Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 141 - Chapter 150

346 Chapters

Bab 140. Rumahku Itu Kamu

BEBERAPA MENIT SEBELUMNYAUsai berbicara dengan Reskrim, Dion pun berjalan kembali ke ruangannya. Namun, di tengah perjalanan ia berhenti untuk berpikir sejenak. Apa mungkin Fransisca tahu tentang yang dilakukan oleh suaminya? Atau dia tidak tahu sama sekali?Dion pun mengambil ponselnya dan mencari nomor telepon Sisca untuk bicara padanya. Tujuannya adalah agar ia bisa mengetahui posisi Rico untuk saat ini.“Ini aku, Dion!” sebut Dion menyapa dengan sikap yang sedikit acuh.“Aku tahu. Untuk apa kamu menghubungiku?” jawab Sisca sama ketusnya.“Di mana Rico?” tanya Dion tanpa basa-basi.“Untuk apa kamu tanya soal Mas Rico? Kamu mau ketemu dia?” Dion mengatupkan bibirnya dan diam sejenak. Matanya sekilas menyapu wilayah tengah bangunan Polres yang menghubungkan dengan beberapa ruangan termasuk ruangannya.“Mungkin ...”“Huh, kamu mau ketemu dia buat apa, Mas?&rdquo
Read more

Bab 141. Ledakan Kemarahan

“MAS DION, APA-APAAN INI!”  teriak Laras mengagetkan Dion dan Venus seketika. Dion langsung melepaskan Venus dan berbalik melihat Laras yang sudah berada di depan dapurnya.“Laras? Ngapain kamu kemari?” sahut Dion keheranan. Laras terlihat begitu marah dan kesal. Ia melemparkan tas belanjaan ke lantai sangking marahnya.“Ngapain kamu bawa dia masuk kemari? Berani benar kamu, Mas! Kamu selingkuh dan tidur dengan perempuan lain di depan mataku!” bentak Laras menunjuk begitu berang pada Dion. Dion mendengus kesal sambil mengeraskan rahangnya. Sementara Venus yang juga ikut kaget, lalu bergeser ke belakang Dion.“Jangan sembarangan bicara, Laras!”“Sembarangan apa! Kamu benar-benar sudah bohongi aku, Mas!” pekik Laras makin menggila. Ia lantas maju meringsek ke depan untuk menarik Venus.“Dasar perempuan gatel! Sini kamu!” Laras hendak menarik Venus tapi Dion dengan cepat meny
Read more

Bab 142. Cinta Mati Venus

Venus berjalan pelan ke arah kamar mandi dan berhenti sejenak di depan pintu. Tangannya menyentuh pegangan pintu dan hanya tinggal menggeserkannya saja. Ia tengah berpikir beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan masuk ke dalam.Venus telah melepaskan pakaiannya dan hanya mengenakan dalaman berbalut jubah mandi berwarna hitam sama seperti yang akan dikenakan Dion jika ia selesai mandi nantinya. Dari posisinya ia bisa melihat Dion tengah memejamkan matanya sambil bersandar di sisi Jakuzi dan kepala sedikit menengadah.Venus pun mendekat perlahan lalu berlutut dan duduk di sisi Jakuzi dan menumpuk kedua telapak tangannya pada pinggiran Jakuzi lalu mendekat dan bicara pada Dion.“Aku ingin kamu tinggal di sini saja denganku, Mas,” ucap Venus meminta dengan lembut. Dion membuka matanya dan sudah ada Venus duduk di sisi luar Jakuzi dengan bibir sedikit dimajukan seperti tengah mengambek.Dion perlahan tersenyum dan menyampingkan posisinya. Ia ikut
Read more

Bab 143. Firehose Of Falsehood (Semburan Dusta)

Kening Nenek Sulastri mengernyit dan napasnya tampak agak berat. Tangannya sedang menempelkan ponsel ke telinga dan mendengarkan Laras bicara. Ia melaporkan cerita tentang Dion yang pergi dari rumah kontrakannya karena tertangkap basah membiarkan seorang wanita yang tidak lain adalah Venus Harristian untuk menginap di rumahnya.“Aku itu ngerasa diriku itu ndak ada gunanya, Mbah. Mas Dion ndak pernah menganggap aku sama sekali. Padahal aku calon istrinya, tapi dia terang-terangan bawa selingkuhannya nginep di rumah itu!” isak Laras bercerita sesenggukan pada Mbah Lastri.Nenek Sulastri mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan perasaan dongkol yang begitu besar pada Dion. Terlebih Dion makin membangkang dengan membawa Venus menginap di rumahnya.“Aku sampai disirem minyak panas sama perempuan itu, Mbah! Mas Dion tega seperti ini sama aku, Mbah. Padahal aku cinta banget sama dia. Dulu dia juga mencintaiku tapi kenapa sekarang malah dia benar-benar
Read more

Bab 144. Genderang Perang Terakhir

“Aku ndak apa-apa, Budhe. Ndak seperti yang Budhe dengar. Aku yang memilih untuk pergi dari lingkungan itu. Dan aku ndak kumpul kebo, Venus itu cuma datang mampir mau membuat makan malam untukku. Tapi sebelum selesai, dia lagi memasak, Laras dateng dan buat kekacauan!” ujar Dion bercerita tentang yang terjadi pada Budhe Dewi.Dion memilih keluar kamar dan duduk di salah satu kursi meja makan saat sedang menerima sambungan telepon itu.“Maka dari itu, Le, besok kamu pulang kemari untuk menjelaskan duduk persoalannya sama Mbahmu. Jangan Mbahmu cuma dengarkan Laras dan dia ndak tahu kebenaran yang sesungguhnya,” ujar Budhe Dewi lagi. Dion menghela napas panjang sambil mengurut keningnya sesaat.“Laras juga dipanggil ya, Budhe?”“Iya!” Dion langsung melepaskan dengusan kesal. Ia masih sangat kesal pada Laras dan perilakunya yang mulai menyasar Venus.“Aku ndak bisa Budhe. Aku ada pekerjaan besok!&rd
Read more

Bab 145. Jendela Lainnya

NEW YORK“Segera lakukan perintahku! Aku tidak mau melihat ada berita lagi soal Venus. Blok akunnya, aku ingin penuntutan sampai mereka membayar mahal padaku! Enak saja mereka mengutip dari berita akun murahan seperti itu lalu menyiarkannya untuk menjelek-jelekkan adikku!” cerocos Rei dengan kesalnya memerintah tim pengacaranya.Rei begitu kesal dengan tuduhan sepihak dari sebuah acara televisi yang menuding Venus berselingkuh dengan pria beristri.“Aku sudah menyomasi mereka dan berita itu harus ditarik kurang dari 12 jam!” jelas pengacara yang tengah dihubungi oleh Rei.“Tidak perlu tunggu 12 jam! Suruh mereka tarik dan minta maaf di semua media! Jika tidak aku akan membuat stasiun televisi itu bangkrut dan tutup! Jangan main-main denganku!” Rei langsung menutup sambungan ponselnya sambil mengomel kesal. Ia sudah mulai gerah dengan gosip Venus yang itu-itu saja.“Lo emang nyeremin, Rei!” celetuk Jup
Read more

Bab 146. Kehangatan Cinta

Rasa makanan jadi makin hambar saat ini. Venus menghentikan makan dan meletakkan peralatan makannya dengan lembut dan pelan di sisi piringnya.“Kamu harus tahu bahwa yang kamu lakukan sudah merusak semua rencana pernikahan yang didambakan Dion selama ini,” ujar Nenek Sulastri dengan nada rendah pada Venus. Venus diam dan menunduk. Ia tidak berani menaikkan pandangannya menatap wajah Nenek Sulastri. Nenek Sulastri lalu meletakkan sebuah foto yang mengubah semuanya di depan Venus.Pelupuk mata Venus langsung penuh dengan air mata saat memandang foto pertunangan Dion dan Laras yang disodorkan oleh Nenek Sulastri di atas meja. Air mata itu akhirnya jatuh begitu saja. Budhe Dewi tidak bisa mencegah ibunya saat ini. Dia hanya bisa diam memandang Venus dengan pandangan sendu.“Ini adalah foto pertunangan Dion. Mereka sudah tukar cincin dan akan segera menikah. Lalu Dion ke Amerika untuk mencari biaya pernikahannya dan bertemu kamu. Lalu semuanya hancu
Read more

Bab 147. Menyingkirkan Duri Dalam Daging

Dion terdiam menatap Venus yang juga menatapnya dengan mata sayu. Sebelah tangannya lantas membelai pipi Venus dan malah mengecup keningnya.“Sayang ... maafkan aku tidak bisa melindungi kamu.” Venus menggelengkan kepalanya.“Gak, Mas. Kamu adalah pria terbaik yang pernah aku kenal dalam hidupku setelah Ayahku. Aku sayang sama kamu, tapi aku gak bisa memiliki kamu ...” bisik Venus kala Dion mengecup dalam keningnya. Dion melepaskan kecupannya dan menaikkan sedikit dagu Venus untuk melihatnya.“Kenapa kamu membuat keputusan sendiri? Apa kamu gak mempertimbangkan perasaanku? Apa kamu gak tahu seperti apa rasa cintaku sama kamu? Aku rela mati untuk kamu, Venus ...” ujar Dion membisikkan seluruh rasa cintanya yang dalam pada Venus. Venus makin meneteskan air matanya. Ia dilema membuat keputusan. Rasanya ingin pergi tapi hati tak ingin.“Apa pun yang dikatakan oleh Nenekku padamu, tidak mewakili perasaanku padamu. Tida
Read more

Bab 148. Cinta Sudah Lewat

“Kamu cuma cari-cari alasan agar ndak menikah! Iya kan?” tunjuk Pak Angsana begitu berang pada Dion.“Kamu ndak tahu diri, Dion. Sudah dibantu masuk dan jadi Polisi sekarang kamu balik ingin menjatuhkan Laras! Kamu memang ndak tahu di untung!” tambahnya makin berang.Mbah Lastri mulai sesak dan memegang dadanya. Budhe Dewi pun langsung merangkul dan meminta ibunya agar lebih tenang.“Ibu dengarkan saja, jangan terlalu diambil pikiran. Dion harus menjelaskan posisinya sama Ibu,” ujar Budhe Dewi lagi, perkataannya itu membuat ibunda Laras yaitu Desna jadi ikut marah.“Kalian memang sudah sekongkol untuk mempermalukan kami ya? Sudah, tidak usah ada pernikahan! Aku ora sudi besanan sama kalian!” hardik Bu Desna pada Budhe Dewi. Budhe Dewi ikut tersulut emosi. Kini semua jadi makin kacau dan ribut.“Siapa yang mau besanan sama keluarga egois seperti kalian? Kalian cuma tahu memanfaatkan Dion!”
Read more

Bab 149. Kenangan Cinta Berakhir

Dion pulang ke Langham menjelang tengah malam. Meskipun begitu Venus masih belum tidur dan tampak menunggu Dion di ruang tamu.“Sayang? Kamu masih di sini?” sapa Dion yang langsung menghampiri begitu melihat Venus masih duduk sendirian di sofa. Venus tersenyum lembut dan wajahnya mulai cerah. Tangannya memegang ponsel yang lalu dimatikan.“Apa Mas Dion sudah makan malam?” tanya Venus dengan suara lembutnya seperti biasa.“Sudah Sayang,” jawab Dion tersenyum. Ia mendekat dan mengecup pipi Venus dengan lembut. Tak lupa, Dion ikut mengecek suhu tubuh Venus dengan meraba keningnya. Sementara Venus masih terus memperhatikan wajah Dion yang terus tersenyum padanya.“Demam kamu sudah hilang ...” Venus ikut tersenyum dan sedikit menundukkan wajahnya.“Kenapa kamu belum tidur?”“Aku menunggu kamu, Mas ...” jawab Venus lembut. Dion makin melebarkan senyumannya dan menggenggam tang
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
35
DMCA.com Protection Status