Home / Romansa / Callista: Bukan Sugar Baby Biasa / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Chapter 41 - Chapter 50

181 Chapters

Pindah

Star terbangun dari tidurnya ketika merasakan ada yang memukul kepalanya. Ketika matanya terbuka dan hendak mendonggak, sebuah tangan kecil mendarat di matanya. Refleks Star menutup matanya. Hal berikut yang disadari Star adalah suara anak bayi. Hanya suara 'aah' panjang, tapi itu sudah cukup membuat Star tersadar kalau ada Yvonne tertidur di sebelahnya. Yes. Pada akhirnya semua orang menginap di rumahnya atas paksaan Helena. Bahkan ada dua pengawal yang terus berjaga di depan pintu rumah. Jujur, itu membuat Star tidak nyaman. "Good morning cantik," bisik Star pelan setelah menyingkirkan kepalan tangan kecil itu dari wajahnya. Yvonne membalas dengan sapaan tak jelas dan senyum indah merekah. Star segera bangun dari posisi tidurnya dan mencari Helena yang semalam tidur dengannya, sementara Harvie tidur di kamar tamu. "Sudah bangun?" Star mendonggak melihat Helena yang baru masuk ke kamar dengan botol susu di tangan. Dirinya hanya mengangguk singkat dan meminta botol susu d
Read more

Wanita Misterius

"Pak, Bu Helena datang untuk menemui anda." Kata-kata Brian, membuat Harvie mengalihkan perhatiannya dari layar komputer. Dia memandang asisten pribadinya itu dengan bingung. Perasaan baru beberapa jam yang lalu dia mengantar ibunya pulang, setelah meninggalkan Star dengan setengah lusin pengawal. Sekarang tiba-tiba ibunya datang ke kantor? "Perasaan dia sudah tahu Star dan dua orang pengikutnya akan tinggal di apartemenku, jadi sekerang kenapa lagi?" Harvie bertanya, tapi sayang sang asisten tidak punya jawabannya dan hanya bisa menggeleng. "Suruh beliau masuk saja dulu dan siapkan minuman." Entah kenapa Harvie merasa ini akan menjadi pembicaraan yang melelahkan. "Mama ngapain lagi ke sini?" Harvie langsung bertanya begitu melihat Helena masuk. "Gak sopan banget sih? Ibunya belum juga duduk, sudah ditanya seperti itu. Kayak mau ngusir Mama aja kamu, Vie." Tanpa menjawab ibunya, Harvie mengarahkan tangan ke arah sofa. Meminta ibunya duduk di sana tanpa kata-kata. Mereka ba
Read more

Tamu Tidak Terduga

Star menatap kamar barunya dengan seksama disetiap sudutnya. Dirinya sengaja memilih kamar yang lebih kecil, karena merasa tidak sopan jika menggunakan kamar Harvie. "Berapa kali pun, aku akan tetap kagum. Ternyata dia serapi itu." Ini merupakan kali kedua Star berada di apartemen ini dan baru memperhatikan detail tiap ruangan. Unit ini mempunyai kesan minimalis namun berkelas dan didominasi dengan warna hitam putih. Khas lelaki yang membuat Star merasa canggung. Ini pertama kalinya Star menginap di rumah lelaki. Atau lebih tepatnya baru pertama kalinya menginap di rumah orang. Mau tidak mau Star merasa gugup. Belum lagi Star merasa khawatir dengan Harvie. Bagaimana kalau pria itu tiba-tiba datang dalam keadaan mabuk dan menyerangnya? Walau Harvie kini tinggal di rumah orang tuanya, dia kan masih punya kartu akses ke unit ini. Hal yang membuatnya mengunci pintu itu dua kali. Baru saja selesai mengunci pintu, ponselnya berdering kencang. Nyaris membuat Star terjengkang ke belaka
Read more

Tidur dengan Siapa?

“Kau mengenalinya?” tanya Derina terlihat tidak percaya, sembari menatap dua orang yang berdiri beradapan itu. “Oh, tentu saja. Kami bisa dibilang nyaris seperti saudara. Star ini pelanggan setiaku juga.” Irish menjawab tanpa beban, membuat kening Derina berkerut. Derina sudah berteman dengan Irish lumayan lama. Sudah sering juga meminta bantuan Irish untuk mendandani dirinya, tapi dia tidak pernah mendengar Irish menyebut nama Star sekalipun. “Kau tinggal di sini sekarang? Kudengar ini unit milik Harvie Carlton. Apa sekarang kau jadi simpanannya?” tanya Iris tanpa basa-basi. “Tunangan. Harvie Carlton itu tunanganku, Irish.” Anggukan kepala Irish membuat mata Star menyipit. Mencoba mencari tahu apa alasan perempuan bersama dengan Derina. Apalagi, sedari awal Irish tidak sedekat itu dengan Star. Irish masih menjalankan semua tugasnya dengan baik, tapi tidak pernah terlalu dekat secara personal dengan Star. Jadi Star kurang tahu lingkup pertemanan Irish. Lagi pula, sejak ka
Read more

Ada Apa?

"Kak Harvie yang ngomong seperti itu pada Derina?" Belum juga Harvie duduk di bar stool di bagian counter, Star sudah memberikan pertanyaan yang tidak dimengerti. Dia makin bingung karena Star terlihat sedang bad mood. Padahal Derina sudah diusir. "Yang mana yang kau maksud?" tanya Harvie hati-hati dan segera mengumpat dalam hati setelahnya. Baru kali ini Harvie merasa perlu hati-hati saat berbicara dengan seorang wanita. Biasanya yang terjadi adalah sebaliknya. Bahkan tadi Derina saja seperti itu, kenapa sekarang jadi terbalik? "Katanya Derina, Kak Harvie yang bilang ke kakaknya kalau saya ini hanya wanita bayaran yang murahan dan menjual tubuh kemana-mana." Star terlihat santai, tapi nada suaranya jelas marah. Saking marahnya, Star bahkan melebih-lebihkan apa yang dikatakan Derina sebelumnya. Seolah Star ingin membuat Derina menjadi orang jahat yang sedang merundungnya. Jujur saja dia cukup terhibur dengan wajah ketakutan Harvie. Ya, benar. Harvie terlihat sedikit ke
Read more

Jatuh Cinta?

"Ada apa dengan wajahmu itu?" Marcus yang baru masuk ke dalam ruangan Harvie langsung bertanya dengan ekspesi aneh. Bagaimana tidak? Sepagi ini Harvie sudah duduk berputar-putar menggunakan kursi kerjanya sambil cengengesan tidak jelas. Hal yang tidak pernah terjadi, sesenang apa pun lelaki itu, dan membuat Marcus berpikir temannya sudah gila. "Aha, ini dia biang keroknya sudah datang." Harvie berhenti berputar dan memukul mejanya cukup keras. "Biang kerok apanya?" tanya Marcus bingung. "Gara-gara mulut embermu, Star hampir marah padaku." Harvie maju dan mencengkram kerah kemeja Marcus. "Wow, Bro. Tenang." Marcus memegang tangan Harvie dan mengurainya. "Coba ceritakan dulu baik-baik apa masalahmu?" Marcus bertanya dengan tenang, berusaha membuat sahabatnya tidak makin marah. "Gara-gara mulutmu Star marah dan nyaris mendiamiku kemarin." Harvie menuding Marcus dengan jarinya masih dengan ekspresi marah. "Memangnya aku ngomong apa sama pacar sewaanmu itu?" Kening Marcus ber
Read more

Musuh Lama

“Ya, Tante?” tanya Star dengan mata membulat. “Kok Tante lagi sih, Star?” Helena langsung protes. “Maaf, Ma.” Star meringis pelan. “Coba shareloc tempatmu sekarang. Biar Mama yang jemput.” “Hah?” ucap kaget Star. “Mama yang bakal jemput kamu, Star. Ih, kamu kenapa sih? Udah tiga kali loh Mama bilangin.” “Oh, iya Ma. Soalnya Star lagi urus sesuatu, jadi gak fokus.” Star terdengar makin gugup saja. Bagaimana mungkin Star membiarkan Helena datang menjemputnya. Dia tidak mungkin menggunakan make upnya di depan Helena. Menghapus make up di kampus sekalipun terlalu riskan, bagaimana kalau ada yang melihatnya? Terutama karena Hillary cukup sering menempel dengannya. “Oh ya udah. Nanti kamu kirimin saja alamatnya, nanti biar Mama tungguin kamu selesai.” “Hah? Gak usah deh, Ma. Takutnya saya lama,” Star segera menolak. “Gak apa-apa kok. Sekalian nanti bisa jalan-jalan keliling kampusmu. Siapa tahu ada jajanan yang menarik di kantin.” Tawa Helena justru membuat Star merinding. Ini
Read more

Kosong

"Nah, sayang. Coba yang ini lagi dong." Helena memberikan tiga gantung dress casual lagi pada Star, yang nyaris saja meringis. Sekedar informasi saja, rasanya Star sudah belasan kali bolak-balik ke kamar ganti. "Ma, udah deh. Udah banyak banget yang dicoba." Star mencoba membujuk Helena untuk berhenti. Dirinya sudah cukup lelah. "Ini yang terakhir deh." Helena tersenyum semanis mungkin. Masalahnya sudah berapa kali kata 'yang terakhir' itu terdengar? Star yang tidak enak menolak akhirnya hanya bisa menerima baju itu dan kembali lagi ke kamar ganti. Sementara Star menggerutu, Helena justru merasa senang. Dia tidak punya anak perempuan, sekalinya punya mantu sebentar saja sudah diambil Tuhan. Jadi sekarang Helena senang bukan main karena punya teman shopping. Cantik lagi. "Loh, Helena?" Sebuah suara yang dikenali Helena membuatnya berbalik. Senyum yang tadinya bertengger di wajahnya kini hilang sepenuhnya, ketika menyadari siapa yang berdiri di depannya. "Kebetulan banget ya k
Read more

Kunjungan Menyebalkan

"Loh, ada Star?" tanya Harvie ketika melihat Star di ruang makan rumah orang tuanya. "Wah, artinya hari ini makan enak lagi dong." Harvie langsung mendelik begitu mendengar sang papa yang pulang bersamanya bicara. Memangnya Star itu koki yang kau gaji? Enak sekali cara ngomongnya. "Ada apa dengan wajahmu?" tanya Peter terkekeh melihat wajah anaknya yang tiba-tiba cemberut. "Papa memperlakukan Star seolah dia koki pribadi di rumah ini. Aku tidak suka itu." Harvie tidak sungkan menunjukkan kekesalannya dan itu malah membuat Peter tertawa. "Sudah mulai bucin dia." Helena menambahkan membuat Harvie langsung protes. "Siapa juga yang bucin?" Protesan dari Harvie membuat Peter makin tertawa dan Helena juga mengikuti suaminya. Bahkan Star pun kesusahan menahan tawanya. Kehangatan keluarga kecil ini begitu luar biasa dan sanggup membuat Star yang tadinya masih canggung tersenyum. Ikut bahagia bahkan hanya dengan melihat Harvie yang marah-marah tidak jelas. Sangat menyenangkan.
Read more

Ciuman Pertama

"Mark?" Harvie memanggil sahabatnya itu dengan suara keras, tapi tidak ada jawaban. Dirinya bahkan sudah melambai tepat di depan wajah Mark, tapi tidak berhasil menyadarkan pria itu. Baru ketika Harvie menampar pelan pipi Marcus barulah pria itu sadar. "Apa-apaan sih, Vie?" Marcus memprotes kelakuan sahabatnya. "Makanya jangan melamun dong. Katanya mau mendiskusikan proyek baru, tapi malah melamun." "Sorry," jawab Marcus singkat. Marcus sebenarnya memikirkan pertemuannya dengan perempuan yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Namanya panggilannya Star, sama dengan pacar sewaan Harvie. Umur juga sepertinya sama dan dia tinggal di apartemen Harvie. "Ehm, Vie. Kalau gak salah namanya pacarmu itu Star kan?" tanya Marcus hati-hati. "Itu hanya nama panggilannya saja sih. Memangnya kenapa?" "Tidak. Aku hanya pernah bertemu orang dengan nama dan perawakan yang sama, tapi dengan penampilan yang jauh berbeda." Havie mendengus pelan mendengar kata-kata sahabatnya itu. Dia
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status