Home / Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Tertawan Cinta Bodyguard Tampan: Chapter 181 - Chapter 190

346 Chapters

Bab 180. Kembali

Dion terus menerus menghela napas panjang dan berat. Ia terus mendapatkan kejutan berkali-kali selama kurang dari satu jam ini."Rei akan menjelaskan analisanya pada daftar itu!" ujar Ares mengalihkan perhatian pada Rei."Daftar itu berisi beberapa kode yang terdiri dari kombinasi angka, huruf dan simbol yang menunjukkan lokasi suatu tempat. Lokasi yang dimaksud adalah di sini!" tunjuk Rei dengan pointer dan penajaman gambar pada peta."Jika kita menggunakan Google Earth maka yang tampak hanyalah ladang tandus di perbatasan Arizona dan Meksiko. Tapi sebenarnya ada pipa gas yang dibangun di sana," jelas Rei lalu menunjukkan citra permukaan peta sejelas mungkin."Apa itu?" tunjuk Devon Kazuya bergumam pada sebuah garis putih panjang yang seakan membelah wilayah."Itu adalah dinding perbatasan. Dan pipa gas itu telah berada di bawah pagar tersebut tersembunyi bertahun-tahun. Yang jelas pipa itu menyeberangi dan melewati perbatasan AS dan Meksiko."
Read more

Bab 181. Makan Malam

Fransisca Tanuredja datang bersama dua putranya Kenzi dan Kevin untuk mengunjungi penjara tempat suaminya Hendrico Darmawan tengah ditahan. Usai misa Natal tadi pagi, Sisca mengunjungi suaminya yang juga tengah menghadapi gugatan cerai darinya.“Papa!” panggil Kenzi berlari ke arah Rico yang juga langsung berjongkok untuk memeluk sang putra sulung. Rico diberikan waktu yang cukup panjang untuk bertemu dan merayakan Natal bersama keluarganya di sebuah ruang yang telah disediakan.“Oh Sayang! Hhm ... kamu ganteng banget! Selamat Natal Sayang!” puji Rico sambil mencium kedua pipi Kenzi yang terkekeh senang karena bertemu sang ayah. Rico lalu sedikit melepaskan Kenzi dan mendekat pada Kevin yang berada di stroller bayi.“Halo Sayang, sini Papa gendong. Papa kangen banget sama kamu!” ucap Rico melepaskan tali pengaman di depan Kevin sebelum menggendongnya. Kevin yang baru berusia sembilan bulan cukup nyaman dalam gendongan Rico. De
Read more

Bab 182. Natal Terindah

“Gak merepotkan sama sekali, Dion. Sekarang kamu tinggal di mana?” Claire masih sibuk melayani pembicaraan dengan Dion.“Di apartemen Rei, Tante.” Claire tersenyum mengangguk dan menoleh pada suaminya Arjoona yang ikut tersenyum lalu kembali menikmati makan malam mereka. Dion dan Venus sempat saling melirik namun mereka tak bicara. Keduanya kembali meneruskan makan malam itu sampai selesai tanpa bicara sepatah kata pun.“Maaf, Om ... boleh saya bicara empat mata dengan Om sebentar, jika Om gak keberatan?” ujar Dion mendekat pada Arjoona usai makan malam. Suara Dion cukup rendah dan terdengar separuh berbisik. Arjoona diam berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk.“Apa sangat penting dan rahasia?” Dion mengangguk pada Arjoona yang juga akhirnya mengangguk.“Kita bicara di ruang kerjaku saja! Ayo!” Arjoona lantas mengajak Dion untuk masuk ke ruang kerja pribadinya daripada berdiskusi di ruang tenga
Read more

Bab 183. Lamaran

Mungkin hal terberat bagi Dion dalam hidupnya bukanlah saat ia akan mengikuti ujian masuk Akademi Kepolisian atau saat menempuh ujian skripsi kala menyelesaikan kuliah strata satunya dulu, melainkan adalah saat ini. Kala ia berdiri di depan ayah dari wanita yang sangat ia cintai untuk meminta posisinya.Arjoona adalah orang yang selama ini membesarkan, merawat, menyayangi serta bertanggung jawab pada ketiga anak-anaknya terutama kedua putrinya Venus dan Chloe. Saat Venus dan Chloe dewasa maka tanggung jawab itu akan bergeser pada pihak lain seiring berjalannya waktu. Akan datang pria yang merasa mereka cukup kuat dan berani untuk memikul serta menggantikan posisi Arjoona pada Venus dan Chloe.Kali ini, Dion adalah pihak pertama yang meminta restu dan kesediaan Arjoona melepaskan tanggung jawabnya pada Venus sebagai seorang ayah. Setelah sebelumnya pernah berpengalaman melakukan hal yang sama saat meminta Laras pada kedua orang tuanya, tidak menjadikan rasa gugup itu berkurang pada Dion
Read more

Bab 184. Menaklukkan Sang Dewi

Venus berdiri di depan balkon menghadap pemandangan indah New York di malam hari. Karena sedang musim salju, balkon yang dilengkapi dengan portable wall glass itu memayungi dan menutupi dari salju. Balkon itu sangat mewah dan luas untuk hanya sekedar berkumpul menikmati malam atau hari dengan perapian yang bisa menyala secara otomatis.Pikiran Venus masih terganggu dengan pertemuan mendadaknya dengan Gareth. Hati Venus tidak tenang. Ia merasa seperti ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Namun perasaan tidak nyaman itu tak diceritakannya pada siapa pun.Sementara Dion yang baru keluar dari ruang kerja Arjoona lantas berpisah dengan Alpha The Seven Wolves itu di depan ruang tengah menuju balkon tempat Venus berada.“Kamu akan bergabung besok kan?” tanya Arjoona pada Dion. Dion tersenyum lalu mengangguk.“Tentu, Om!” Arjoona pun memeluk Dion dan menepuk punggungnya pelan.“Selamat Natal, Dion.”“Sel
Read more

Bab 185. Jujur

Venus belum pernah bertemu pria yang benar-benar bisa membuatnya bertekuk lutut. Jika selama ini ia pernah mengalah pada kekasihnya seperti Gareth bukan berarti ia diam dan tunduk.Akan tetapi, saat Dion memperingatkannya dengan tutur dan perilaku yang begitu lembut, hati Venus seperti tergembok. Dion sudah mengunci hati Venus untuk hanya menundukkan diri padanya.Dion tidak membutuhkan kalimat kasar, nada tinggi atau ancaman untuk membuat Venus agar mau mendengarkannya. Ia memperingatkan dan memarahi Venus dengan kasih sayang. Dion tidak berkenan jika Venus masih memberikan kesempatan pada masa lalunya untuk mendekat. Itulah mengapa ia ingin Venus tidak menyembunyikan apa pun.Cumbuan Dion menandakan betapa ia sangat mencintai Venus dan tidak ingin ia terluka. Jika mereka berdebat karena orang lain, itu adalah hal yang tidak seharusnya terjadi.“Menyembunyikan sesuatu itu sama dengan berbohong, Sayang. Aku gak mau kamu melakukannya,” ucap Dio
Read more

Bab 186. Ku Kembali Berlabuh Di Sisimu

“Bantuan apa?”“Tolong aku, Mas! Aku gak bersalah, aku gak mau dipenjara. Aku akan kembalikan semua uang yang dikirimkan oleh Mas Rico. Tolong aku, Mas!” pinta Laras berusaha untuk membuat Dion iba padanya.“Laras ... tolong, aku sudah pernah menegaskan sama kamu untuk tidak menghubungi aku lagi! Aku ndak akan mau bertemu apalagi membantu kamu!” ucap Dion akhirnya menyebut nama peneleponnya. Venus sedikit membesarkan matanya saat mendengar nama Laras disebut oleh Dion. Namun ia masih berdiri di depan Dion dengan sikap yang elegan tanpa terpancing emosi meskipun dalam hatinya, Venus merasa cemburu dan kurang suka.“Mas ... aku minta maaf! Mas, aku benar-benar akan berubah, aku khilaf, Mas!” Laras mulai terisak lagi terus mencoba membujuk Dion agar ia bersedia untuk membantunya.“Laras, untuk yang terakhir kalinya aku katakan, tolong jangan hubungi aku lagi. Aku ndak mau terlibat dengan kasus yang sedang
Read more

Bab 187. Natal Berkesan

Pagi Natal pertama Dion berada di New York agak sedikit aneh. Rei tidak pulang dan meminta ijin untuk menginap di rumah orang tuanya. Sehingga, Dion hanya menghabiskan istirahat malam di rumah mewah Rei sendirian.Akan tetapi, sebelum ia tidur semalam, Dion sudah mengobrol panjang lebar dengan Neneknya, Budhe Dewi, Pak Dhe Halim serta Ayu dan Cindy. Saat malam Natal di New York berarti pagi Natal di Jakarta yang satu hari lebih awal karena perbedaan waktu.Oleh sebab itu pagi Natal ini, Dion tidak perlu lagi menghubungi keluarganya. Satu-satunya yang ia hubungi adalah Peter Dumanuw untuk mengucapkan selamat Natal. Itu pun Peter masih setengah tidur karena masih subuh buta di Indonesia.“Selamat pagi, selamat Natal!” sapa Dion pada pelayan yang tengah membereskan rumah Rei seperti biasanya.“Selamat Natal, Tuan! Silahkan sarapan telah disiapkan,” ujar pelayan wanita itu dengan sopan dan ramah. Dion ikut mengangguk sopan berterima ka
Read more

Bab 188. Waktuku Denganmu, Selamanya

Mobil Mercedes yang ditumpangi Edgar tidak bisa mendekat lebih jauh. Mereka masuk kawasan paling ‘suci’ untuk kelompok gangster Golden Dragon. Mobil itu terpaksa berhenti dan menunggu. Beberapa kendaraan mewah dan limosin melewati mobil Edgar sebelum masuk ke bangunan yang dijaga ketat itu.“Ini Golden Dragon. Untuk apa Venus masuk ke sana, apa hubungannya dia dengan mafia Cina?” ujar Edgar dengan kening mengernyit. Rasa cemas bercampur penasaran pada yang terjadi dan sisi Venus yang belum ia ketahui.“Aku tidak tahu. Aku pikir dia hanya penyanyi biasa. Atau ... ayahnya yang memiliki koneksi dengan dunia mafia,” tebak Daryl. Edgar terdiam dan tampak berpikir keras sambil terus memandang pada pagar tinggi dan dijaga ketat bagai kamp konsentrasi militer. Wanita itu benar-benar mengunggah rasa penasaran Edgar ke tingkat yang jauh lebih berbahaya kini.Sementara di lobi utama, Dion keluar dari mobil yang sama dengan Venus usai Kyl
Read more

Bab 189. Kekuatan Cinta

Gareth Moultens begitu kesakitan dengan wajah terluka tergeletak di atas trotoar di depan minimarket. Asistennya Duke yang selama kontak senjata itu tak berani menolong, baru berlari ke arah bosnya setelah semua orang-orang itu pergi. Duke menolong Gareth dan memapahnya untuk masuk ke dalam mobil.“Kita harus pergi sebelum Polisi datang!” ucap Duke sambil memapah Gareth. Gareth yang mengerang begitu kesakitan karena dipukuli hanya bisa menurut sambil terus memanggil nama Venus.“Venus ... Venus ... aahhkk!” Gareth separuh berbaring di jok belakang sambil terus memegangi perutnya.“Sabar, Pak! Kita akan sampai ke rumah sakit ...”“Panggil dokter saja! Aaahkkk!” erang Gareth lagi menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Duke hanya mengangguk menuruti permintaan Gareth.Sementara Edgar Luther yang juga terluka akibat dipukul oleh Sanders kala ia menarik Venus keluar dari mobilnya, menggeram marah. Ia dan sis
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
35
DMCA.com Protection Status