All Chapters of BUKAN SUAMI RAHASIA: Chapter 11 - Chapter 20
21 Chapters
Chapter 11
Seperti ucapan Neil, kami menghabiskan waktu dengan menikmati kegiatan menyenangkan di luar penginapan sambil mendengar suara binatang-binatang malam yang terdengar memecah hening.Tapi bagiku, terdengar lucu dan menghibur.Senja tadi, aku habiskan dengan terisak sambil menerima sesendok demi sesendok makanan yang disuapi Neil ke dalam mulutku.Di mana lagi ada pria sebaik dan setulus dirinya?“Setelah ini, kita coba lagi ya?” Kuamit lengannya. Memutuskan untuk berusaha daripada menyerah dan merasa bersalah.Sambil terus melangkah, Neil mengusap puncak kepalaku. “Baiklah, aku ingin kau melakukannya dalam keadaan tenang, tanpa perasaan terbebani.”Walau mungkin akan sulit karena aku sendiri tidak paham di mana letak kerisauan dan ketidaktenangan diriku, aku coba mengangguk paham.Belum juga jam sepuluh malam, aku sudah mengeluh lelah dan beralasan ingin kembali ke penginapan.Tujuanku sebenarnya hanya satu, ingin memberikan diriku pada Neil setelah kami resmi menikah.Dia sudah bersaba
Read more
Chapter 12
“Kau ragu padaku?” Giliranku yang tertawa. “Tidak, bukan begitu, Bia. Ini tidak semudah yang kau pikirkan.”“Aku tahu. Tapi daripada menunggu dengan tidak pasti begini, bukankah sebaiknya kita berusaha dulu sebelum menyerah?” Setelah menghela napas dan menggeleng-geleng kepala seperti tidak habis pikir, Neil memutuskan untuk setuju pergi kebelakang penginapan guna mencari kandang hewan ternak bersamaku.Di sisi kanan tidak ada jalan atau lahan kosong, karena ada sebuah penatu yang dindingnya langsung menempel di bagian kanan bangunan penginapan.Jalan satu-satunya menuju ke belakang hanya melalui lahan di sebelah kiri yang cukup untuk dilewati beberapa orang ini.Sebenarnya, kami bisa saja ke belakang melewati dapur, tapi menurut Neil, tidak ada pintu keluar di dapur pemilik penginapan, hanya ada beberapa jendela. Itupun tidak dibuka.Neil sudah tahu itu karena sore tadi sempat memesan dan mengambil sendiri makanan dari dapur.“Pemilik penginapan seperti kekurangan tenaga pekerja. D
Read more
Chapter 13
“Tidak bisakah kau bicara lebih tenang, Ava? Apa sesuatu yang buruk terjadi pada bulan madu kalian?” ejek Jay diiringi tawa yang tertahan.Aku tidak bodoh, seketika saja pikiran buruk melintas. “Itu artinya kau yang merusak acara bulan madu kami!”Itu benar, bisa saja bukan? Kejadian tidak menyenangkan beruntun terjadi. Meski jika nanti dipikirkan dengan jernih, Jay pasti tidak memiliki hubungan sama sekali dengan semua yang telah terjadi padaku sejak kemarin.Aku mengenalnya lebih dari dua tahun. Jay pria spontan yang menyuarakan pemikirannya secara langsung.Selebihnya, dia hanya pria kaya yang tampan dan sombong.“Oh, mana mungkin! Aku terus di sini, coba dengarkan.”Aku menajamkan pendengaranku, mencengkeram erat gagang telepon seolah benda ini bisa memberi apa yang kubutuhkan.Sayup terdengar suara percakapan Ibu dan Ayah, sedikit jauh, samar. Ada teriakan dan tepukan tangan yang bisa kudengar meski tidak begitu jelas.Aku yakin itu suara Ayah dan Ibuku. Sedang apa dan di mana me
Read more
Chapter 14
Sekarang aku sudah berada di dalam pesawat menuju rumah. Aku pulang tanpa Neil.Dia hanya mengantarkanku sampai bandara, dan kembali ke penginapan karena ingin menghabiskan waktu sampai hari ini berakhir bersama Trisa.Aku tahu dia kecewa. Sangat kecewa padaku meski akupun berpura-pura tidak mengetahui seperti apa perasaannya.Tadi, Neil berkata padaku bahwa tidak masalah jika aku belum siap. Dia menganggapku mungkin belum bisa beradaptasi dari tubuh Jay berpindah ke tubuhnya.Walau aku bersikeras akan berusaha untuk tidak melakukannya lagi bersama Jay, Neil memilih untuk tetap pada pendiriannya.“Tidak ada yang berubah dariku, Bia. Cintaku tidak akan hilang begitu saja karena urusan ranjang. Kita akan kembali mencobanya ketika kau siap dan tidak merasa terbebani lagi.”Itu ucapan Neil yang terus berputar-putar di kepalaku sampai aku tidak sadar bahwa perjalanan lebih dari satu jam-ku sudah berakhir.Jay mengirimi pesan sejak aku masih di penginapan, bahwa dia akan datang menjemput ke
Read more
Chapter 15
“Kakek, maaf ... tapi tidak ada yang seperti itu,” kata Jay, mencegahku membantah dengan menggenggam erat tanganku di bawah meja, “Ava tidak mandul, aku menjamin untuk hal itu.”“Lalu bagaimana denganmu? Apa kau juga begitu?” Kakek Hamlet menilai dengan ujung matanya, tampak meremahkan sang Cucu.“Tentu saja, aku juga sehat.” Jay bersikeras.Sungguh, apa tes kesuburan itu perlu pada kami yang tidak pernah menghargai arti dari pernikahan itu sendiri? Apakah boleh aku mengandung Anak Jay sementara tidak ada dari kami berdua yang bisa menjadi contoh teladan untuk Anak kami nanti?“Lalu kenapa harus takut saat kami meminta kalian untuk melakukan tes kesuburan?” Kakekku menatap penuh curiga. “Lakukan saja, jadi kita semua yang ada di sini tahu, berlega hati dan bisa memikirkan jalan keluar dari hasil yang kalian dapatkan.”Melepaskan genggaman Jay di bawah sana, aku meletakkan kedua tanganku terlipat lurus di atas meja. “Apa jika ada salah satu dari kami yang mandul, maka itu artinya kami
Read more
Chapter 16
“Dirimu.”Kutatap Jay dengan perasaan tidak menentu dalam hatiku. Tapi kupikir, aku memang tidak bisa menolak. Sama seperti sebelumnya. Tidak perlu berusaha terlalu keras, Jay bisa dengan mudah mendapatkanku.Kali ini juga sama. Bayangan kegagalanku bersama Neil memang menjadi beban. Tapi entah kenapa, saat ingin melakukannya bersama Jay, aku seakan lupa sudah berapa banyak wanita yang ditiduri olehnya.Mungkin kali ini, aku harus bertanya langsung pada Jay soal itu. Juga melupakan perkataanku pada Neil yang ingin berusaha untuk tidak melakukannya lagi dengan Jay.Atau haruskah aku menolaknya? Hari ini, kesadaran cukup berada dipihakku. Aku belum begitu dikuasai hasrat menginginkan tubuh Jay yang berkulit eksotis ini untuk menindihku.“Kau tidak menjawab.” Jay menggendongku, aku terdiam sesaat tanpa bisa menatap matanya.“Berapa banyak wanita yang sudah kau tiduri?” tanyaku saat Jay membaringkan tubuhku di ranjang yang permukaannya terasa cukup dingin.“Hmm ... memangnya kau kuizinkan
Read more
Chapter 17
Menjauhkan sedikit ponsel dari telingaku, aku berkata berbisik pada Jay. “Tunggu aku di mobil.”“Baiklah, jangan terlalu lama!” Setengah berteriak, Jay berlalu meninggalkanku.Cepat-cepat aku menyapa kembali Neil diseberang. “Masih di sana, sayang?”“Ya, aku masih mendengar kalian.”Aku lega karena nada suara Neil terdengar tidak berubah. Seingatku, memang Neil tidak pernah merasa cemburu pada Jay. Dia tahu kapasitasnya sebagai orang kedua.Tapi, apa benar Neil akan bisa bertahan lebih lama lagi dari ini?“Kalian akan berangkat bersama?”“Ya, kebetulan aku dan Jay diminta menginap di rumah Kakek Hamlet.”“Kalau begitu, pergilah. Kau harus bekerja, bukan?”“Hem. Kututup teleponnya?”“Baiklah. Kirimi aku pesan, jangan lupa untuk selalu mengingatku.”“Tentu saja, sayang. Sampai nanti.”Panggilan berakhir dan aku setengah berlari kembali ke ruang makan untuk mengambil tas, lalu bergegas menuju keluar rumah.*****Karena tidak membawa mobil, tapi harus terlihat kembali bersama-sama ke ruma
Read more
Chapter 18
Aku menoleh untuk mendelik marah pada Jay di sampingku. “Urus saja urusanmu, Jay.” Aku menggeram sembari berbisik. Kebetulan sekali Kakek Hamlet sedang pergi menyapa para tamu lain di meja belakang. Sepertinya, ada banyak teman-temannya yang hadir di acara ini.Acara dimulai dengan makan malam yang diiringi alunan musik klasik, dari sepasang penyanyi yang melagukannya begitu merdu di sudut ruangan.Mungkin mereka memang sepasang kekasih, karena kemesraan keduanya begitu terlihat wajar dan alami.Sesekali, aku tahu Neil melihat dan tersenyum lembut ke arahku. Bahkan, aku sampai salah tingkah dibuatnya. Beruntung, Kakek hanya fokus pada makanan dihadapannya dan Jay.Jeda sepuluh menit setelah makan malam yang mengenyangkan, Jay dengan berengseknya menghalangiku untuk curi-curi pandang ke arah Neil, dengan mengajak berdansa.Kakek Hamlet yang bersemangat, justru melarangku menolak keinginan Jay.Dengan senyum terpaksa yang disadari Jay, aku berbisik saat akhirnya kami sudah berada di la
Read more
Chapter 19
“Apa?” Aku tertawa tidak percaya. Lelucon macam apa itu? “Maksudnya, mungkin dia kagum padaku karena ....” Mendadak aku berhenti bicara. Tidak mungkin kukatakan padanya jika tadi Nathan melihatku bercumbu panas dengan Jay di toilet.“Karena apa?” Neil menunggu, jelas penasaran.“Karena ... mungkin aneh melihatku dengan gerak tidak teratur seperti tadi di lantai dansa,” dalihku.“Bukannya kagum?” Neil mengingatkan. “Kau sama sekali tidak melakukan gerakan aneh di lantai dansa, sayang.”Aku hampir lupa, pria ini tidak mudah melupakan karena selalu menyimak setiap apa yang kubicarakan, walau hal sekecil apapun.Dia pantas mendapat julukan pendengar yang baik. Itu berarti, bertambah lagi daftar ketidak pantasanku bersanding dengannya.Benar-benar pria sempurna, tapi tipikal yang menutup diri. Tega sekali mantan kekasihnya menghancurkan perasaan dan cinta tulus serta murni milik Neil.Ah, sudahlah. Dia menyia-nyiakan seseorang yang berharga, dan aku yang akan membahagiakan Neil seumur hidu
Read more
Chapter 20
Aku baru akan mengambil tas dan menghampiri Kakek Hamlet, saat mataku melihat Nathan sedang berbisik pada Kakek dan mereka berdua segera berbalik untuk melihatku.Seperti tersengat listrik bukan di saat tengah bercinta, kedua kakiku lemas, kembali duduk bersama tas di atas pangkuanku.“Ava!”Aku mendongak dengan wajah terkejut saat melihat Kakek Hamlet sudah hampir mencapai meja dan mengernyit memandangku. “Aku terus memanggilmu, apa kau tidak mendengarku?”“Oh, maafkan aku, Kakek. Aku sedang memikirkan sesuatu.” Gugup, aku melihat Nathan mengikuti Kakek Hamlet berjalan dari arah belakangnya.Apa Nathan berniat membongkarnya di depanku dan Kakek Hamlet? Begitukah cara dia memperlakukan orang lain? Aku istri Kakaknya. Tidak bisakah aku memberitahunya soal itu?“Kau memikirkan Jay?” Kakek duduk di sisiku, dan Nathan menarik keluar kursi diseberangku.“Itu ... iya, Kek.” Aku berbohong. Tapi jujur, sedikit penasaran kemana si berengsek itu pergi tanpa ingin mencari tahu.“Jay mendapat pan
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status