Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 131 - Chapter 140

346 Chapters

Bab 130. Dua Cinta Berbeda

Cumbuan itu makin agresif diberikan Rico pada Laras. Keduanya bergumul dalam peluh di atas ranjang mencoba mencapai puncak hubungan badan yang tengah dilakukan.Ada hal yang dirasakan Rico pada Laras yang tidak ia temukan pada Sisca, istrinya. Logikanya telah tumpul dan yang dirasakan Rico hanyalah deru nafsu syahwat tak terkendali.Lenguhan tinggi Rico terdengar cukup keras usai ia naik ke puncak yang diinginkannya. Laras pun terengah cukup hebat. Sekali pun mereka tidak bisa melakukan hubungan seperti biasanya namun hal itu tidak membuat Rico kehilangan gairahnya pada Laras.Rico pun berbalik melepaskan diri dari Laras berguling dan membaringkan punggungnya di atas ranjang di samping Laras. Laras menarik selimutnya dan ikut menenangkan diri usai hubungan yang berbatas karena kehamilan. Rico menoleh dan ikut tersenyum menatap Laras yang selalu bisa memuaskannya.“Aku benar-benar kangen sama kamu, Sayang. Udah lama banget kita gak seperti ini,&rdquo
Read more

Bab 131. Badai Takkan Merebut Cintaku

“Sisca?” sebut Dion dengan wajah sedikit keheranan. Fransisca yang merupakan istri Hendrico berpapasan tidak sengaja dengan Dion usai keluar dari kamar mandi pria. Rupanya Sisca juga berada di restoran yang sama dan duduk di salah satu sudut. Ia tidak bisa mengenali Dion karena pria itu selalu memakai masker.“Kamu sudah pulang, Mas?” tanya Sisca separuh ketus pada Dion. Dion berbalik sepenuhnya menghadap Sisca dan mengangguk.“Sudah berapa lama?”“Sekitar hampir satu bulan, kenapa memangnya?” balas Dion datar tanpa ekspresi apa-apa. Sisca mendengus tersenyum agak sinis dan menggelengkan kepalanya.“Gak kenapa-kenapa! Bagus kalau kamu sudah pulang. Ternyata itu alasan Mas Rico sudah pulang lagi ke rumah. Karena kamu sudah kembali ke Indonesia.” Kening Dion mengernyit seraya masih memandang Sisca keheranan.“Apa hubungannya?” tukas Dion mulai ketus.“Ya kan kamu pul
Read more

Bab 132. Naluri Lelaki

Dion masuk ke sebuah warung sate kambing Madura yang berada di sebuah food court pinggir jalan usai membuat janji bertemu dengan Pak Dhe Halim. Pak Dhe ternyata sudah berada lebih dulu dan duduk dengan nyamannya di salah satu sudut sambil menikmati satenya.“Sudah lama, Pak Dhe?” sapa Dion. Pak Dhe Halim langsung menyuruh Dion untuk duduk dan memanggil pelayan untuk memesan lagi.“Sekitar 10 menit. Makan dulu!” ajak Pak Dhe sambil mengambil satu tusuk sate dan menarik daging dengan giginya. Dion tersenyum dan menggeleng ingin menolak.“Ndak usah, Pak Dhe. Aku sudah makan ...” tolak Dion tapi pelayan sudah berdiri di samping Dion dengan sebuah buku catatan kecil.“Sudah makan lagi saja!” Dion pun hanya tersenyum dan ikut memesan menu yang sama dengan Pamannya sekaligus minuman untuk menemani mereka.“Kamu sudah ndak pernah pulang berapa hari toh, Le? Aku ke kontrakanmu weis sepi, ndak ada orang!
Read more

Bab 133. Berlomba Dalam Waktu

Hari ini Dion masuk kantor seperti biasa di pagi hari. Menjelang siang nanti dia akan kembali ke hotel tempat konferensi untuk dinas luarnya seperti biasa. Sebenarnya Dion tidak perlu masuk pagi ini, tapi karena ia butuh bicara dan berdiskusi dengan Jasman dan Peter, Dion pun datang lebih pagi.“Peter ... Jasman? Ke ruangan saya sebentar ya!” tegur Dion pada keduanya ketika berpapasan.“Siap, Dan!”Peter dan Jasman pun ikut masuk ke ruangan Dion dan duduk di kursi tamu yang ada di sana sesuai dengan perintah Dion.“Saya mau ngomong sama kalian berdua. Saya ingin meminta pendapat sekaligus berdiskusi,” ujar Dion membuka omongan. Peter dan Jasman tidak menjawab selain hanya mengangguk saja.“Kalian kan tahu masalah pribadi saya sekarang?” keduanya mengangguk lagi.“Dan kalian pun kenal dengan Laras dan Rico. Saya gak mau menikah dengan Laras, tapi saya gak mau menyakiti Nenek saya. Mbah Las
Read more

Bab 134. Yang Pertama

“Komandan!” Jasman menerobos masuk ke ruangan Dion usai Laras pergi. Jasman menutup pintu dan langsung menghampiri Dion.“Komandan, gak apa-apa kan?” tanya Jasman lagi. Dion sedang mengatur napas untuk menghilangkan emosi yang sempat terpancing gara-gara ancaman Laras.“Saya gak pa-pa. Mana Peter?” tanya Dion cepat.“Udah berangkat!” Dion mengangguk lagi dan matanya kembali melihat pada undangan di tangannya. Begitu pun dengan Jasman yang ikut melirik pada benda yang sama.“Itu apa, Dan?” Dengan kesal dan membuang muka, Dion memberikan undangan itu pada Jasman. Jasman mengambil dan membacanya. Mata dan mulutnya sama-sama terbuka karena kaget.“Buset, nekat amat! Kok udah ada tanggalnya? Kan sidangnya belum!” cetus Jasman dengan nada tinggi. Dion benar-benar kesal setengah mati. Dia sudah ketinggalan banyak hal dan tidak menyadari jika tanggal pernikahan bahkan sudah ditetapkan
Read more

Bab 135. Cinta dan Tanggung Jawab

Deru napas Dion mulai bisa menyesuaikan kala ia bergerak pelan mengentak lembut pada pinggul Venus. Namun detak jantungnya belum bisa tenang sama sekali. Detaknya berdentum seperti drum perang yang tengah ditabuh keras dan seolah terdengar keluar dari tubuhnya.Ujung jemari Dion bergerak menjalar dari kulit sisi lengan yang mulai lembap lalu naik ke atas menyentuh tulang selangka Venus. Ia ingin semua indranya bisa merasakan Venus yang tengah dimilikinya. Venus pun mulai bergelinjang dengan menekukkan lehernya ke belakang membuat Dion menaikkan pandangan bola mata hitamnya untuk mengintip pose paling manis dan sensual dari dewinya.“Aku mencintaimu ...” rapal Dion di depan kulit susu Venus yang terus membuat Dion mabuk kepayang. Ia tak pernah membayangkan akan mengalami saat pertama yang begitu indah dan tidak pernah terbayangkan sama sekali. Sekali lagi itu terjadi bersama Venus, seorang Dewi yang datang baru-baru ini dalam hidupnya.Bibirnya kembal
Read more

Bab 136. Penolakan

Venus Harristian dibawa masuk ke kediaman keluarga Dion Juliandra untuk diperkenalkan secara formal. Dion mengambil risiko dengan membawa kekasihnya sementara ia sedang menempuh proses pernikahan dengan Laras. Tapi Dion harus memiliki rencana cadangan selain terus mencari bukti soal hubungan Laras dan Rico, ia tetap harus menunjukkan bahwa yang dicintainya bukan Laras melainkan Venus.“Pak Dhe, Bu Dhe ... perkenalkan ini Venus Harristian,” ujar Dion memperkenalkan Venus pada kedua paman dan bibinya. Venus pun tersenyum ramah dan saling menempelkan telapak tangan untuk bersalaman sopan ala orang Indonesia. Venus sampai belajar hal-hal seperti itu dari Dion sebelum ia datang.“Selamat datang ...” sapa Budhe Dewi dengan ramah pada Venus. Venus pun menundukkan kepalanya lebih rendah meskipun tinggi tubuhnya lebih tinggi dari Budhe Dewi. Budhe Dewi sangat terkesan dengan sikap Venus yang sopan dan memiliki tata krama. Ia seperti orang Indonesia pada
Read more

Bab 137. Dalam Pekat Pasti Ada Cahaya

“Jangan mengajariku, Dion! Aku yang menyaksikan seperti apa penderitaan Mamamu! Aku yang mengambil jenazah Papamu dari Jakarta untuk dimakamkan di Surabaya! Sekarang sudah besar kamu malah pacaran sama anak darah daging keluarga Winthrop!” tukas Nenek Sulastri mulai marah dan napasnya agak tersengal. Budhe Dewi langsung menenangkan ibunya agar tidak terlalu menumpahkan emosinya yang berlebihan.“Sabar ... Bu, sing sabar ...”“Bagaimana aku bisa sabar menghadapi ini? Dion sudah berani menentangku sebagai Neneknya! Dia ndak nurut, dia ndak patuh!” pekik Mbah Lastri makin emosi.“Mbah, aku sangat sayang sama Mbah. Aku ndak mau Mbah jadi sakit karena pernikahanku dan Laras yang ndak akan pernah langgeng. Aku sudah tidak bisa mempercayai Laras lagi. Mbah!” sanggah Dion masih berusaha membela diri.“Le, sudah toh!” Pak Dhe Halim ikut angkat bicara dan mencoba meminta Dion untuk lebih tenang. Suasana ja
Read more

Bab 138. Sepahit Semanis Bersamamu

Malam semakin larut di rumah kontrakan Dion yang sederhana. Venus belum di antarkan pulang oleh Dion dan menghabiskan waktunya di sana bersama kekasihnya. Meskipun masih dalam suasana liburan, Venus tetap mengerjakan beberapa pekerjaannya. Dia sedang melakukan video meeting waktu siang di New York dengan tim manajemennya yang telah lebih dahulu kembali.Dion yang sebelumnya sedang menelepon di luar, masuk dan menghampiri Venus yang tengah duduk di ruang tamu masih mengenakan dress daster yang sama.“Kamu sedang apa?” bisik Dion dari arah depan agar tidak tertangkap kamera iPad yang digunakan Venus.“Meeting!” rapal Venus dengan gerakan mulutnya. Dion pun mengangguk mengerti.“Aku ke dalam!” tunjuk Dion ke arah kamar dan Venus pun menyengir lebar mengangguk mengerti.Dion lalu berbalik untuk masuk ke kamar tidurnya meneruskan pembicaraan dengan Peter soal bukti-bukti kedekatan Laras.“Saya sudah kirim
Read more

Bab 139. Tebak-Tebakan Manis

Dion membelai rambut panjang Venus dengan kedua tangannya di depan cermin kamar Dion. Dion tengah bersiap untuk ke kantor bersama Venus yang membantunya mengenakan seragam seperti sebelumnya. Kedua lengan Dion lalu melingkar di pinggang Venus dan bibirnya mengecup pelan sisi telinganya sambil terus mengucapkan kalimat cinta.“Aku mencintaimu, Dewiku ...” bisik Dion disela kecupan manisnya di daun telinga Venus yang juga telah rapi. Hari ini, Dion mengajak Venus untuk ikut dengannya ke kantor sebelum ia pulang kembali ke apartemennya.“Aku juga mencintai kamu, malaikat penjagaku!” balas Venus usai berbalik dan memegang kedua belah pipi Dion lalu mengecup bibirnya. Dion makin tersenyum lebar dengan kedua tangannya masih membelai lembut punggung Venus.“Kamu yakin mau ajak aku ke kantor kamu?” tanya Venus memastikan yang sebenarnya hendak dilakukan oleh Dion. Dion tersenyum dan mengangguk.“Kamu gak mau ya? Aku hanya
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
35
DMCA.com Protection Status