Semua Bab BUKAN SUAMI RAHASIA: Bab 41 - Bab 50

60 Bab

Chapter 41

Di perjalanan, aku menghubungi ibu dan menanyakan tentang keadaan kakek. Sedikit lega ketika kondisinya cukup baik, hanya tekanan darahnya saja yang tinggi.Kakekku punya banyak beban pikiran. Salah satunya berasal dariku. Ini juga akan menjadi rasa bersalah yang akan tersimpan di hatiku.Neil terus menggenggam jemariku saat dia menyetir. Memberiku semangat lewat aliran kehangatan dan senyum yang lembut selalu tersungging setiap kali kami saling bertatapan.“Aku minta maaf untuk semua waktu yang terbuang percuma karena diriku, Neil.” Aku menatapnya dengan sedih ketika mobil sudah tiba di kawasan parkir. “Empat hari yang terasa berlalu begitu saja.”Neil mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku. “Jangan bicara seperti itu. Akan ada banyak waktu pengganti lainnya untuk kita. Aku akan menunggu, karena aku terbiasa begitu.” Neil merentangkan kedua tangannya. “Peluk aku, istriku.”Entah karena perasaan kacau yang terus kudapatkan sejak tadi, air mataku mengalir lagi dipelukan Neil. Panggil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-15
Baca selengkapnya

Chapter 42

Amelia. Nama wanita yang tadi kupeluk dengan erat. Kami baru saja berpisah satu jam yang lalu. Aku dan dia hanya sempat bertukar nama. Selebihnya, dia menarik diri untuk pergi lebih dulu. Dengan alasan ingin menghubungi suaminya.Sekarang aku sendirian di rumah. Tidak peduli Jay sudah pulang atau dia justru kembali ke Martin Company. Ini sudah lewat jam makan siang. Belum ada apapun yang masuk ke perutku.Meraba perutku yang masih rata tanpa kemunculan tanda apapun, aku sadar untuk tidak bisa bersikap egois. Ada nyawa lain yang perlu kusayangi, kuperhatikan dan kulindungi. Bayiku, anakku.Turun dari ranjang, aku keluar kamar dan masuk ke dapur. Kutinggalkan ponsel yang berisi banyak pesan serta panggilan dari ibuku dan bu Vivian.Itu pasti tentang nasihat-nasihat kehamilan yang baik menurut versi mereka, tapi aku sedang dalam keadaan tidak ingin diganggu siapapun dan peduli pada apapun.Tapi jujur saja, aku senang melihat bu Vivian terlihat baik seolah dia lupa semua kejadian pagi itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Chapter 43

Meskipun tampak ragu, Jay tetap mengangguk. Dia gelisah, tapi aku tidak. Kuambil gaun tidur berwarna kuning cerah. Lalu suara ritsleting gaun tidurku itu menjadi penengah ketika Jay membantu menariknya ke atas.“Aku menolak untuk menjawabnya,” kataku akhirnya.“Itu artinya bisa jadi dua kemungkinan.”“Menurutmu begitu?” Aku meraih sisir, tidak menatap Jay sama sekali.Jay menarik sisir dari tanganku, dia mulai menyisiri rambutku perlahan-lahan. “Siapapun akan berpikir seperti itu, Ava. Kau pasti juga begitu.”Diam menatap cermin, aku memandangi diriku sendiri. Benarkah begitu? Mungkinkah ini bukan bayi Jay, tapi bayi Neil? Tidak! Aku tidak peduli ini bayi siapa, ini bayiku, harta berhargaku dalam hidup.“Tidak masalah jika kau tidak bisa mengakuinya, Jay.”Berhenti menyisir, Jay membalikkan tubuhku hingga kami saling berhadapan. “Apa maksudmu itu, Ava?” Jelas Jay tersinggung. Tampak dari raut wajah menegang dan nada suaranya yang sedikit meninggi.Kurebut sisir dari tangannya. Berjala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Chapter 44

“Hmm ... tergantung.”“Wah, kau—”“Jay, Ava ... kalian sudah bangun sayang? Ini Ibu bawakan sarapan untuk kalian berdua.” Suara bu Vivian terdengar dari luar. Tapi dia tidak mengetuk pintu dengan heboh seperti kebiasaan ibuku.“Harus bagaimana?” Jay berbisik, dia bingung.“Biarkan ibu masuk, aku ingin melihat ibu.”Jay mengangguk dan dengan cepat berjalan untuk membuka pintu. Bu Vivian tampak sedikit terkejut melihat penampilan putra tunggalnya ketika pintu sudah terbuka lebar. Pasti menimbulkan kecurigaan.“Apa Ibu mengganggu kegiatan kalian?” Bu Vivian terlihat ragu-ragu untuk melangkah.“Tidak apa-apa, Bu. Masuk saja,” kataku, tersenyum menyambut ibu mertuaku.Setelah meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja, ibu mendekat, bersiap untuk memelukku.“Bu, Ava baru saja muntah. Dia bahkan belum mandi,” kata Jay, membuat gerakan ibunya terhenti di udara. Jay dan aku tertawa.“Benarkah itu, sayang?” Bu Vivian tampak cemas. Batal memeluk, dia beralih untuk mengusap-usap perutku. “Mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-17
Baca selengkapnya

Chapter 45

“Oh, kau Tania? Si pemilik penginapan?” Aku tertipu. Mereka benar-benar mirip dan aku tidak lagi bisa membedakan keduanya, padahal waktu belum terlalu lama berlalu. Saat di penginapan, aku jelas hafal perbedaan mereka berdua yang kembar identik.Dia mengangguk cepat dan tersenyum. “Tasya tidak bisa ikut karena harus bantu menjaga penginapanku. Lalu kau sedang apa di sini, Nona?”“Ah, begitu. Kebetulan aku sedang ...” Mendadak aku berhenti bicara, Tania beserta yang lain, hanya tahu aku dan Neil. Jadi aku bingung bagaimana cara untuk menjelaskannya, “hanya sedang berkeliling saja. Aku bosan terus berada di rumah.” Aku tersenyum canggung. Kembali melanjutkan setelah berdeham, “Kalian sendiri, sedang apa di sini?”“Rumah paman di sekitar sini. Kami baru saja diantar paman kemari,” sahut Trisa, tersenyum padaku, lalu melirik remaja laki-laki yang berdiri di sampingnya, mereka juga saling melempar senyum. Kutebak, keduanya memiliki hubungan akrab.Kehadiran Jay membuatku sedikit terkejut,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

Chapter 46

“Kalau begitu, gandeng saja ....” Ucapanku tiba-tiba terhenti karena Jay bukan melakukan apa yang kuminta, dia justru memeluk pinggangku dengan erat.“Ayo, jalan.” Santainya dia berkata, membuatku ingin tertawa.Mengikuti Jay, aku pun menjadi pusat perhatian banyak orang. Berulang kali Jay mengusap punggungku di depan orang-orang dan dia benar-benar terlihat seperti suami juga menantu idaman semua wanita dari berbagai kalangan.Memesan sup daging campur sayur, nasi putih, salad, dan sebotol air mineral, Jay tidak membiarkanku makan sendiri. Dia menyuapiku dengan menggeser kursi menjadi begitu dekat denganku.Lutut kami saling bertemu, Jay tersenyum sangat dan sangat manis hingga aku terlena cukup lama dengan mulut yang sedikit terbuka. Itu memalukan memang.“Buka mulutmu yang lebar, Ava.” Sendok berisi ayam sudah bergerak menuju mulutku.Tersipu, aku benar-benar malu karena satu dan lain hal. Pertama, semua mata benar-benar melotot melihat kami, diiringi bisik setiap orang yang sebena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

Chapter 47

Kami keluar dari geraiku dengan hasrat yang sudah tersalurkan satu sama lain, meski tidak bercinta. Aku sangat yakin, kami bermain dengan aman. Jay berulang kali menggodaku melalui tatapan manisnya yang kusuka.Ah, entahlah. Aku takut jatuh cinta pada Jay. Pada semua yang ditawarkan pria ini. Dia banyak berubah atau memang hanya aku saja yang tidak pernah tahu seperti apa Jay di balik sikap menyebalkannya selama dua tahun terakhir bersamaku.Tiba di rumah, aku segera masuk ke kamar mandi sementara Jay memilih keluar kamar untuk mengangkat panggilan telepon. Rumah kami sudah kembali sepi tanpa ibu, bu Vivian dan nenekku.Selesai mandi, kucoba menghubungi ayah. Meski hubunganku dan ayah biasa saja, tidak terlalu dekat, tapi ayah lebih menyenangkan diajak bicara daripada Ibu.“Halo, Ayah.”“Ya, Nak. Kau di mana?”“Aku baru saja tiba di rumah. Bagaimana dengan keadaan kakek?”“Kita sedang menunggu hasil dari Dokter.”“Jadi Kakek belum sadarkan diri?” Gelisah, aku duduk di tepi ranjang sem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Chapter 48

Jay tidak kembali. Dia bahkan tak pulang semalaman. Aku terjaga hanya untuk menunggu dia menepati ucapannya padaku sebelum pergi.Sekarang sudah jam delapan pagi. Dengan malas aku membersihkan diri, membuat sarapan dan membereskan semua kekacauan yang kusebabkan kemarin.Melihat ponselku yang tidak sepenuhnya hancur, kubiarkan tetap seperti itu tanpa berniat menyalakannya.Ketika aku mendengar suara pintu ditutup, tidak kubiarkan diriku bertemu dengan Jay. Mengunci pintu kamar dengan dua kali putaran, aku menyalakan televisi dengan volume yang keras.Aku merasa diriku begitu lemah sejak kemarin. Begitu mudah tersinggung, menangis, bahkan terguncang pada hal-hal yang tidak penting.Aku juga nyaris mati kedinginan. Itu membingungkan sekali, membuatku terluka sendiri.Karena enggan berdebat, aku membiarkan Jay memanggil sembari menggedor pintu beberapa kali. Aku tahu dia akan membukanya menggunakan kunci cadangan.Tapi setelah menunggu sampai tiga puluh menit, Jay tidak kunjung membuka p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Chapter 49

Aku tidak perlu merasa sakit hati dengan keinginan Jay. Aku pun sama, menginginkan hal serupa. Kami dua orang asing yang akan terus seperti itu sampai akhir. Sedikit terdengar menyedihkan, bukan?“Tapi Ava, apa kau ingat permintaanku padamu?” Jay melihatku untuk mungkin memastikan sesuatu.“Permintaan yang mana?”“Hidup bersama tanpa ada penyesalan sampai kita berpisah. Apa kau melupakan itu?” Jay tersenyum canggung saat dia menyadari wajahku yang mendadak bingung. “Aku bahkan ingin kita tetap berteman setelah perceraian terjadi. Sepertinya kau melupakan semua itu, Ava.”Tidak terima, aku panik dan berseru dengan salah tingkah. “Tentu saja aku ingat!”“Jika kau ingat, kau tidak akan bersikap seperti tiga minggu terakhir ini.”Aku terdiam, coba mengingat, apa mungkin Jay tidak menyadari bahwa aku terluka karena sikapnya malam itu? Di saat aku menginginkan, membutuhkannya lebih dari apapun, dia malah pergi tanpa pamit dan kembali membawa Lilith bersamanya.“Itu ... mungkin itu hanya efe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Chapter 50

“Selamat, sayang.” Neil memelukku erat. Aku membalas pelukannya sembari menduga pertanyaan apa yang mungkin akan dilontarkan Neil padaku setelah ini.Sedetik, dua detik, dan tidak ada pertanyaan selain ciuman bertubi di wajah yang kudapatkan sebagai ucapan selamat.“Terima kasih, Neil.” Setelah melepas pelukan, aku sedikit terkejut saat wajah Neil menghampiri perutku, menciumnya dengan lembut sembari bergumam seorang diri.Meletakkan kedua tanganku di pundaknya, lalu berusaha tersenyum, meski berakhir sedikit canggung. “Apa yang kau bisikkan, Neil?”Neil mendongak, tersenyum lembut yang memang selalu menjadi bagian dari dirinya. “Aku menyapanya sebagai seorang ayah.”Jantungku berdebum tidak karuan mendengar penuturan Neil. Ayah? Apa Neil merasakan kehadiran janin di kandunganku sebagai darah dagingnya? Dan mengenali bayiku sebagai anaknya?Neil menyingkap sedikit atasan yang kukenakan, kemeja berukuran longgar berbahan katun dengan warna hijau mint. Dia mendaratkan ciumannya lagi di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status