All Chapters of BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI : Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

Bab 41 Harapan Devano

“Berapa persen, Mas?” ulang Bi Sumi sedih. Devano menarik napas pelan, lalu mengajak wanita tua itu duduk. Devano menoleh kanan kiri memastikan keadaan di situ aman, tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. “Saya tidak ingin berhitung, Bi. Perkiraan manusia dan kehendak Allah itu berbeda. Doain saja, umur saya panjang, membahagiakan Kenanga hingga kami menua bersama.” “Mas Dev, kenapa harus Mas Dev yang begini? Kenapa bukan Pak Dion atau perempuan licik itu?” Devano menggeleng tegas. “Ssstt, Bibi tidak boleh bicara seperti itu. Saya ikhlas menerimanya. Yang saya sesalkan saat ada penyakit ini di tubuh saya, Mama meninggal karena syok. Makanya, saya tidak siap jika Kenanga menjauhi saya karena ini, Bi. Bertahun-tahun saya mencintai Kenanga dalam diam, merasakan sakit dan cemburu sendirian. Dan sekarang impian menikahi wanita paling saya cintai hampir terlaksana. Tapi bersamaan dengan ketakutan jika Kenanga pergi, Bi.” Devano mengusap sudut matanya yang memanas, lalu terkekeh
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 42 Khawatir

"Berapa harga yang harus kubayarkan? Aku yakin, kamu butuh uang banyak karena posisi Dion di Chis Garment tidak aman lagi sekarang!” sahut Devano. Risma mengerutkan bibir marah, refleks dia mengayunkan tangan ke arah Devano. Namun, Devano segera menangkap tangan Risma dan menurunkannya “Jangan paksa aku kasar pada perempuan, Ris. Selama ini aku sabar dengan semua tingkahmu, tapi jika kamu terus mengusik hidup kami, aku tidak akan diam lagi!” Devano menekan suara serendah mungkin, tidak ingin orang lain mendengar perdebatan mereka. Risma menyunggingkan senyum satu sudut. “Kamu tidak tahu apa-apa, Dev. Kenanga memang pantas mendapatkan semua kesengsaraan ini!” desisnya sembari menunjuk ke arah kamar. Devano menaikkan sebelah alis sambil tersenyum mengejek. “Kamu pikir aku akan mengizinkan? Kenanga sekarang tanggung jawabku. Jadi, ketika kalian mengusik dia lagi berarti berhadapan denganku. Sudahlah, lebih baik fokus pada keluargamu, Ris. Bukankah Kenanga sudah mengalah terlalu ba
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 43 Permintaan Dion

“Ehm, malah melamun. Tadi Kak Risma datang kasih surat apa, Kak?” tanya Kenanga membuyarkan lamunan Devano.“Ehem, akh!” Devano pura-pura terbatuk. “Kok dingin ya, em itu dia kasih surat …”“Sudahlah, aku sudah trauma berurusan dengannya, Kak. Dendamnya ke aku begitu besar. Bukan gara-gara Dion saja, tapi karena Tante Evi meninggal dikira Mama penyebabnya!”Devano menghembuskan napas lega, lalu bangkit dan memutar kursi roda. “Dia akan mencari gara-gara terus. Makanya aku berharap kamu bisa lawan dia. Kasihan banget sebenarnya, dia lagi hamil, tapi tidak tobat juga! Aku tidak nyangka jika sifatnya akan sebar-bar itu, Ken.”“Kak, apakah aku mampu memimpin Chis Garment?” tanya Kenanga ragu.“Mampu saja dan harus mampu, Ken! Kamu kan punya basic usaha sendiri. Beda dengan aku yang tidak mungkin terjun ke dunia bisnis. Yang ada otakku malah lemot. Aku sudah bahagia menjadi dokter, Ken!”“Dokter malah rumit, harus genius baru bisa jadi dokter.”“Berarti aku genius, ya? Baru sadar!” sahut D
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 44 Jangan Tinggalkan Aku

“Dokter Hendra, apa maksudnya?” tanya Kenanga pada dirinya sendiri.Bi Sumi yang ada di sebelahnya, hanya terdiam sembari menatap kepergian Dion. Dalam hati wanita itu mengutuk Dion yang selalu saja memanfaatkan situasi demi keinginannya. “Jangan dengarkan, Pak Dion dan Risma akan selalu mencari cara menjatuhkan Mas Dev. Kalau Mas Devano tidak serius denganmu, mana mungkin dia selalu ada untukmu, Neng!” Tampak Kenanga mengangguk kecil meskipun dalam hati penasaran dengan dokter Hendra. Apalagi, Kenanga pernah bertemu dokter senior itu sedang berbicara sesuatu yang aneh pada Devano.“Bi, apakah Kak Devano ada masalah di rumah sakit, ya? Apa dia punya cewek dan …”“Ah, mulai berprasangka buruk, kan? Jangan termakan omongan Pak Dion, Neng!” sergah Bi Sumi tidak suka. “Untuk lebih jelasnya tanya saja sama Mas Devano nanti!” “Iya, Bi, tapi kalau aku tanya nanti Kak Dev akan ngamuk sama Dion.”“Biarkan saja, itu kan harga yang harus dibayar Pak Dion punya mulut lemes. Lagian kalian itu s
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 45 Bullyan

"Kak, aku takut.”Lingkaran tangan Kenanga semakin kencang saja. Devano membuka mata, lalu berbalik dan memeluk wanita itu.“Apa yang kamu lakukan di sini? Ada masalah?” tanya Devano mulai cemas meskipun tidak meragukan kredibilitas dokter Hendra.Kenanga mendongak karena memang tinggi Kenanga hanya sebatas bahu Devano. Lalu, pandangan Kenanga tertuju pada pakaian yang digunakan Devano. Buru-buru Kenanga melepaskan diri dari pelukan Devano.“Kak Dev habis operasi, ya?” tanyanya.“Bukan, Sayang. Tapi membantu ibu-ibu lahiran!” jawab Devano jujur.Seketika, raut wajah Kenanga menjadi masam. Membayangkan apa yang dilakukan Devano ketika menolong ibu-ibu yang melahirkan. Selanjutnya di benak Kenanga dipenuhi pertanyaan.Mengapa harus menjadi dokter obgyn? Bukankah masih banyak jurusan yang lain? Kenanga lantas menghembuskan napas kasar yang membuat alis Devano naik sebelah.Tak! Kenanga meringis sambil melotot ketika Devano menjentikkan jarinya di kening.“Sakit tahu!”“Lagian dibilang ha
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 46 Insiden

“Iya, betul. Anakku cakep, lulusan luar negeri, berpendidikan. Mau dilamar pilot saja tidak mau, takut diselingkuhi karena sering LDR. Cocoknya ya, dapat dokter atau pengusaha gitu!” cerocos salah satu ibu sambil memperhatikan cincin yang bertebaran di empat jarinya.Ucapan itu diangguki ketiga temannya. Mereka lantas tertawa cekikikan di situ. Devano segera mengajak Kenanga mencari tempat duduk yang masih kosong. Namun, Kenanga justru bergeming.“Memang benar ya, jaman sekarang itu banyak laki-laki maunya dapat janda supaya lebih pengalaman!”Brak! Kenanga tidak tahan lagi, lalu menggebrak meja. Sontak, beberapa orang langsung melihat ke arah Devano dan Kenanga.Devano pun terkejut, lalu meraih kepala Kenanga ke dadanya. Kenanga segera menyingkirkan lengan Devano pelan, lalu berdiri di depan ke-empat ibu tadi.Tanpa basa-basi, Kenanga segera meraih gelas berisi air es teh dan menyiramkan pada keempat ibu rempong itu.Byur!“Dasar perempuan gila!” maki salah satu dari mereka sambil me
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 47 Semakin Minder

Kenanga menatap Devano dengan cemas. Devano memberi isyarat tangan untuk diam, lalu dia bangkit dan melangkah ke jendela. Disibaknya gorden sedikit, lalu Devano menarik napas lega.Devano segera membuka pintu dan tersenyum pada seorang driver go food.“Ya, Allah, sampai lupa, Pak. Hujan-hujanan begini, Pak?” tanya Devano memperhatikan laki-laki paruh baya yang mengenakan jas hujan.Di luar memang masih hujan, tetapi tidak sederas tadi. Devano lantas kembali memasuki ruangan dan mengambil uang lebih banyak.“Maaf ya, Pak.”“Lho, Dok, ini kebanyakan banget!” ungkap bapaknya dengan tangan gemetar karena memegang uang lima ratus ribu.Devano tersenyum. “Tidak apa-apa, rezeki Bapak. Sudah malam, mungkin Bapak waktunya pulang!” ucapnya terenyuh.Driver go food itu pun tersenyum sembari mengucapkan terima kasih berkali-kali. Devano kembali tersenyum dan menutup pintu. Dia menghidu aroma bakso yang menggiurkan. “Ken, makan yuk, Sayang!” ajak Devano sembari mendekati Kenanga yang berdiam di t
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 48 Ditalak

"Ris, kamu selalu saja begitu. Sejak dulu selalu bilang akan membebaskan aku. Nyatanya?” protes Dewi.“Diam, aku sudah muak!” sentak Risma lagi. “Terlalu banyak bicara kamu. Cepat buatkan aku teh!” perintahnya tanpa peduli melihat tubuh ringkih Dewi yang kelelahan.Dewi hanya menurut daripada disiksa anak buah Risma. Berkali-kali, Dewi beristighfar dalam hati meminta kekuatan fisik dan mental. Dion menatap miris pada Risma, lalu menggeleng samar.“Ris, sebentar lagi kamu lahiran lho, Sayang. Kurangi marah-marahnya. Biar aku yang buatin teh, ya!” ucap Dion lembut.“Terserah deh, dari dulu kamu memang jadi anak kesayangan Perempuan Tua itu!”Dion segera ke dapur bermaksud membantu Dewi. Dewi tampak kebingungan melihat beberapa kotak teh. Lalu, Dion mengambil salah satu kotak dan memberikan pada Dewi.“Dia suka teh ini, Tante!” ucap Dion. “Biar saya saja yang buatin!” tawarnya kemudian. Dewi mengangguk, sedangkan Dion tidak enak hati dengan perlakuan Risma. Apalagi melihat wajah Dewi ya
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 49 Kembalinya Dewi

“Ken, Tante Dewi!” ucap Dion lirih.“Mam–Ma, tidak mungkin. Mama kan sud–”“Kenanga, Ken, anak Mama!”Kenanga mematung menatap tubuh kurus Dewi. Tanpa disadari air mata kedua wanita itu pun sudah jatuh ke pipi. Lantas Kenanga menampar pipinya sendiri. Sakit! Jelas ini bukan mimpi. Wanita yang berbaring di atas brankar itu adalah Dewi Kumala. Sang mama yang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan tragis beberapa bulan lalu.“Ma, apakah Ken bermimpi?” Kenanga segera memeluk wanita tua yang tampak tidak terurus itu. Sangat jauh berbeda. Dulu kulit Dewi tampak cerah karena dirawat dengan baik. Kini wanita itu terlihat sangat tua dengan pipi tirus dan kedua mata cekung. Rambutnya pun telah berubah putih.Tidak kuasa menahan diri, Kenanga menangis di pelukan Dewi. Kedua orang itu pun lantas menangis, begitu juga Rini, sekretarisnya. Dion tampak mendongak dengan mata mengerjap berkali-kali menyembunyikan air matanya.“Kenanga, apa kabarmu, Sayang?” tanya Dewi sambil mengusap air mata di pipi
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 50 Salah Paham

Sejenak, Kenanga tersadar lalu melangkah cepat keluar dari ruangan. Namun, dia sudah tidak menemukan keberadaan Devano. Kenanga bermaksud menelepon Devano. Dia termangu mendapati empat panggilan tidak terjawab dari Devano beberapa saat yang lalu. Lalu, Kenanga berusaha menghubungi Devano, tetapi di-reject oleh laki-laki itu.“Ya Allah, salah paham kan!” Kenanga menggigit bibir bingung, lalu mondar-mandir di depan ruangannya.Di saat yang sama, Dewi meminta Kenanga datang ke rumah sakit. Kepergian Kenanga tanpa disadari diikuti oleh Devano. Laki-laki itu bermaksud menjenguk Dewi bersama Kenanga.Namun, niat baik Devano urung terlaksana karena sesampai di lobby, Dion sudah menyambut Kenanga sembari tersenyum.“Yon, kamu di sini? Gimana kabarnya Risma, sudah ketemu?” tanya Kenanga.Dion menggeleng pelan, lalu memperlihatkan sesuatu di handphonenya ke arah Kenanga. Kenanga mengangguk sembari tersenyum, lalu mengikuti Dion memasuki koridor rumah sakit. Mereka tampak berbicara serius dan s
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status