Perlahan Dion berlutut lalu melakukan sungkeman pada neneknya Sulastri. Dion menundukkan kepala dan memberikan rasa hormatnya pada satu-satunya orang tua yang telah merawatnya sedari kecil.
“Aku datang untuk memohon maaf sama Mbah atas semua yang aku lakukan selama ini, yang menyakiti hati Mbah. Tolong maafkan aku, Mbah,” ujar Dion masih menundukkan kepalanya.
Budhe Dewi tersenyum haru melihat Dion yang datang ke rumahnya untuk bertemu sang nenek. Begitu pula dengan Pak Dhe Halim yang ikut tersenyum menyaksikan Dion menundukkan kepalanya meminta maaf pada sang nenek.
Tangan nenek Sulastri menyentuh rambut belakang Dion dan menepuknya lembut. Dion lalu menaikkan wajahnya untuk melihat sang nenek. Ia tersenyum perlahan saat sang nenek juga tersenyum padanya.
“Mbah, aku minta maaf sudah membuat Mbah kecewa. Aku memilih pilihan yang salah yang membuat Mbah jadi sulit. Maafkan aku, Mbah ...” ungkap Dion dengan lembut dan penuh haru. Nen
“Mbah, aku kan juga ingin mengejar kebahagiaanku. Dan aku sungguh mati jatuh cinta dengan Venus. Tolong, Mbah. Berikan aku restu ...” pinta Dion memohon di kaki neneknya.“Ndak, dia itu anak Winthrop! Kamu kok ya kecantol sama dia! memangnya tidak ada perempuan lain? Jangan-jangan kamu dipelet sama dia!” tuding nenek Sulastri begitu kesal.“Yo mosok bule pake dukun! Memangnya orang bule percaya klenik, ada-ada saja Ibu ini, hehe!” celetuk Pak Dhe Halim malah terkekeh menertawai ibu mertuanya. Dewi yang semula tegang jadi ikut tersenyum.“Bisa saja toh! Cucuku dijampe-jampe pakai dukun luar negeri yang lebih sakti! Kalau ndak ngapain dia sampai berpikir untuk berhenti jadi Polisi?!” tukas nenek Sulastri masih sengit. Pak Dhe Halim hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ibu mertuanya yang mulai bicara konyol.“Mbah, aku punya alasan mengapa aku harus memutuskan untuk berhenti menjadi Polisi. Bukan
KEJURCAB PENCAK SILAT SURABAYA“Ciaattt ... chiaaatt!” pekikan para peserta turnamen pencak silat Surabaya yang tengah berkompetisi terdengar di seluruh lapangan. Beberapa peserta tengah menjalani babak penyisihan sebelum naik ke semi final dan final untuk menentukan juara.Dion Elang Juliandra merupakan salah satu peserta yang ikut turnamen tersebut. Ia siswa senior yang mewakili sekolah sekaligus ikut membawa nama perguruan pencak silat tempatnya berlatih.“Hyaatt!” Dion menendang dengan tepat sehingga lawannya tersungkur dan wasit menunjuk poin untuk Dion. Pertandingan dimenangkan oleh Dion dengan skor akhir yang sempurna. Ia berhak maju ke babak semifinal setelah menyisihkan banyak peserta. Setelah ditunjukkan pemenang, Dion memberi hormat dan salam lalu memeluk lawannya. Ia berjalan ke pinggir lapangan sambil terengah dan tersenyum.Tangannya melambai pada Laras yang ada di atas tribun penonton. Laras melambaikan tangannya beg
“Lima tahun, kami berhubungan di belakang lo selama lima tahun,” aku Rico kemudian. Dion terpaku beberapa saat tak percaya mendengar pengakuan Rico.“Lima tahun? Itu artinya kalian selingkuh di belakangku sebelum aku bertunangan dengan Laras?” Rico mengangguk. Ia sudah tidak perlu lagi menyembunyikan apa pun dari Dion.“Lantas untuk apa dia menerima lamaranku jika ...”“Dia kasihan sama lo. Dia bilang lo terlalu baik dan dia gak tega untuk memutuskan hubungan kalian. Lagi pula gue kan sudah menikah, makanya lo jadi yang pertama dan gue menjadi yang kedua!” jawab Rico sesantai mungkin.Rasanya seperti ada batu di kerongkongan. Naik turun napas jadi berat dan tercekat. Dion tidak pernah mengira jika ia hanya menjadi mainan Laras selama ini.“Dia gak pernah mencintai aku kan?” gumam Dion dan Rico memilih tidak menjawab.“Lalu kenapa kamu gak mau bertanggung jawab saat dia h
“Bagaimana kabar kamu, Sisca?” tanya Dion berbasa-basi di dalam mobil saat sedang dalam perjalanan. Sisca yang duduk di kursi penumpang depan tersenyum sekilas menoleh pada Dion.“Ya beginilah. Aku harus menjadi Ibu dan Ayah di satu waktu,” jawab Sisca mulai santai. Sesekali ia menengok ke belakang melihat kedua anaknya. Kenzi sedang bermain rubrik berwarna sedangkan sang adik masih sibuk dengan mainan yang bergantungan di atas keranjang bayi. Keduanya duduk dengan santai dan nyaman.“Aku turut sedih dengan apa yang menimpa kamu dan Rico. Bagaimana keadaan anak-anak? Apa mereka sudah tahu soal ayahnya?” tanya Dion masih menyetir dengan baik. Sisca hanya menunduk dan tidak menjawab. Raut wajahnya terlihat sedih dan ia memilih untuk membuang pandangnya ke luar.Dion yang melihat hal itu tidak ingin meneruskan. Mereka sama-sama terluka oleh hubungan yang rumit yang terjadi dan melibatkan keduanya.“Apa kamu sudah mak
Peter mengetuk pintu ruangan Dion lalu masuk setelah diberikan ijin. Ia membawa sepucuk surat dari Kasat Sabhara untuk Dion.Dion tengah berada di depan meja kerjanya membaca kiriman email dari Daga Nero Security Consultant yang mengirimkan penawaran untuk mengikuti wawancara bagi posisi CEO di anak perusahaan penyedia layanan keamanan eksekutif tersebut. Kening Dion sempat mengernyit. Ia tengah berpikir jika saja Rei atau Arjoona Harristian yang memasukkan namanya menjadi kandidat.“Ini, Dan!” ujar Peter menyerahkan surat yang ia bawa pada Dion. Dion mengambil surat itu tanpa melihat ke arah Peter yang masih berdiri dengan sikap istirahat. Peter sudah memakai pakaian anti peluru dan pelindung kaki. Sedianya unit yang dipimpin oleh Dion akan berangkat menjalankan pengawalan serta pengamanan unjuk rasa yang akan terjadi di depan kantor kedutaan besar. Dion pun telah bersiap akan pergi. Namun sebelumnya, ia menuliskan dan akan mengirim email penting.D
DUA HARI SEBELUMNYAVenus tengah beristirahat dengan makan siang di sebuah kafe berbentuk perpustakaan yang jaraknya tidak jauh dari Skylar. Hari ini, ia akan menjalani beberapa pekerjaan di Winthrop Corp dan harus merampungkannya sebelum liburan panjang Natal dan Tahun Baru.Kyle dan Edward masih memasang parameter yang aman seperti biasanya untuk Venus jika ia berada di ruang publik. Beberapa pengunjung yang menyadari kehadiran Venus ikut memberikannya ruang dengan tidak mengganggunya. Venus bisa bersantai membaca buku dan makan dengan tenang.“Ini pesananmu!” ucap Alicia, manajer Venus membawakannya nampan makanan milik Venus usai memesannya. Venus masih santai membaca buku lalu tersenyum sekilas melihat makanan yang dibawakan oleh Alicia.“Apa ini?” tanya Venus pada menu yang dibawa oleh Alicia.“Oh, garlic butter chicken dan hummus veggie wrap. Ini kesukaanmu, avocado sauce dan minumannya sparkling water. Aku rasa
DUA HARI SETELAHNYADion tiba di JFK usai menempuh perjalanan puluhan ribu mil melintasi negara dan benua. Cuaca mulai dingin dan Dion tidak cukup memakai jaketnya. Jadinya ia melapis tiga pakaian yang ia kenakan dan berkali-kali menghembuskan napas dingin.Beruntungnya Dion tidak memiliki masalah saat mengantre di imigrasi agar diizinkan masuk ke suatu negara. Barang-barangnya diperiksa dan ia baru bisa keluar dari gerbang pemeriksaan setelah dua jam lamanya.Namun sayang sekali, Dion tidak ada yang menjemput. Padahal ia telah mengirimkan pesan pada Rei Harristian bahkan Venus. Namun, Dion tidak ingin kecewa. Ia sudah pernah tinggal di New York nyaris enam bulan, jadi tidak sulit lagi baginya sekarang. Dion pun memesan kamar hotel di perjalanannya menggunakan taksi.Tiba di kamar hotel, Dion yang sesungguhnya masih jetlag, bersiap untuk menemui Rei Harristian. Sebelum tiba di rumah Rei, Dion membeli mantel tebal dan sarung tangan untuk melindunginya dari
Venus baru saja memoles krim malamnya dan berencana untuk bersantai. Tidak ada rencana untuk makan malam atau melakukan apa pun. Malam ini, ia ingin menghabiskan waktu untuk membaca buku saja sekaligus melupakan yang terjadi. Venus sadar jika Dion sudah tiba di New York, tetapi ia tidak memberikan sedikit pun kesempatan pada kekasihnya itu untuk bertemu.Sampai terdengar suara bel dari pintu depan. Padahal Venus baru saja duduk dengan elegan dan cantik di atas sofa ruang tengah bersama sebuah buku yang tengah ia habiskan selama ini. Penampilannya pun seksi namun tetap cantik. Dengan jubah lace dan dress di atas paha dari Gucci, Venus sebenarnya ingin bersantai sambil rebahan.“Kenapa tidak ada yang membuka pintu?” gumamnya agak ragu untuk berdiri.“Kyle?” panggil Venus hendak memintanya membuka pintu tapi tidak ada jawaban. Venus mengabaikan dan tetap membaca bukunya. Bel berbunyi lagi dan Venus makin kesal. Ia menutup buku dan terpaksa m
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit