itu semakin pekat. Semua orang yang awalnya sibuk sendiri kini mengalihkan atensi ke tengah-tengah ruangan, di mana keribu
Read more

Firasat Buruk

Bruk!Keresek belanjaan Naomi kontan jatuh ke aspal ketika Atma menarik wanita itu. Sebagian isi dari kerseek tersebut berhamburan keluar. Berserakan di sekitar kaki mereka. Bahkan, ada juga yang tak sengaja terinjak. Tak ingin menurut begitu saja, Naomi pun memberontak lebih kuat. Ia juga mendorong ayahnya menjauh hingga pria paruh baya itu nyaris tersungkur. Persetan dengan sopan santun, ayahnya bukanlah orang yang pantas mendapat perlakuan baik. “Aku tidak peduli dengan apa yang Ayah lakukan dan bagaimana hidup Ayah sekarang. Jadi, tolong lakukan hal yang sama padaku. Jangan menggangguku!” tegas Naomi tanpa basa-basi. Masih banyak masalah yang belum usai dan belakangan ini Atma terus mengganggunya. Naomi benar-benar lelah dan muak. Jika bisa memilih, ia akan lebih memilih tak perlu bertemu lagi dengan ayahnya sampai kapan pun. Tak ada gunanya pertemuan seperti ini. Malah semakin menambah beban pikirannya. “Ayah tidak akan mengganggumu lagi setelah ini. Tapi, kamu harus membantu
Read more

Tua Bangka Pengacau

“Kakak sudah sadar? Mana yang sakit? Atau pusing?” Suara samar-samar itu masuk ke indra pendengaran Naomi. Perlahan-lahan wanita itu mengerjap. Membuka matanya yang terasa berat. Siluet seseorang yang berada di hadapannya lama-kelamaan mulai tampak jelas. Namun, bukan seseorang yang ia harapkan berada di sini. Naomi kontan menatap sekelilingnya dan menyadari jika dirinya telah kembali ke kamarnya. Kepalanya pening berat, terasa seperti akan pecah. Bukan hanya karena efek pingsan. Tetapi juga karena pemberitaan mengejutkan yang ditontonnya. “Attar? Apa yang terjadi? Kenapa kamu di sini?” Naomi ingin bangkit, tetapi tubuhnya terlalu lemas dan ia memilih tak memaksakan diri. Tatapan Naomi sayu dan berkunang-kunang. Ia seperti kehilangan separuh tenaganya. Lemas dengan pikiran yang kacau. Wanita itu mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya jatuh pingsan. Fakta mengejutkan itu masih menari-nari di kepalanya. Naomi sedang belajar untuk menerima kenyataan jika ayahnya telah memilik
Read more

Temani Aku Tidur

“Tinggalkan kami!”Alister berucap lantang dengan tatapan yang lurus tertuju pada Naomi. Seolah-olah memang hanya mereka berdua saja yang berada di kamar tersebut. Attar pun berdeham pelan. Cukup sadar diri jika telah diusir. Namun, masih ada yang ingin ia bicarakan. “Kami tidak tahu apa-apa tentang kasus itu. Apalagi sampai terlibat.” Tanpa basa-basi, Attar langsung menjelaskan pada Alister. Sedangkan Naomi hanya bergeming. Penampilan Alister yang agak berantakan serta wajah lelaki itu yang tampak kuyu. Seperti orang kurang istirahat. Dan itu pasti karena kekacauan yang Atma lakukan. Ia curiga jangan-jangan lelaki itu tidak tidur semalaman. “Aku tahu,” jawab Alister datar, namun matanya masih tertuju pada Naomi. “Pelayan akan mengantarmu ke kamar tamu.” Kembali, lelaki itu melontarkan pengusiran tersirat pada Attar. Attar hendak menyanggah dan mengatakan ingin langsung pulang. Akan tetapi, lelaki itu memilih mengurungkan niatnya dan bergegas pergi. Membiarkan kakaknya bersama san
Read more

Perpisahan di Depan Mata

Plak!“Ternyata kamu anak koruptor itu!”“Kamu pasti sengaja mendekati putra saya untuk menguras hartanya, ‘kan?! Dasar penjilat gila harta!” bentak Miranda dengan suara melengking. Naomi terbelalak sembari menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih. Ia tak menyangka mendapat perlakuan seperti ini. Bahkan, wanita itu tidak tahu kalau ibu mertuanya akan datang. Sebab, seharusnya wanita paruh baya itu berada di pengadilan untuk menghadiri sidang Pamela. Attar kontan melangkah maju. Sengaja berdiri di antara Naomi dan Miranda untuk melindungi sang kakak. “Apa yang Nyonya lakukan? Setidaknya sopan lah sedikit dan bicara baik-baik! Jangan main hakim sendiri dan menyakiti kakakku!”Miranda semakin melotot. Amarah terpancar sangat jelas dari wajah wanita paruh baya itu hingga matanya seolah akan keluar. Melihat keberadaan Attar membuatnya kian meradang. “Kalian berdua pasti sekongkol untuk menguasai harga putraku, ‘kan?”Miranda menuding wajah Attar dan Naomi secara bergantian menggunak
Read more

Mobil Misterius

“Beraninya kamu membawa wanita jalang ini ke rumahku!”“Rumahmu?” Alister mendengus samar. “Sejak kapan rumah ini menjadi rumahmu?” Amara berjalan sempoyongan ke arah Alister dan Naomi. Wanita itu tampak mabuk berat dengan penampilan yang sangat berantakan. Ia membuka matanya lebar-lebar, menatap nyalang pada kedua insan yang tengah menatapnya. “Tentu saja ini rumahku! Bawa pergi jalangmu itu!”Naomi hanya memperhatikan Amara yang terlihat sangat berantakan. Berbanding terbalik dengan penampilan wanita itu yang biasanya selalu tampil sempurna. Tak berani membuka suara sama sekali. Sesungguhnya pun ia tak ingin semakin menambah masalah seperti ini. Naomi tidak tahu kalau Alister akan mengajaknya pindah ke rumah lelaki itu dan Amara. Seharusnya sejak awal ia memang bertanya dan setelah tahu dirinya tentu saja menolak. Lebih baik ia tinggal di rumah lamanya saja. Di sana akan jauh lebih nyaman dibanding harus satu rumah dengan Amara. “Kamu sedang mengatai dirimu sendiri? Berkacalah da
Read more

Ancaman dalam Kelembutan

“Kamu mau lihat kejutan dari mobil ini?” Naomi mengerutkan kening. Tak mengerti mengapa Amara bertanya seperti itu padanya. Ia kontan kembali menatap mobil yang tertutup kain penutup itu. Menurutnya tidak ada yang aneh. “Tidak perlu, Nyonya. Aku hanya sedang melihat-lihat saja.” Alister tidak suka ada sembarangan orang yang menyentuh barangnya. Terlebih tanpa keperluan yang jelas. Naomi pun berminat melihat mobil suaminya ini. Ia hanya agak heran mengapa mobil ini diletakkan di sini. Namun, bukan berarti dirinya ingin melihat mobil tersebut. Amara melipat tangan di depan dada, masih dengan ekspresi aneh yang tampak di wajah wanita itu. “Benarkah kamu tidak mau melihatnya? Buka saja kalau kamu penasaran. Atau mungkin nanti saja. Aku akan memperlihatkannya padamu.” Naomi semakin bingung. Namun, ia memilih mengabaikan keanehan Amara. Jangan-jangan sikap aneh wanita itu karena pengaruh mabuk semalam. Sepertinya itu yang membuat Amara ngelantur. Entahlah, dirinya tidak memedulikan hal
Read more

Bagaimana Kalau Suamimu Tahu?

Naomi kehilangan keseimbangan dan nyaris terjengkang. Namun, sebelum itu terjadi, seseorang datang dan dengan sigap menahan tubuhnya dari belakang. “Hei, hati-hatilah, Cantik.”Suara bariton di samping telinganya itu membuat Naomi terkesiap dan spontan kembali menegakkan tubuhnya. Ia berbalik dan mendapati seorang lelaki berdiri di belakangnya. Senyum ramah tersungging di bibir lelaki yang baru saja menolongnya itu. Naomi melangkah mundur, tetapi pinggangnya sudah menabrak meja pantry dan membuatnya tak bisa ke mana-mana. Ia berdeham pelan dengan senyum kaku. “Maaf.”Naomi tidak mengenal wajah asing yang kini menyunggingkan senyum ramah padanya. Ia merasa tak pernah bertemu di mana pun dengan lelaki ini. Akan tetapi, entah kenapa perawakan lelaki ini agak familiar. Atau mungkin hanya sekadar mirip seseorang saja. “Kenapa minta maaf? Kamu tidak salah. Hanya kurang berhati-hati. Lain kali, hati-hatilah. Apalagi kamu sedang hamil, bahaya kalau terjadi sesuatu,” jawab lelaki itu, lagi-
Read more

Diam atau Hidupmu Hancur

Naomi spontan membekap mulutnya yang nyaris memekik karena pandangan di depannya. Manik matanya membulat sempurna mendapati Amara dan Fabian yang tampak sangat mesra dengan posisi intim. Ia mengerjap beberapa kali, khawatir salah lihat. Namun, yang tersaji di depannya memang nyata. “Sayangku yang malang. Sudahlah, jangan terlalu memikirkannya. Aku tidak mau kesenangan kita terganggu.” “Tinggal menunggu sebentar lagi. Aku akan aman dan mendapatkan semuanya.” Naomi yang masih menguping mengerutkan kening. Tak mengerti dengan pembahasan kedua orang di dapur sana. Namun karena tak ingin ketahuan, ia pun memilih pergi. Melangkah mundur perlahan-lahan. Dahaganya pun mendadak lenyap. Naomi kembali ke kamar dan langsung mengunci pintu kamarnya. Meletakkan gelas kosongnya ke tempat semula dan duduk di pinggir ranjang. Wajahnya merah padam dan terasa memanas. Ia malu sendiri melihat adegan tak senonoh seperti itu tepat di depan matanya. Ia pikir Amara dan Fabian bersaudara karena beberapa
Read more

Dapatkah Aku Bahagia?

“Di mana suamimu? Apa dia ada di dalam?” Kelvin agak segan mendekati Naomi dan memilih berbicara dengan jarak yang cukup jauh. Biar bagaimanapun Naomi adalah istri bosnya. Sejak mengetahui jika Naomi telah menikah, mereka tidak pernah bertemu lagi. Tak disangka dirinya dan Naomi malah bertemu di sini. Tanpa sadar matanya menyorot ke bawah, ke arah perut Naomi yang sudah membuncit. Ternyata ia benar-benar terlambat. Naomi terkesiap melihat Kelvin. Kilasan pertemuan terakhirnya dengan Kelvin kembali terlintas. Jujur saja, ia sangat malu pada lelaki itu. Kelvin telah mengetahui jika dirinya menjadi istri kedua yang sama saja seperti orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Naomi yakin Kelvin pasti berpikir negatif tentang dirinya. Itu wajar dan ia tidak bisa menampik fakta jika dirinya hanyalah orang ketiga. Apalagi yang menikah dengannya adalah bos mereka di tempat kerja. Rasanya sangat tidak pantas. “Dia sedang berada di luar kita. Aku hanya mampir untuk mengunjungi adikku,” jaw
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status