Home / Romansa / Istri Kesayangan Bos Arogan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Kesayangan Bos Arogan: Chapter 91 - Chapter 100

125 Chapters

Berpisah Lebih Cepat

“Sepertinya aku akan melahirkan.”“Apa?!” Alister langsung menggendong Naomi dengan ekspresi panik yang sangat ketara. Tak ingin untuk membawa apa pun dan bergegas melangkah ke luar. Kebetulan mobil yang tadi digunakannya baru saja akan dimasukkan ke garasi oleh supir. “Antar kami ke rumah sekarang!” titah Alister seraya membuka pintu mobil bagian belakang dan merebahkan Naomi perlahan-lahan. Kemudian, menempatkan kepala wanita itu di pangkuannya. “Jangan takut. Aku akan menemanimu,” bisik Alister sembari menggenggam dan mengecup tangan Naomi. Seolah sedang menyalurkan kekuatan. Naomi hanya tersenyum lemah dan membalas genggaman tangan Alister tak kalah erat. Semakin lama, kontraksi tersebut kian menguat dan sering datang. Apalagi ketika kontraksinya kembali terasa. Setetes cairan bening meluncur dari manik matanya. “Nak, apa kamu ingin kita berpisah lebih cepat?”Naomi tidak tahu apakah dirinya harus sedih atau bersuka cita. Sebab, semakin cepat anaknya lahir, maka semakin cepat
Read more

Kamu Ingin Pergi?

“Sebegitu kuat keinginanmu untuk pergi?” tanya Alister sinis. “Entah keinginanku atau bukan. Aku memang harus pergi, ‘kan?” jawab Naomi dengan senyum pedih. Tadinya, Naomi tak ingin menyinggung persoalan ini karena takut Alister akan langsung mengusirnya. Namun, kata-kata itu terlanjur meluncur dari mulutnya. Lagipula, tugasnya memang telah usai dan dirinya harus segera pergi dari kehidupan Alister dan putranya. Tangis sang putra yang berada di gendongan Alister mengalihkan atensi keduanya. Alister membawa anaknya dari ruangan bayi dalam keadaan tertidur, bayi tampan itu terbangun karena perdebatan orang tuanya. Seakan ikut merasakan kesedihan yang sangat terasa di sana. Naomi mengangkat kedua tangannya. “Biarkan aku menggendongnya, dia haus.”Tanpa mengatakan apa pun, Alister langsung menyerahkan putranya yang belum diberi nama itu pada Naomi. Begitu bersentuhan dengan sang ibu, bayi tampan itu langsung tenang, tak lagi meraung seperti sebelumnya. Sontak saja itu membuat Naomi te
Read more

Kehidupan Baru

“Kamu ingin tinggal lebih lama?” Sebelah sudut bibir Alister terangkat membentuk senyum miring. Lelaki itu duduk di kursi tepat di samping Naomi. Kemudian, melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Naomi dengan sorot penuh perhitungan. Naomi berdeham pelan. “Aku hanya—”“Sepertinya beberapa jam lalu kamu mengatakan ingin pergi. Kenapa sekarang kamu berubah pikiran?” Alister langsung memotong kata-kata Naomi. “Nyaris semua dokter menyarankan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Meskipun menggunakan makanan pendamping atau susu formula, tetap saja ASI sangat penting. Aku hanya memikirkan yang terbaik untuknya,” jelas Naomi sembari menatap Arkana. Selama beberapa jam terakhir, Naomi telah memikirkan permohonan ini demi bisa mendampingi putranya. Meskipun entah akan disetujui atau tidak. Ia akan berusaha terlebih dahulu. Walaupun Alister terlihat seperti ingin menertawakannya karena permintaan ini. Tak ada alasan lain di balik keinginannya untuk tetap berada di sisi Arkana. S
Read more

Kapan Cerai?

“Jadi, kapan kalian akan bercerai? Bukankah seharusnya semuanya sudah selesai?” Raga yang datang menjenguk Naomi berkata tanpa keraguan ketika Alister keluar dari toilet. Naomi meringis pelan. Bisa-bisanya Raga bertanya seperti itu di depan Alister. Meskipun terkesan seperti bercanda, Alister pasti menganggap pertanyaan itu serius. Ia tidak mau terjadi keributan di sini. Apalagi dirinya tak bisa membantu. “Kamu tidak nau duduk? Duduklah,” sahut Naomi sebelum benar-benar terjadi perpecahan, namun dirinya malah mendapat tatapan tajam dari Alister. “Siapa yang mengizinkanmu masuk? Pergi atau mau kuseret?” usir Alister dengan nada tak bersahabat. Raga tak langsung menjawab dan melanjutkan langkah, lalu meletakkan kotak kado berukuran sedang dan buket bunga di atas meja sebelum duduk di sofa. Mengabaikan tatapan membunuh dari Alister yang tertuju padanya. Senyum tipis tersungging di bibirnya, seolah dirinya tak melakukan kesalahan. “Sebenarnya aku tidak ingin bertemu denganmu,” ucap R
Read more

Menetap Demi Aku

“Apa Nyonya bisa berhenti menghina kakakku? Apa yang Nyonya tuduhkan tidak benar. Kakakku tidak pernah memeras anak Nyonya,” sahut Attar yang tak terima kakaknya diperlakukan tidak baik. Sejak awal, Attar tahu kalau kakaknya tidak mendapat perlakuan baik dari keluarga suami kakaknya itu. Namun, tak menyangka ternyata kebencian itu sampai sejauh ini. Bahkan, ketika datang kemari pun malah tuduhan seperti itu yang Miranda berikan pada Naomi. “Kakakku baru saja melahirkan keturunan untuk keluarga kalian. Dan sekarang Nyonya sendiri yang membuat cucu Nyonya mengetahui betapa jahat neneknya.” Attar kembali berbicara dengan kalimat menusuk, tak peduli jika lawan bicaranya adalah orang tua. Seharusnya, sebagai orang tua, Miranda dapat bersikap lebih bijak, bukan makan menghakimi tanpa sebab yang jelas. Sejak awal Attar hanya diam ketika kakaknya dihina habis-habisan oleh keluarga Alister. Namun, mulai sekarang ia tidak akan membiarkan Naomi mendapat perlakuan seperti itu lagi dari siapa p
Read more

Kamu Jatuh Cinta Padaku?

Ketika matanya terbuka, wajah Alister lah yang pertama kali muncul tepat di depannya. Naomi spontan menatap sekelilingnya, ternyata ia masih berada di kamar Arkana. Entah kapan Alister menyusul ke sini. Sebab, ia pindah kamar secara sembunyi-sembunyi setelah lelaki itu tidur. Awalnya Naomi memang menuruti Alister yang memintanya tidur di tempat biasa. Namun, menjelang tengah malam Arkana terbangun dan menangis. Akhirnya, setelah menyusui bayinya, Naomi mengajak sang putra pindah ke kamar ini. Naomi tidak tahu sejak kapan Aliater ikut pindah ke kamar ini. Mungkin karena dirinya terlalu nyenyak dan Arkana jiga belum terbangun lagi. Meski ranjang di kamar ini tak sebesar di kamar Alister, tetap masih cukup untuk ditempati mereka bertiga. “Oek! Oek!”Pandangan Naomi teralih karena tangis putranya. Naomi menunduk dan menatap Arkana yang meraung. Tak langsung menggendong, ia mengecek popok anaknya terlebih dahulu. “Ssstt ... Arka haus lagi? Atau popoknya sudah penuh?” Ternyata popok Ark
Read more

Menggantikan Posisi

“Aku tidak tahu. Jangan pedulikan dia.” Alister langsung berbalik dan beranjak pergi setelah menjawab dengan nada ketus. Entah hanya perasaan Naomi saja atau bagaimana, tetapi ekspresi suaminya itu terlihat seperti sedang menahan kesal. Padahal ia hanya bertanya seperti itu. “Apa aku salah bicara? Suasana hatinya berubah sangat cepat,” gumam Naomi heran. Setelah Naomi ingat-ingat lagi, Alister memang selalu tampak berbeda jika dirinya membahas tentang Amara. Padahal Naomi merasa tak pernah bertanya terlalu jauh apalagi bermaksud menyinggung. Namun, respon Alister nyaris selalu buruk dan sekarang yang paling parah. “Apa karena waktu itu mereka bertengkar?” monolog Naomi yang masih bertanya-tanya. Jika memang Alister kesal karena pertengkaran itu, seharusnya Alister tidak perlu memperlihatkan kekesalan di depannya. Sebab, Naomi tidak mengetahui permasalahan mereka. Sekali pun jika permasalahan itu ada kaitannya dengan dirinya. “Oek! Oek!” Tangis Arkana membuyarkan lamunan Na
Read more

Dia yang Menabrak Adikmu

Pertanyaan Naomi kian menyulut ketegangan yang melingkupi dapur. Naomi menatap satu per satu orang yang berada di sana. Ia yakin pasti mereka lebih tahu banyak hal dibanding dirinya yang baru datang. Namun, tidak ada satu pun yang bersuara lagi setelah itu. “Apa itu sering terjadi?” Naomi mengulang pertanyaannya pada sang pelayan yang barusan berceloteh panjang lebar padanya. Menyadari telah salah berbicara, pelayan muda itu tampak berkeringat dingin. Wajahnya memucat hingga kedua tangannya pun gemetar. “Maaf, Nyonya. Sepertinya saya terlalu banyak bicara. Abaikan saja. Saya hanya bercanda. Saya permisi dulu.” Pelayan itu langsung menunduk dan melangkah pergi dari dapur. Ketika Naomi mengalihkan pandangan, tampak jelas jika seluruh pelayan menghindari bertemu pandang dengannya. Padahal awalnya mereka yang menggosipkan dirinya, namun sekarang semuanya menghindar. “Tolong antar sarapanku ke kamar,” ucap Naomi seraya melangkah pergi dari sana sembari membawa segelas susu hangat yan
Read more

Kekejaman Alister

“Dia yang menabrak adikmu.”Ucapan terakhir Amara membuat langkah Naomi benar-benar terhenti. Namun, wanita itu tidak berbalik. Di balik ekspresinya yang tetap tenang, tubuhnya mulai gemetar. “Tidak mungkin,” gumamnya dengan suara yang nyaris menghilang. Tak pernah terpikir dalam benak Naomi jika suaminya sendiri lah yang membuat adiknya sekarat. Ia memang tidak mengetahui kronologi kecelakaan itu secara detail karena baru tiba setelah adiknya celaka. Naomi hanya mengetahui kronologi kecelakaan tersebut dari cerita Amara dan orang-orang sekitar. Dan selama ini, Naomi mempercayai cerita itu. Tak pernah menaruh curiga sama sekali pada siapa pun. Ia hanya bisa pasrah saat orang-orang mengatakan penabrak adiknya telah melarikan diri. Bahkan, pihak kepolisian yang membantu pun tak dapat melacak mobil tersebut. Naomi yang kala itu memang tidak memiliki biaya untuk mengusut lebih jauh memilih menutup kasus tersebut. Karena baginya, yang terpenting adalah pengobatan Attar. Adiknya harus se
Read more

Kami Sudah Bercerai

“Selangkah kamu keluar dari rumah ini, selamanya kamu tidak akan pernah bisa menemui Arkana lagi!”Ancaman Alister membuat langkah Naomi kontan terhenti, namun tidak berbalik. Padahal tinggal selangkah lagi wanita itu mencapai pintu. Ia mencengkram tali tas besar yang tersampir di bahunya dengan mata berkaca-kaca. Kemudian, ia menyadari sesuatu. “Itu sudah pasti, Tuan. Bukannya sejak awal Tuan memang ingin memisahkan kami?” sahut Naomi setelah berdeham pelan. Tak suaranya terdengar serak. Cepat atau lambat, Naomi memang harus meninggalkan anaknya. Ia sudah mendapat waktu dua bulan bersama anaknya, itu sudah cukup. Tak ada lagi yang perlu dipertahankan. Ia tidak bisa hidup bersama orang yang hampir menghabisi nyawa adiknya. Bukan itu saja, Alister juga telah menipunya habis-habisan. Bahkan, sengaja menyusun rencana dan mengarang cerita demi memanipulasinya. Menjebaknya hingga sejauh ini dan membuatnya dibenci banyak orang karena dianggap orang ketiga, perebut, perusak.Sebelum Naomi
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status