DUA HARI SETELAHNYA
Dion tiba di JFK usai menempuh perjalanan puluhan ribu mil melintasi negara dan benua. Cuaca mulai dingin dan Dion tidak cukup memakai jaketnya. Jadinya ia melapis tiga pakaian yang ia kenakan dan berkali-kali menghembuskan napas dingin.
Beruntungnya Dion tidak memiliki masalah saat mengantre di imigrasi agar diizinkan masuk ke suatu negara. Barang-barangnya diperiksa dan ia baru bisa keluar dari gerbang pemeriksaan setelah dua jam lamanya.
Namun sayang sekali, Dion tidak ada yang menjemput. Padahal ia telah mengirimkan pesan pada Rei Harristian bahkan Venus. Namun, Dion tidak ingin kecewa. Ia sudah pernah tinggal di New York nyaris enam bulan, jadi tidak sulit lagi baginya sekarang. Dion pun memesan kamar hotel di perjalanannya menggunakan taksi.
Tiba di kamar hotel, Dion yang sesungguhnya masih jetlag, bersiap untuk menemui Rei Harristian. Sebelum tiba di rumah Rei, Dion membeli mantel tebal dan sarung tangan untuk melindunginya dari
Venus baru saja memoles krim malamnya dan berencana untuk bersantai. Tidak ada rencana untuk makan malam atau melakukan apa pun. Malam ini, ia ingin menghabiskan waktu untuk membaca buku saja sekaligus melupakan yang terjadi. Venus sadar jika Dion sudah tiba di New York, tetapi ia tidak memberikan sedikit pun kesempatan pada kekasihnya itu untuk bertemu.Sampai terdengar suara bel dari pintu depan. Padahal Venus baru saja duduk dengan elegan dan cantik di atas sofa ruang tengah bersama sebuah buku yang tengah ia habiskan selama ini. Penampilannya pun seksi namun tetap cantik. Dengan jubah lace dan dress di atas paha dari Gucci, Venus sebenarnya ingin bersantai sambil rebahan.“Kenapa tidak ada yang membuka pintu?” gumamnya agak ragu untuk berdiri.“Kyle?” panggil Venus hendak memintanya membuka pintu tapi tidak ada jawaban. Venus mengabaikan dan tetap membaca bukunya. Bel berbunyi lagi dan Venus makin kesal. Ia menutup buku dan terpaksa m
“Ini apa?” tanya Venus membawanya pada Dion. Dion mengambil kotak makanan itu dan mengangguk.“Sebentar, aku hidangkan untuk kamu!” Dion meletakkan kotak makan itu di atas meja dan meminta Venus untuk menunggu. Ia berjalan ke arah dapur lalu kembali dengan sebuah piring dan peralatan makan. Dion duduk kembali ke tempat semula dan Venus memperhatikan Dion yang membuka perlahan kotak makan khusus itu.Vaccum food jar tersebut berisi makanan hangat yang membuat Venus terkesima. Dion sudah memanaskannya terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk Budhe Dewi yang menyiapkannya dengan baik.“Ini namanya nasi rawon. Kuahnya tinggal kita campur dan lauknya tinggal ditambahkan. Tapi kalau kamu mau coba bisa dimakan terpisah dulu, mau coba?” Venus mengangguk antusias.Venus yang tidak berencana makan malam akhirnya berakhir dengan sepiring nasi rawon yang dibawa langsung oleh Dion dari Indonesia. Ia duduk dengan manis bersama piring d
Suasana sepi dan gelap malam menyelimuti kawasan Amityville Beach di pinggiran New York. Sebuah kapal bersandar di salah satu dek dan berayun pelan mengikuti kontur gerakan air laut yang tenang malam ini.Sebuah mobil tak berapa lama mendekat dan parkir tak jauh dari dek tempat kapal itu bersandar. Seorang pria berkepala plontos keluar dari mobil itu dengan memakai topi. Ia menengok ke semua arah memastikan tidak ada yang mengikutinya. Setelah merasa aman, pria itu pun berjalan ke arah jembatan yang menghubungkan dengan dek kapal tersebut.Kapal itu merupakan kapal Yacth yang sudah bersandar beberapa hari di sana. Biasanya ia akan berlayar mengitari South Oyster Bay dan kembali di malam hari. Pria yang memakai topi tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kapal yang juga dijaga oleh satu orang yang duduk di bagian belakang kapal tengah bersantai.“Mana dia?” tanya si pria bertopi.“Ada di dalam!” jawab pria itu pada si pria bert
“Ada apa?” tanya Edgar masih memandang Daryl.“Hei, kenapa jadi seperti orang gagu? Beritahukan pada Edgar apa yang terjadi!” tukas Olivander makin menimpali. Ia menatap sinis pada Daryl yang begitu ragu-ragu untuk bicara.“Ada gosip yang menyatakan jika Venus memiliki hubungan dengan kepala pengawalnya. Ia diketahui pulang ke Jakarta untuk menyusul pria itu, begitu menurut perkiraan beberapa media Infotainment di Instagram.” Edgar mengernyitkan keningnya menatap Daryl. Ia memang tidak bisa mengakses jaringan internet kecuali pada saluran aman tertentu dan itu dilakukan acak.“Aku rasa hubungan itu yang membuat dia begitu dilindungi selama ini karena kekasihnya seorang pengawal ...”“Kamu mabuk ya?” sahut Edgar dan langsung disambut tawa mengejek dari seluruh orang yang ada di ruangan itu. Daryl kesal dan mendengus.“Aku tidak bercanda!” Daryl mengeluarkan secarik k
Dion keluar dari Langham Residence satu hari sebelum ia berangkat ke New York. Ia pulang ke rumah Pak Dhe Halim untuk mempersiapkan pakaian serta koper yang akan dibawanya nanti. Setibanya ia di rumah, Budhe Dewi sudah menyambutnya.Dion lalu beristirahat dan berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya. Rasa bahagia menyeruak di hatinya selain ia juga tak sabar ingin segera berangkat ke US untuk bertemu dengan Venus.Malam harinya, Dion dipanggil oleh sang nenek Sulastri untuk masuk ke dalam kamar. Ada hal yang ingin ia sampaikan dan kembalikan pada Dion.“Ini uang tabungan kamu untuk biaya pernikahan yang dulu kamu titipkan sama Mbah, Mbah kembalikan. Kamu butuh, jadi ini buat kamu,” ujar nenek Sulastri mengembalikan buku tabungan Dion yang belum tersentuh sama sekali. Dion tertegun dan mengernyitkan keningnya.“Lho, kok dikembalikan Mbah?”“Ini kan punya kamu. Toh, rencana pesta pernikahan kamu dan Laras sudah tidak
Saat Dion tengah bahagia dan akan menyusul Venus ke Amerika, Laras sudah kembali dari rumah sakit dan pulang ke rumah orang tuanya. Penangguhan penahanan Laras juga dikabulkan oleh pihak Kepolisian karena pertimbangan kasus keguguran yang dialaminya. Akan tetapi, karena ia sedang mengalami kasus hukum dan tidak diperbolehkan pulang ke Surabaya, orang tua Laras terpaksa ikut tinggal di Jakarta dengan menyewa sebuah hunian yang cukup mewah, yaitu sebuah rumah di kawasan elite.Kini, Pak Angsana yang seorang pengusaha tengah mengusahakan agar anaknya bisa lepas dari hukuman yang tengah menjeratnya. Namun, Laras tidak lepas dari kekecewaan sang ayah akibat aborsi dan keguguran yang terjadi.“Kamu kok ya ndak mikir? Untuk apa kamu pacaran sama suami orang, lah kamu nya sendiri sudah punya calon suami!” tukas Pak Angsana mulai memarahi Laras yang baru pulang dari rumah sakit dan duduk di sofa yang berdekatan dengan ayahnya.“Sudah toh, Pah! Jangan di
Rei Harristian memindahkan Dion yang sudah berada di hotel bintang tiga ke apartemen mewahnya di Manhattan. Hal itu dilakukannya agar Dion bisa berlatih fisik di gym pribadi milik Rei jelang tes nya setelah Natal nanti.Akan tetapi, Rei yang tengah melobi Dion agar mau masuk ke dalam klan pimpinan Ares King tidak akan membiarkan Dion tinggal sendirian. Ares King bahkan kini telah mengetahui jika Dion datang ke New York untuk mengikuti serangkaian tes untuk pekerjaan barunya.“Ini kamar Mas Dion! semua fasilitas di rumah ini bisa digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Mas Dion” ujar Rei memperlihatkan kamar yang akan di tempati oleh Dion. Dion mengangguk dan berbalik tersenyum pada Rei.“Terima kasih kamu sudah repot seperti ini. Aku masih bisa tinggal di hotel kok, budgetnya cukup!” jawab Dion hendak menolak dengan sopan. Rei tersenyum dan menggelengkan kepalanya.“Ngapain nginap di hotel kalau di sini ada kamar tamu
“Ini untukmu!” Kyle memberikan satu lagi kopi di tangannya untuk Lori agar mereka tidak dihinggapi rasa kaku yang aneh. Lori terkesiap membesarkan matanya melihat tindakan spontan Kyle padanya. Venus hanya diam saja sedikit malu-malu melihat perhatian Kyle pada Lori.“Terima kasih,” ucap Lori pelan lalu mengambil kopi yang diberikan oleh Kyle padanya. Venus makin mengulum senyuman malu-malu dan mendehem.“Ehem, kalian manis sekali, hehe!” goda Venus pada Kyle sambil berjalan melewatinya. Kyle ikut salah tingkah dan tidak bicara. Ia mengekori Venus seperti biasa dan Lori pun mengikutinya.Hari ini Venus akan menyelesaikan pekerjaannya di Winthrop dengan menghadiri sebuah rapat di salah satu kantor perusahaan desain yang telah menjadi partner Winthrop. Besok adalah Natal dan Venus memilih satu hari sebelumnya agar jadwalnya tidak terlalu padat.Venus hanya menikmati sedikit saja kopi yang dibawakan oleh Kyle untuknya. Sel
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit