Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 151 - Chapter 160

346 Chapters

Bab 150. Teman Cintaku Pergi

Dion memejamkan mata dan menarik udara yang mulai menyesakkan dadanya kala mendengar kalimat yang diucapkan oleh Venus. Dion masih dalam perjalanan dari rumah Rico usai berhadapan dengannya.Kini ia harus mendapati kenyataan jika Venus akan pulang ke negaranya dan meninggalkan Dion di Indonesia.“Aku gak mau putus …” balas Dion sambil memejamkan matanya. Suaranya lirih nyaris tidak terdengar tapi Venus mendengarnya.“Kita belum memulai apa-apa, Mas. Tapi aku tahu jika kamu memang mencintai aku, kamu akan datang untukku lagi, iya kan?” jawab Venus semakin lembut dan setengah berbisik.Dion menarik napas lebih panjang dan mengangguk pelan pada dirinya sendiri.“Kita ga akan berpisah kan? Kamu akan tetap mengangkat panggilanku kan? Aku gak pernah anggap kita putus, Sayang. Aku masih milik kamu, kamu masih milikku,” ungkap Dion dengan sepenuh hati.“Hhm … jika memang begitu, selesaikan semu
Read more

Bab 151. Bukankah Cinta Adalah Anugerah?

“Dia marah-marah mau minta penjelasan dari kamu. Laras ditangkap Polisi. Katanya jadi tersangka kasus pencucian uang sama teman kamu itu, Rico!” ujar Pak Dhe Halim menuturkan yang terjadi. Dion hanya menanggapinya dengan napas tenang dan diam beberapa saat.“Mbahmu belum tahu soal ini, soalnya dia sudah tidur sewaktu Pak Angsana datang. Jadi dia berhadapan sama Pak Dhe. Untung tidak terjadi keributan. Aku ya sudah mangkel mau tak tonjok. Itu orang kok ya sombong kalau bicara. Sekarang anaknya yang salah kok ya kamu yang dicari-cari!” sambung Pak Dhe Halim makin mengeluarkan unek-uneknya kekesalannya pada Dion.“Maaf, Pak Dhe. Aku belum cerita yang sesungguhnya yang sedang aku lakukan selama ini,” aku Dion sambil berjalan ke arah sofa dan duduk senyamannya di sana.“Jadi, Laras ditangkap karena kamu toh?”“Bukan, Pak Dhe. Laras ditangkap karena dia ikut menerima uang hasil dugaan pencucian uang. Jika La
Read more

Bab 152. Mendengar Kabar

Pagi hari di kediaman Pak Dhe Halim berlangsung seperti biasanya. Kejadian semalam saat Pak Angsana datang ke rumahnya tidak diceritakan Halim pada mertuanya. Budhe Dewi pun hanya mengetahui tentang kedatangan Pak Angsana saja dan bukan tentang telepon dari Dion.Namun sebelum keluar dari kamar usai bersiap memakai kemeja seragam tempatnya bekerja, Halim menarik tangan istrinya untuk masuk kembali ke kamar.“Mah, kemari dulu!” panggil Halim pada Dewi yang bersiap keluar usai membantu suaminya bersiap.“Ada apa, Pah? Kamu belum selesai? Apa yang kurang ...” Dewi melihat-lihat penampilan suaminya dan mengira-ngira jika ada yang tertinggal.“Banyak! Aku belum dicium, hehehe ...” goda Halim lalu menyengir. Dewi yang kesal langsung mencubit lengan suaminya.“Kamu itu sudah tua kok ya masih suka guyon!” tukas Dewi sewot.“Ah, kamu kayak ndak tahu saja aku seperti apa. Bukan begitu Sayang, Dion
Read more

Bab 153. Pengakuan

Dion masuk ke dalam ruang penyidik yang menangani kasus dugaan pencucian uang yang dilakukan oleh Hendrico Darmawan yang melibatkan Larasati Nugroho.“Silahkan, Pak!” ucap salah satu penyidik yang bekerja sama dengan Dion sebelumnya yaitu AKBP Anthony Ginting. Dion tersenyum tipis mengangguk dan duduk di kursi yang telah dipersilahkan untuknya.Ruangan itu disekat menjadi dua. Salah satunya digunakan untuk memeriksa Laras. Tak hanya itu, orang tua Laras juga berada di ruang lainnya menunggu tim penyidik untuk bicara. AKBP Gilang Sulistyo juga berada di dekat Dion akan mengawal kasus tersebut.“Di depan sudah ada wartawan, siapa yang memanggil?” tanya Dion memulai dengan rasa penasarannya.“Sudah ada konferensi press dari Polda tentang penangkapan kemarin malam,” jawab AKBP Anton.“Gini, Dion. Saya sudah koordinasi sama penyidik dari Polda, kasus dialihkan ke mereka. Jadi kamu dan Pak Kapolres akan ikut meng
Read more

Bab 154. Terluka

BEBERAPA SAAT SEBELUMNYAMobil milik Halim tiba di parkir kantor polisi Polres tempat Dion bertugas. Ia memarkir dengan baik lalu menoleh pada istrinya Dewi setelah menghela napas panjang. Dewi yang ikut menoleh pada suaminya, Halim lalu melepaskan sabuk pengaman dan menoleh ke belakang.“Bu, sebelum kita masuk ke dalam, boleh Dewi minta sesuatu sama Ibu?” ujar Dewi pada ibunya Sulastri yang duduk di belakang. Nenek Sulastri hanya mengangguk pelan.“Nanti di dalem, Ibu ndak usah membantah apa pun. Biarkan Dion yang menjelaskan sama Ibu. Aku ndak mau lihat Ibu sakit karena masalah yang dialami oleh Dion,” ujar Dewi lagi menjelaskan pada ibunya sebaik mungkin.“Biar bagaimana pun Dion itu tetap akan menjadi cucu Ibu, Keponakanku dan anak Mas Steven dan Anggi. Kita sebagai keluarga sudah seharusnya mendukung dan berada di belakang Dion,” sambung Dewi lagi lalu tersenyum.“Ibu ndak perlu membantah apa pun. Deng
Read more

Bab 155. Kita Dan Ketidakmungkinan

AKBP Anton dan dua penyidik dari timnya masuk kembali ke ruangan pemeriksaan dan menginterupsi pertemuan keluarga Dion dan Pak Angsana.“Bagaimana?” tanya Anton pada Dion yang berdiri di dekat pintu. Dion mendekat dan sedikit berbisik.“Dia sudah mengaku hamil tapi masih menolak mengaku mengenal Rico. Katanya Rico memaksanya,” bisik Dion melaporkan pada Anton. AKBP Anton mengangguk mengerti.“Untuk kepentingan penyidikan, kami akan membawa Mbak Laras ke rumah sakit Polri untuk dilakukan pemeriksaan. Silahkan, Mbak, dokternya sudah menjemput di luar!” ujar Anton tersenyum pada Laras dan orang tuanya. Ia langsung memerintahkan satu anggota polisi untuk membawa Laras.“Lho, kenapa malah dibawa ke rumah sakit?” protes Pak Angsana cepat.“Bapak boleh ikut juga, ayo!” AKBP Anton langsung membubarkan pertemuan keluarga itu. Dion juga merasa cukup bagi neneknya untuk mendengar pengakuan Laras mesk
Read more

Bab 156. Kesabaran Tak Berujung

NEW JERSEYPesawat pribadi milik Venus Harristian mendarat dengan selamat di salah satu landasan pacu bandara Teterboro, New Jersey. Pesawat berbelok dan melintasi lintasan untuk memarkirkannya ke sisi yang telah ditentukan. Sebuah mobil baru saja tiba tak berapa lama kemudian. Mobil itu bertugas menjemput Venus dan Kyle yang baru tiba pulang dari Indonesia.Pintu dibuka dan petugas yang bertugas datang untuk mengawasi tangga yang tengah diturunkan. Mesin belum dimatikan karena pesawat akan segera masuk hanggar untuk perawatan dan penyimpanan sampai digunakan kembali.Venus turun menuruni tangga dengan tangannya sebelah di pegangi oleh Kyle yang membantunya turun. Ia tampak memakai syal yang cukup tebal melingkari tubuh dengan rok dan sepatu boot melewati lutut.“Terima kasih, Kyle!” ucap Venus datar saja pada kepala pengawalnya Kyle Madrid. Kyle mengangguk sekaligus sedikit menundukkan kepalanya pada Venus yang melewatinya. Dari kejauhan tamp
Read more

Bab 157. Dari Terbit Hingga Terbenam Dan Lagi

Dion mengecek ponselnya sesaat sebelum ia meletakkan gawainya itu di atas meja sudut dekat sofa. Dion menepuk-nepuk bantal di sudut sofa lalu menarik selimut untuk berbaring menyamping menghadap televisi. Ia tengah menonton berita malam sebelum acara komedi yang akan menemani waktu istirahatnya malam ini.“Kok kamu tidur di sini, Mas?” tegur Venus yang datang menghampiri. Ia baru keluar dari ruang ganti dan akan bersiap untuk tidur lebih awal. Ternyata Venus malah menemukan kekasihnya Dion tiduran di sofa kamar sambil menonton televisi. Dion pun menaikkan wajahnya menengadah pada Venus lalu tersenyum.“Gak kok, aku sedang mau santai saja, aku belum mengantuk kok. Kamu udah mau tidur ya?” Venus menggeleng sedikit mengerucutkan bibirnya. Dion yang masih mengulum senyum lantas menjulurkan tangannya untuk meminta Venus agar mendekat dan ikut berbaring dengannya.“Sini Sayang, kita nonton TV sambil rebahan,” ajak Dion kemudian. Ven
Read more

Bab 158. Terlambat Tertambat

“Ada apa ini?” Kapolres Gilang turun dari singgasananya dari lantai tiga karena mendapat laporan dari ajudannya atas ribut-ribut di lantai satu. Ia berjalan berkacak pinggang selayaknya pemimpin di kantor Polres.“Kenapa bentang-bentang spanduk begini? Kalian mau demo?” hardiknya lagi sambil menunjuk pada spanduk dan poster yang dibawa  oleh anggota Dalmas berdemonstrasi di dalam kantor polisi.“Kami sedang menggunakan hak kebebasan berpendapat, Om ... eh Pak!” sahut Peter menjawab untuk membela kelompoknya. Kapolres Gilang langsung melotot pada Peter yang keceplosan memanggilnya dengan sebutan Om. Peter lalu menyengir aneh dan kembali datar.“Kalian ini sadar tidak apa yang sedang kalian lakukan?” tukasnya mulai memarahi seluruh anggota di depannya.“Ini kantor Polisi, kok malah dibikin guyonan! Mau menggunakan kebebasan berpendapat kok demo, di dalam kantor polisi lagi. Kalau masyarakat tahu bis
Read more

Bab 159. Benci Atau Cinta?

Tangis Laras pecah kala mendengar yang diucapkan Dion padanya. Dion menempatkan cincin pertunangan mereka di atas pangkuan Laras. Cincin itu dibeli oleh Dion dan Laras dua tahun lalu kala Dion akan dipindahkan ke Jakarta untuk kenaikan pangkatnya menjadi Inspektur Satu dan mengemban posisi baru sebagai Kepala Unit Pengendalian Massa di salah satu Polres di Jakarta.Saat itu, Dion dan Laras yang juga telah pindah kerja  di Jakarta memutuskan untuk bertunangan terlebih dahulu. Harapan itu berpendar di mata Dion untuk Laras. Rasanya saat itu ia ingin langsung menikahinya saja daripada bertunangan. Namun Laras yang sesungguhnya mulai berubah oportunis meminta agar mereka hanya bertunangan dulu. Seandainya Dion tahu jika itu hanyalah cara agar Laras bisa menyembunyikan hubungannya dengan Rico yang sudah terjalin di belakang Dion.“Maafkan aku, Mas. Aku benar-benar menyesal,” isak Laras lalu memegang sebelah tangan Dion memohon maaf padanya. Dion hanya menat
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
35
DMCA.com Protection Status