“Naik jabatan jadi sopir ya, menggantikan kamu,” balasku dengan candaan.“Yah, kok jadi sopir, jadi nyonya dong, Mbak. Nyonya Harun,” teriaknya kencang.Refleks aku memukul tangannya keras. “Jangan sembarangan kalau bicara! Aku ini pembantu.”“Mbak, kenapa sih merendah terus? Gak pengen nasibnya berubah apa?”“Ya pengen, tapi candaanmu keterlaluan lho. Itu majikan kita.”“Ya ‘kan sudah didoakan siapa tahu jadi nyonya.”“Sudah, sudah, berhenti bercandanya. Kita harus pulang.”“Salut aku sama Mbak Resmi. Selalu merendah dan tahu diri. Jarang-jarang lho, Mbak wanita kayak gitu. Yang banyak itu matre, kalau lihat orang kaya ya penginnya deketin. Aku pengen punya satu cewek yang kayak Mbak resmi, tapi yang muda, kalau Mbak resmi ketuaan, hahahaha ....” Roni tergelak.Aku menoyor bahu pemuda itu dan meninggalkannya.“Sudah selesai tadi main pasirnya?” Aku bertanya pada Hasbi yang mulutnya penuh dengan kelapa.“Sudah. Mau mandi, Ibu, lengket.”Tak sengaja tatapan kami, aku dan Pak Harun bers
Last Updated : 2024-05-03 Read more