Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 161 - Chapter 170

346 Chapters

Bab 160. Meski Cemburu

Rasa lega itu menyeruak di dalam hatinya. Bebannya berkurang satu dan kini ia harus menghadapi beberapa hal sebelum berangkat ke US. Dion merogoh ponsel dari sakunya dan mengecek sesuatu. Dion tengah melaporkan visanya dan memastikan jika ia bisa berangkat beberapa hari sebelum Natal sehingga ia dapat memiliki waktu yang cukup untuk persiapan wawancara serta tes.Setelahnya, Dion menghubungi Venus sekali lagi. Seperti yang sudah bisa ditebak, Venus tidak mengangkatnya sama sekali. Dion menghela napas panjang dan berat. Rasanya seperti ada yang terus menusuk-nusuk dadanya. Ia jadi bingung, sebenarnya Venus mengambek atau dia sedang marah. Tapi apa alasannya?MANHATTANVenus menatap begitu saja layar ponsel yang berkedip-kedip di depannya. Ia meletakkan ponsel itu di atas meja kaca. Matanya sedikit memicing dengan wajah tanpa senyum menatap nama si penelepon yang tengah menghubunginya. Sudah nyaris lima hari Venus tidak mengangkat panggilan dari Dion sama sekali.
Read more

Bab 161. Ijin dan Restu

Perlahan Dion berlutut lalu melakukan sungkeman pada neneknya Sulastri. Dion menundukkan kepala dan memberikan rasa hormatnya pada satu-satunya orang tua yang telah merawatnya sedari kecil.“Aku datang untuk memohon maaf sama Mbah atas semua yang aku lakukan selama ini, yang menyakiti hati Mbah. Tolong maafkan aku, Mbah,” ujar Dion masih menundukkan kepalanya.Budhe Dewi tersenyum haru melihat Dion yang datang ke rumahnya untuk bertemu sang nenek. Begitu pula dengan Pak Dhe Halim yang ikut tersenyum menyaksikan Dion menundukkan kepalanya meminta maaf pada sang nenek.Tangan nenek Sulastri menyentuh rambut belakang Dion dan menepuknya lembut. Dion lalu menaikkan wajahnya untuk melihat sang nenek. Ia tersenyum perlahan saat sang nenek juga tersenyum padanya.“Mbah, aku minta maaf sudah membuat Mbah kecewa. Aku memilih pilihan yang salah yang membuat Mbah jadi sulit. Maafkan aku, Mbah ...” ungkap Dion dengan lembut dan penuh haru. Nen
Read more

Bab 162. Merelakanmu Pergi

“Mbah, aku kan juga ingin mengejar kebahagiaanku. Dan aku sungguh mati jatuh cinta dengan Venus. Tolong, Mbah. Berikan aku restu ...” pinta Dion memohon di kaki neneknya.“Ndak, dia itu anak Winthrop! Kamu kok ya kecantol sama dia! memangnya tidak ada perempuan lain? Jangan-jangan kamu dipelet sama dia!” tuding nenek Sulastri begitu kesal.“Yo mosok bule pake dukun! Memangnya orang bule percaya klenik, ada-ada saja Ibu ini, hehe!” celetuk Pak Dhe Halim malah terkekeh menertawai ibu mertuanya. Dewi yang semula tegang jadi ikut tersenyum.“Bisa saja toh! Cucuku dijampe-jampe pakai dukun luar negeri yang lebih sakti! Kalau ndak ngapain dia sampai berpikir untuk berhenti jadi Polisi?!” tukas nenek Sulastri masih sengit. Pak Dhe Halim hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ibu mertuanya yang mulai bicara konyol.“Mbah, aku punya alasan mengapa aku harus memutuskan untuk berhenti menjadi Polisi. Bukan
Read more

Bab 163. Masa Lalu Cinta

KEJURCAB PENCAK SILAT SURABAYA“Ciaattt ... chiaaatt!” pekikan para peserta turnamen pencak silat Surabaya yang tengah berkompetisi terdengar di seluruh lapangan. Beberapa peserta tengah menjalani babak penyisihan sebelum naik ke semi final dan final untuk menentukan juara.Dion Elang Juliandra merupakan salah satu peserta yang ikut turnamen tersebut. Ia siswa senior yang mewakili sekolah sekaligus ikut membawa nama perguruan pencak silat tempatnya berlatih.“Hyaatt!” Dion menendang dengan tepat sehingga lawannya tersungkur dan wasit menunjuk poin untuk Dion. Pertandingan dimenangkan oleh Dion dengan skor akhir yang sempurna. Ia berhak maju ke babak semifinal setelah menyisihkan banyak peserta. Setelah ditunjukkan pemenang, Dion memberi hormat dan salam lalu memeluk lawannya. Ia berjalan ke pinggir lapangan sambil terengah dan tersenyum.Tangannya melambai pada Laras yang ada di atas tribun penonton. Laras melambaikan tangannya beg
Read more

Bab 164. Setia Adalah Bersabar

“Lima tahun, kami berhubungan di belakang lo selama lima tahun,” aku Rico kemudian. Dion terpaku beberapa saat tak percaya mendengar pengakuan Rico.“Lima tahun? Itu artinya kalian selingkuh di belakangku sebelum aku bertunangan dengan Laras?” Rico mengangguk. Ia sudah tidak perlu lagi  menyembunyikan apa pun dari Dion.“Lantas untuk apa dia menerima lamaranku jika ...”“Dia kasihan sama lo. Dia bilang lo terlalu baik dan dia gak tega untuk memutuskan hubungan kalian. Lagi pula gue kan sudah menikah, makanya lo jadi yang pertama dan gue menjadi yang kedua!” jawab Rico sesantai mungkin.Rasanya seperti ada batu di kerongkongan. Naik turun napas jadi berat dan tercekat. Dion tidak pernah mengira jika ia hanya menjadi mainan Laras selama ini.“Dia gak pernah mencintai aku kan?” gumam Dion dan Rico memilih tidak menjawab.“Lalu kenapa kamu gak mau bertanggung jawab saat dia h
Read more

Bab 165. Mantan Istri Sahabatku

“Bagaimana kabar kamu, Sisca?” tanya Dion berbasa-basi di dalam mobil saat sedang dalam perjalanan. Sisca yang duduk di kursi penumpang depan tersenyum sekilas menoleh pada Dion.“Ya beginilah. Aku harus menjadi Ibu dan Ayah di satu waktu,” jawab Sisca mulai santai. Sesekali ia menengok ke belakang melihat kedua anaknya. Kenzi sedang bermain rubrik berwarna sedangkan sang adik masih sibuk dengan mainan yang bergantungan di atas keranjang bayi. Keduanya duduk dengan santai dan nyaman.“Aku turut sedih dengan apa yang menimpa kamu dan Rico. Bagaimana keadaan anak-anak? Apa mereka sudah tahu soal ayahnya?” tanya Dion masih menyetir dengan baik. Sisca hanya menunduk dan tidak menjawab. Raut wajahnya terlihat sedih dan ia memilih untuk membuang pandangnya ke luar.Dion yang melihat hal itu tidak ingin meneruskan. Mereka sama-sama terluka oleh hubungan yang rumit yang terjadi dan melibatkan keduanya.“Apa kamu sudah mak
Read more

Bab 166. Memulai Langkah Baru

Peter mengetuk pintu ruangan Dion lalu masuk setelah diberikan ijin. Ia membawa sepucuk surat dari Kasat Sabhara untuk Dion.Dion tengah berada di depan meja kerjanya membaca kiriman email dari Daga Nero Security Consultant yang mengirimkan penawaran untuk mengikuti wawancara bagi posisi CEO di anak perusahaan penyedia layanan keamanan eksekutif tersebut. Kening Dion sempat mengernyit. Ia tengah berpikir jika saja Rei atau Arjoona Harristian yang memasukkan namanya menjadi kandidat.“Ini, Dan!” ujar Peter menyerahkan surat yang ia bawa pada Dion. Dion mengambil surat itu tanpa melihat ke arah Peter yang masih berdiri dengan sikap istirahat. Peter sudah memakai pakaian anti peluru dan pelindung kaki. Sedianya unit yang dipimpin oleh Dion akan berangkat menjalankan pengawalan serta pengamanan unjuk rasa yang akan terjadi di depan kantor kedutaan besar. Dion pun telah bersiap akan pergi. Namun sebelumnya, ia menuliskan dan akan mengirim email penting.D
Read more

Bab 167. Rindu Tertahan

DUA HARI SEBELUMNYAVenus tengah beristirahat dengan makan siang di sebuah kafe berbentuk perpustakaan yang jaraknya tidak jauh dari Skylar. Hari ini, ia akan menjalani beberapa pekerjaan di Winthrop Corp dan harus merampungkannya sebelum liburan panjang Natal dan Tahun Baru.Kyle dan Edward masih memasang parameter yang aman seperti biasanya untuk Venus jika ia berada di ruang publik. Beberapa pengunjung yang menyadari kehadiran Venus ikut memberikannya ruang dengan tidak mengganggunya. Venus bisa bersantai membaca buku dan makan dengan tenang.“Ini pesananmu!” ucap Alicia, manajer Venus membawakannya nampan makanan milik Venus usai memesannya. Venus masih santai membaca buku lalu tersenyum sekilas melihat makanan yang dibawakan oleh Alicia.“Apa ini?” tanya Venus pada menu yang dibawa oleh Alicia.“Oh, garlic butter chicken dan hummus veggie wrap. Ini kesukaanmu, avocado sauce dan minumannya sparkling water. Aku rasa
Read more

Bab 168. Rindu Yang Tak Usai

DUA HARI SETELAHNYADion tiba di JFK usai menempuh perjalanan puluhan ribu mil melintasi negara dan benua. Cuaca mulai dingin dan Dion tidak cukup memakai jaketnya. Jadinya ia melapis tiga pakaian yang ia kenakan dan berkali-kali menghembuskan napas dingin.Beruntungnya Dion tidak memiliki masalah saat mengantre di imigrasi agar diizinkan masuk ke suatu negara. Barang-barangnya diperiksa dan ia baru bisa keluar dari gerbang pemeriksaan setelah dua jam lamanya.Namun sayang sekali, Dion tidak ada yang menjemput. Padahal ia telah mengirimkan pesan pada Rei Harristian bahkan Venus. Namun, Dion tidak ingin kecewa. Ia sudah pernah tinggal di New York nyaris enam bulan, jadi tidak sulit lagi baginya sekarang. Dion pun memesan kamar hotel di perjalanannya menggunakan taksi.Tiba di kamar hotel, Dion yang sesungguhnya masih jetlag, bersiap untuk menemui Rei Harristian. Sebelum tiba di rumah Rei, Dion membeli mantel tebal dan sarung tangan untuk melindunginya dari
Read more

Bab 169. Kangen

Venus baru saja memoles krim malamnya dan berencana untuk bersantai. Tidak ada rencana untuk makan malam atau melakukan apa pun. Malam ini, ia ingin menghabiskan waktu untuk membaca buku saja sekaligus melupakan yang terjadi. Venus sadar jika Dion sudah tiba di New York, tetapi ia tidak memberikan sedikit pun kesempatan pada kekasihnya itu untuk bertemu.Sampai terdengar suara bel dari pintu depan. Padahal Venus baru saja duduk dengan elegan dan cantik di atas sofa ruang tengah bersama sebuah buku yang tengah ia habiskan selama ini. Penampilannya pun seksi namun tetap cantik. Dengan jubah lace dan dress di atas paha dari Gucci, Venus sebenarnya ingin bersantai sambil rebahan.“Kenapa tidak ada yang membuka pintu?” gumamnya agak ragu untuk berdiri.“Kyle?” panggil Venus hendak memintanya membuka pintu tapi tidak ada jawaban. Venus mengabaikan dan tetap membaca bukunya. Bel berbunyi lagi dan Venus makin kesal. Ia menutup buku dan terpaksa m
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
35
DMCA.com Protection Status